Chereads / Bangkitnya Sang Pembasmi Vampire / Chapter 2 - Chapter 2 Anomali

Chapter 2 - Chapter 2 Anomali

Di sebuah musim gugur di Queen, Amerika Serikat, terlihat cuaca pagi yang sangat mendung. Hujan gerimis turun membasahi kota. Sejak kemarin malam, memang hujan belum berhenti. Bahkan cuaca pagi itu membuat murung seseorang yang sedang berada di dalam sebuah mobil.

Daniel Liem anak laki-laki berusia 22 tahun, duduk termenung di sebuah taksi. Ia baru saja pulang dari sebuah klinik untuk perawatan ringan akibat luka-luka yang ia derita. Sendunya pagi itu membuat Daniel tenggelam dalam pikirannya sendiri.

Sudah selama lima tahun sejak kepindahannya ke Queens, ia belum sekalipun merasakan sebuah rasa aman. Selama dua tahun ke belakang, ia selalu dirundung para pembuli yang selalu berada di sekitarnya. Bahkan kini, ia tak bisa meninggalkan kota tersebut untuk melepaskan diri dari rasa sakitnya tersebut.

Setahun yang lalu, seorang warga keturunan Chinese Amerika bernama Agatha Liem ditemukan meninggal dunia di sebuah lorong di salah satu sudut kota karena seseorang membunuhnya. Pembunuh tersebut belum tertangkap hingga kini.

Anehnya, ditemukan secarik kertas yang berisikan wasiat dari ibunya yang mengatakan bahwa apapun yang terjadi, Daniel harus berada di sisi ayahnya apapun yang terjadi.

Selama setahun terakhir juga, ayah Daniel yang menyalahkannya akibat kematian ibunya. Ia menjadi seorang pemabuk dan kadang dapat memukuli Daniel jika pria tersebut tiba-tiba teringat tentang Agatha.

"Ckiit"

Taksi tersebut berhenti tepat di depan sebuah minimarket. Namun, tak ada respon dari penumpangnya.

"Apakah kau jadi turun disini?," sopir taksi tersebut bertanya dari balik joknya. Hanya kedua pasang mata yang memandang Daniel dari balik kaca spion tengah taksi itu.

Sopir taksi tersebut mendengus. Tak lama ia mengetuk kaca pembatas antara pengemudi dan penumpang. Suara kaca tersebut membuyarkan lamunan Daniel. Setelah ia membayar taksi tersebut, dengan langkah lunglai ia memasuki sebuah minimarket tersebut.

Di dalam minimarket tersebut terlihat seorang gadis yang sedang sibuk memindahkan beberapa barang dari gudang stok dan menatanya dibagian

Di balik meja kasir terlihat seorang gadis mengomel pada Daniel.

"Kau beruntung memiliki teman seperti diriku yang mau menggantikanmu saat kau harus merawat luka-luka tersebut. Mau sampai kapan kau membiarkan mereka memukulimu seperti ini? Apakah kau merelakan tubuhmu untuk dijadikan samsak oleh mereka?"

Daniel hanya membalas dengan senyuman tipis.

"Terimakasih Joy untuk bantuanmu. Aku sedang tak ingin berdebat. Aku hanya ingin menyelesaikan shift hari ini"

Joy menghela nafas. Ia mendekati tubuh Daniel yang hanya memiliki tinggi badan yang sama dengannya dan memasangkan apron minimarketnya kepada laki-laki itu.

"Baiklah kalau begitu, aku tak akan mengomelimu lagi. Lagipula, bukan sekali dua kali aku mengatakan hal ini. Aku tidak ingin melihatmu terluka"

Tak lama setelah memasangkan apron tersebut, Joy meninggalkan minimarket dan berpisah dengan Daniel.

Sepanjang hari itu, minimarket itu tidak kedatangan pengunjung satu pun. Daniel hanya melihat orang berlalu lalang di depan tokonya.

Ia merasakan kebosanan yang sangat dalam, sampai suatu saat ia mendengar langkah kaki berjalan mendekat ke tempat ia berdiri di balik meja kasir.

Seseorang terlihat menyerahkan sebuah perban, dan sebuah produk antiseptik serta beberapa minuman ringan.

"Berapa ini semua?," tanya sosok itu pada Daniel yang berada di kasir.

Daniel melihat fisik orang itu. Ia tampak aneh. Kulitnya pucat, hampir seperti mayat, matanya cekung. Ia terlihat memiliki tangan yang kurus, bahkan nadi dan tulang terlihat sangat mencolok. Namun, ia tak bisa melihat matanya. Pria tersebut memakai kacamata hitam. Ia juga hanya memakai sebuah turtleneck berwarna abu-abu dan

"Totalnya 25 dollar, tuan"

Pria tersebut meyerahkan satu lembar uang 100 dollar. Daniel terbelalak saat dia menyerahkan uang itu, namun tak lama ia dengan cepat mengambil uang kembalian untuk pria tersebut.

