Daniel menelusuri jalanan kota itu. Ia tak begitu memperhatikan apa yang terjadi di sekitarnya. Tak lama kemudian, seseorang merangkul pundaknya.
"Apa kau sedang banyak pikiran? Mengapa wajahmu tampak murung sekali?"
Daniel melihat orang yang merangkulnya. Itu adalah wajah yang familiar. Joshua Glen, salah satu preman yang selalu mengganggu Daniel selama ini. Ia juga yang mengakibatkan Daniel dipukuli habis-habisan beberapa hari yang lalu. Ia datang bersama ke lima anak buahnya.
Salah satu anak buah Joshua mendekati Daniel dari sisi yang berlawanan. Ia mendekatkan sebuah belati ke pinggang Daniel.
Joshua mendekatkan mulutnya tepat di sebelah telinga Daniel.
"Kami bosan. Bisakah kita bermain-main denganmu dahulu sebelum dirimu pulang ke rumahmu?"
Daniel tak menampik ajakan Joshua tersebut. Ia memang merasa kaget saat Joshua tiba-tiba merangkul pundaknya. Namun, hanya sebatas itu. Tubuhnya tidak lagi gemetar hebat seperti beberapa hari yang lalu, ia juga tidak merasa takut pada gerombolan preman tersebut. Ternyata perubahan tersebut akibat separuh tubuhnya yang sudah mulai dikendalikan sosok lain.
Joshua memaksa Daniel ke sebuah taman di salah satu sudut kota itu.
"Beruntungnya dirimu. Jam malam kota ini menolong dirimu agar tak terlalu sering untuk bertemu kami. Tapi kami sungguh merindukanmu. Apakah kau tak merasakan rasa yang sama?," ejek Joshua.
Daniel masih banyak berpikir. Ia masih bingung dengan apa yang terjadi dengannya.
"Kali ini pun juga begitu. Aku bahkan tak bereaksi dan merasa takut saat Joshua dan yang lainnya mengancamku. Apa aku harus mencoba memprovokasi mereka agar aku dapat melihat seberapa jauh aku berubah?," gumamnya.
Salah satu anak buah Joshua menoyor kepala Daniel.
"Hoi, apa kau tuli? Mengapa kau tak menjawab pertanyaan dari Bos?"
Daniel memandang semua gerombolan preman itu satu per satu.
"Mungkin aku juga merindukan kalian semua. Jadi kalian mau bermain apa sekarang?," Daniel mulai sedikit memprovokasi mereka.
Gerombolan preman tersebut tertawa terbahak-bahak.
"Tampaknya kau mulai tak tahu diri, rupanya. Akan kumulai permainannya dari sekarang"
Salah satu anak buah Joshua mencoba memukul Daniel. Namun, secara reflek tiba-tiba Daniel dapat menghindari pukulan tersebut dengan mudahnya.
"Woohoo...kau memalukan Justin. Cecunguk itu dapat menghindarimu," olok preman yang lain.
Anak laki-laki yang disebut Justin tersebut amarahnya memuncak.
"Bangsat, akan kubuktikan dengan menghabisi bocah ini"
Gerakan Justin menjadi intens. Pukulan dan tendangan mulai ia keluarkan pada Daniel. Namun, hal yang sama terjadi padanya. Ia semakin cepat dalam menghindarr.
"Sudah kuduga, ada sesuatu yang terjadi pada diriku. Tak mungkin diriku yang beberapa hari yang lalu akan dengan mudah menghindari serangannya. Apakah aku harus mencoba serangan balik padanya?"
Justin yang melihat seluruh serangannya pada Daniel gagal merasa bertambah kesal.
"Bangsat, apa kau hanya bisa menghindar dari seranganku?!"
"Buaaak..."
Tiba-tiba tubuh Justin terpental. Sebuah pukulan jab dari Daniel tepat mengenai dagu Justin, membuatnya terpental cukup jauh dari mereka berdiri dan membuatnya tak sadarkan diri seketika.
"Hoh, aku bisa membuatnya tak sadarkan diri dengan satu serangan. Bahkan aku tak merasakan sakit saat aku memukulnya. Sepertinya aku menjadi seorang superhero," gumamnya sekali lagi.
Pukulan tersebut membuat Joshua dan yang lain terbelalak. Anak buah Joshua menjadi waspada. Sebuah senyuman seringai muncul di wajah Joshua.
"Nampaknya, aku sekarang melihat seekor domba mencoba menjadi seekor serigala. Semuanya, serang bajingan itu!," perintah Joshua pada anak buahnya.
Anak buah Joshua menyerang Daniel dengan sekuat tenaga. Mereka semua memakai senjata yang mereka bawa. Daniel mendapatkan sayatan belati pada tubuhnya. Namun ia tidak menduga jika ia tidak merasakan sakit saat belati tersebut berhasil membuat luka pada tubuhnya.