"Tuan, kembalianmu!"

"Lupakan, ambil saja kembaliannya. Suatu saat kau yang akan membayarnya kembali"

Pria tersebut meninggalkan minimarket tersebut. Di belakangnya, Daniel tampak bingung dengan ucapan pria tersebut.

"Apa maksudnya itu? Lagipula kapan pria tersebut datang. Aku tak mendengar bel pintu minimarket sama sekali. Ataukah aku melamun sejak tadi? Ah sudahlah…," gerutu Daniel.

Setelah pria tersebut datang, tidak ada minimarket tersebut menjadi sepi kembali. Daniel mencoba menyalakan televisi yang berada di samping kasirnya.

Rasa sakit akibat serangan para pembuli tersebut kembali terasa pada dirinya.

"Sial, obat biusnya baru habis sekarang. Sepertinya aku membutuhkan penghilang rasa sakit! Rasa nyeri ini sangat tidak nyaman. Ini salahku sendiri mengapa aku tidak menebus obatnya," keluh Daniel.

Daniel merogoh handphone dari saku celana belakangnya. Ia mulai login untuk memulai sebuah permainan guna untuk membuat dirinya tidak terlalu fokus pada rasa nyeri tersebut.

"Breaking news! Dalam waktu seminggu sudah terjadi penyerangan misterius!

Korban menjadi berjumlah dua belas orang! Semua korban memiliki ciri yang sama. Seolah-olah darah mereka disedot sampai habis! Para penegak hukum menyarankan agar jika tidak ada kepentingan yang mendesak disarankan tidak keluar rumah terlebih dahulu! Jangan bepergian sendirian ataupun berjalan di tempat sepi! Jam malam akan diberlakukan mulai jam 7 malam, per hari ini!"

"Drrt Drrt"

Alarm dari jam tangan dan jam di handphone miliknya telah berbunyi. Tak lama kemudian dia mendapat sebuah pesan.

"Setelah shiftmu berakhir, pulanglah dan tutup tokonya. Karena kebijakan jam malam di seluruh kota, shift malam ditiadakan. Aku sudah member pesan ke staff yang lain," ucap bossnya dalam pesan tersebut.

"Jam malam? Apa-apan itu? Sejak kapan ada jam malam di Queen?"

Karena ia terlalu fokus dengan permainannya sejak beberapa jam yang lalu, Daniel tidak memahami jika ada kejadian yang menggemparkan kota yang ia tinggali.

Setelah berkemas-kemas dan menutup minimarket tersebut, jalanan sudah mulai beranjak sepi. Daniel terkesiap melihat keadaan jalan yang lengang.

"Apa yang sebenarnya terjadi di sini?"

Daniel mencoba menunggu taksi ataupun bus, namun tak terlihat satu pun kendaraan yang lewat.

"Sialan, apa aku harus berjalan sampai rumah? Itu tidak mungkin, itu terlalu jauh," gerutu Daniel.

Daniel berjalan beberapa blok. Untuk menyingkat waktu tempuhnya, ia memutuskan untuk melewati sebuah gang. Di gang sepi tersebut, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Pandangan Daniel berbalik kearah orang yang menepuknya.

"Apakah kau baru saja pulang kerja?"

Daniel melihat kembali pria yang beberapa jam lalu membeli barang di minimarket dimana ia bekerja.

"Ah, tuan. Itu benar sekali. Aku baru saja pulang kerja, dan sepertinya aku juga harus berjalan kaki sampai rumahku," ucap Daniel.

"Hahaha, apakah itu jauh?,"tanya pria tersebut sambil membawa satu pak bir yang belum diminum satu pun.

Daniel hanya tersenyum kecut.

Seolah sudah mengetahui jawaban Daniel, tiba-tiba pria tersebut meminta bantuan pada Daniel.

"Bisakah kau memegang bir ini sebentar?"

Daniel sempat memiringkan kepalanya, ia sedikit heran. Namun, saat ia melihat jari pria tersebut, terdapat rasa ngeri yang muncul dari dirinya.

"Apakah itu darah?"

Daniel merasa aneh saat ia melihat pria tersebut tanpa kacamata hitamnya. Bulu kuduknya berdiri. Ia merasa terancam.

Dengan mata merah, kulit pucat, jari yang berlumuran darah dan senyuman seringai yang dikeluarkannya, pria tersebut berlari cepat ke arah Daniel," Biarkan aku menikmatimu!!"

Dengan gerakan sangat cepat tiba-tiba pria tersebut sudah mencengkeram baju Daniel dan melemparkan bocah dua puluh tahunan tersebut ke tembok dengan keras.

"Guagh…"

Tubuh dan kepalanya membentur tembok sebuah bangunan dengan sangat keras, dan itu membuat pandangannya kabur. Daniel hanya dapat melihat pria tersebut selangkah demi selangkah mendekatinya sembari menjilati darah yang tercecer di jari milik pria tersebut.

"Sial…Mahkluk apa itu?"