Daniel bahkan masih tenang menghadapi semua serangan tersebut. Dengan refleksnya ia memberi serangan balik pada kelima anak buah Joshua tersebut.
"Bukk..."
"Bukk..."
Kelima anak buah Joshua terlihat tak berdaya saat mendapat serangan balik dari Daniel. Merasa tak kuasa menahan sakit saat tendangan dan pukulan yang diberikan oleh Daniel mengenai tubuh mereka.
Kali ini giliran Joshua yang kaget melihat pemandangan yang terjadi di depannya. Joshua mencoba menutupi rasa paniknya. Ia tak menyangka orang yang selama ini ia buli dapat memberikan serangan balik yang cukup telak bagi kelima anak buahnya.
"Apa kau mendapat berkah dari surga? Beberapa hari yang lalu aku berhasil membuatmu masuk rumah sakit. Mungkin hari ini aku yang juga harus memasukkan dirimu ke dalam rumah sakit sekali lagi," bentak Joshua.
Joshua juga mengeluarkan senjata tajam dari balik baju yang ia kenakan. Ia berlari cepat ke arah Daniel, dengan gerakan yang efisien belati tersebut diarahkan ke Daniel, namun entah bagaimana Daniel dapat menangkisnya dengan baik.
"Mungkin dirmulah yang harus kuberu pelajaran. Aku tak ingin ada orang lain lagi selain diriku yang mengalami hal tak mengenakkan seperti ini lagi"
Daniel berhasil meraih lengan Joshua, memuntir pergelangan tangan preman itu hingga belati yang ia pegang terlepas dari tangannya, Daniel melepaskan sebuah tendangan yang mengenai betis Joshua yang membuatnya berlutut pada Daniel.
"Apakah kau akan berjanji padaku untuk tidak melakukan hal ini lagi?"
Joshua mendengus.
"Siapa kau? Berani-beraninya memberi perintah padaku"
Ucapan Joshua tersebut secara tidak langsung memang tidak merubah ekspresi wajahnya. Namun, tubuhnya bergerak untuk memberikan peringatan lebih untuk Joshua.
Dengan posisi yang masih memegang lengan Joshua, kali ini Daniel memutar lengan Joshua dengan keras.
"Kraaak..."
"Uaaaghh..."
"Kau bangsat. Kau mematahkan tanganku"
Dengan ekspresinya yang masih biasa saja Daniel memperingatkan Joshua sekali lagi.
"Bagaimana? Apakah permintaanku dapat kau turuti? Aku masih dapat mematahkan bagian sendi yang lain jika kau menginginkannya"
Joshua menggeretakkan giginya kuat-kuat.
"Jangan kau pikir dengan gertakan dan ancamanmu itu aku akan menuruti maumu"
Daniel menghela nafasnya cukup dalam.
"Jangan salahkan aku. Ini kemauanmu sendiri"
"Krak..."
"Krak..."
"Aghhh...."
"Cukup bangsat....cukup...Ini sakit sekali...Bagaimana kau bisa mematahkan lengan dan pergelangan tanganku..."
Tubuh Joshua bergetar hebat. Ia tak menyangka laki-laki yang selalu ia anggap culun selama ini akan sangat mudah mematahkan lengan dan pergelangan tangannya.
"Baik...baik...aku tak akan melakukan ini lagi," ucap Joshua terbata.
Joshua merasa jika dirinya tak menuruti mau Daniel, maka akan terjadi hal yang menyakitkan bagi dirinya sekali lagi.
"Baiklah, bawa teman-temanmu pergi dari hadapanku sekarang juga. Aku muak melihat kalian," ungkap Daniel ketus.
"....sial, aku tak akan melupakan penghinaan ini. Akan kubalas suatu saat nanti," gumam Joshua.
Tak lama setelah para gerombolan preman tersebut pergi, Daniel duduk di salah satu bangku yang berada di taman tersebut.
"Ini sungguh gila! Aku tidak menyangka dapat mengalahkan mereka semua, apalagi aku dapat mengalahkan Joshua dengan mudah! Apa dengan ini, aku bisa memberi balasan yang setimpal pada mereka jika aku melihat mereka lagi?," gumam Daniel.
Tiba-tiba Daniel mendengar sebuah suara yang cukup menganggetkan dirinya.
"Tidak seperti itu bocah. Tampaknya aku mau tak mau tak bisa berdiam diri. Aku tak ingin kau menjadi seseorang yang arogan karena kemampuan fisikmu meningkat secara tiba-tiba hanya karena aku sedikit mengambil alih tubuhmu"