Chereads / Bangkitnya Sang Pembasmi Vampire / Chapter 6 - Chapter 6 Nicholas Flamel

Chapter 6 - Chapter 6 Nicholas Flamel

"Siapa itu?," bentak Daniel.

"Tampaknya kau memang terlahir tidak sabaran. Seharusnya jika aku jadi kau, kau akan berterimakasih padaku terlebih dahulu.

Daniel baru tersadar ketika sosok yang dia ajak bicara ada di dalam dirinya. Kali ini, Daniel mencoba menebak sosok tersebut kembali.

"Apakah kau jin? atau alien? Mengapa kau berada di dalam tubuhku? Lagipula mengapa aku harus berterimakasih padamu?"

"Hahaha, tampaknya aku harus mengingatkanmu pada sesuatu"

"Swooosh"

Mata Daniel terbelalak. Mata tersebut mengeluarkan sinar yang menyilaukan siapapun yang melihatnya. Mulutnya terbuka lebar. Semua ingatannya yang hilang kini kembali satu persatu.

"Hhh...hhh...hhh"

"Hooeek..."

"Kau pria yang menyelamatkanku di lorong itu. Kau pria yang membawa tongkat bercahaya itu. Siapa dirimu? Siapa pria-pria lain yang menyerangmu malam itu?

Mahkluk apa mereka semua?"

Nafas Daniel terengah-engah. Semua informasi yang diterima otaknya terasa sangat berat. Ia tak menyangka, mengingat kejadian tersebut membuat dirinya sangat mual.

"Hahaha...hanya kukembalikan sedikit ingatanmu, namun kau sudah memuntahkan isi perutmu seperti ini. Bagaimana jika aku memberi semua informasi yang kumiliki? Apakah otakmu akan pecah dan keluar mengalir di sela-sela lubang di kepalamu?!," sosok tersebut mengejeknya.

"Kau belum menjawab pertanyaanku, sialan"

Sosok tersebut sekarang terlihat serius dari nada bicaranya yang berbeda.

"Kau pasti mengenal diriku. Namaku Nicholas Flamel. Di dunia ini orang selalu mencatut namaku dan dimasukkan ke dalam cerita fiksi. Sungguh sangat menggelikan. Aku adalah seorang manusia yang memiliki kehidupan yang kekal. Pria yang aku hadapi malam itu, semuanya adalah Vampire yang selama ini juga hidup di dunia ini"

Daniel merasa cerita sosok yang berada di dalamnya adalah cerita candaan belaka.

"Omong kosong! Kau tidak mungkin seorang Nicholas Flamel yang berada di film Heri Potte yang terkenal itu! Hahaha....apalagi ceritamu tentang vampire. Itu benar-benar tidak masuk akal"

Sosok yang mengaku bernama Nicholas Flamel tersebut menghela nafasnya dalam-dalam.

"Sudah kuduga, kau tidak akan mungkin percaya dengan perkataanku saja. Akan kubuktikan dengan kenangan yang berada di pikiranku," keluh Nicholas.

"Swoosh..."

Cahaya menyilaukan keluar dari mata Daniel sekali lagi. Kali ini sinar tersebut bercahaya lebih terang, Kenangan yang dimiliki oleh Nicholas Flamel sedikit demi sedikit memasuki pikiran Daniel.

"Sayang, kemarilah. Keluarlah sejenak dari ruang kerjamu. Aku sudah membuatkan teh chamomile dan kue kesukaanmu"

Daniel melihat pemandangan yang berbeda. Itu sesuatu yang belum pernah ia lihat. Ia berada di sebuah ruangan kerja, lengkap dengan meja kerja dan kursi yang cukup empuk baginya. Di ruangan tersebut banyak buku-buku yang tertata rapi di sekeliling meja kerja tersebut. Di salah satu ruangan terdapat sebuah meja panjang yang diatasnya terlihat beberapa alat aneh, semacam alat yang digunakan untuk meneliti sesuatu.

Daniel keluar dari ruangan kerja itu yang berada di lantai dua sebuah rumah. Ia menuruni tangga dan menuju di sebuah ruang santai yang dilengkapi sebuah perapian. Ia duduk di salah satu sofa yang berada di ruangan tersebut.

"Apakah sebegitu pentingnya penelitian ini, sayang? Jangan terlalu lelah. Itu tidak baik baik tubuhmu. Kupikir kau gila saat kau memutuskan untuk pergi ke spanyol hanya untuk mengartikan maksud dari buku aneh itu"

Kali ini Daniel melihat seorang wanita cantik yang berada tepat di sampingnya. Wanita itu bersandar tepat di samping pundaknya.

Daniel merasakan jika ia sekarang sedang tersenyum, menatap langit-langit rumah yang tersusun dari kayu dan tiba-tiba semuanya gelap.

Seseorang terlihat menepuk dadanya beberapa kali, Daniel terbangun dan menatap siap orang yang menepuknya.

"Wanita itu lagi, Siapa wanita ini sebenarnya?," gumam Daniel.

Kali ini, Daniel berada di sebuah kasur. Wanita yang ia lihat di ruang santai beberapa saat yang lalu, kali ini berada tepat di samping kasur yang ia gunakan. Ia menangis tersedu-sedu.

"Aku sudah memberitahumu, sayang. Aku tak ingin kau meminum cairan tersebut. Kita tidak mengetahui apakah kandungan dalam cairan tersebut aman untuk dirimu. Kau sudah tak sadarkan diri selama dua hari dan itu mengkhawatirkanku"

Daniel melihat ruangan tersebut. Tampaknya, bangunan yang kini ia tempati sudah jauh lebih mewah daripada sebelumnya. Ornamen-ornamen yang terpampang pada dinding ruangan tersebut menjadi bukti bahwa ia sedang berada di bangunan yang megah dan mewah.

Tubuh Daniel bergerak dengan sendirinya sekali lagi. Lengan kanannya bergerak ke arah wajah wanita tersebut. Dengan ibu jarinya, ia mengusap hangat air mata yang membasahi wajah wanita tersebut. Ia juga merasa jika ia tersenyum pada wanita tersebut. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap sekali lagi.

"Deg...Deg...Deg..."

Degup jantung Daniel berdetak dengan cepat. Saat ia tersadar, ia sedang berlari menuju bangunan yang terbakar hebat. Banyak orang yang mencoba menghentikannya. Namun Daniel tetap bersikeras memasuki bangunan tersebut.

"Gubrak..."

Daniel berhasil memasuki bangunan tersebut dari sebuah celah yang belum terbakar api. Kali ini sebuah suara keluar dari mulutnya.

"Perenelle, dimana kau?! Dapatkah kau mendengar suaraku?"

Api mulai menjalar mendekatinya. Daniel tak terlihat panik. Ia mengeluarkan sebuah tongkat sihir dari dalam jubah panjangnya.

Ia merapalkan sebuah mantra untuk dirinya sendiri.

"Ignity Fugera"

Sebuah mantra untuk membuat dirinya bertahan dari api. Mantra tersebut akan bertahan selama ia tidak diserang oleh mantra atau serangan mematikan yang lain.

Daniel akhirnya melihat sosok yang ia cari. Namun, saat ia mendekatinya, semua sudah terlambat. Tubuh wanita tersebut sudah terlihat mengenaskan. Beberapa pakaian sudah robek, beberapa bagian tubuhnya sudah terlihat bekas cakaran dan gigitan, organ perutnya sudah tercecer. Namun, wanita tersebut masih hidup.

Daniel tertunduk lesu. Air matanya mengalir. Namun saat wanita tersebut melihat Daniel, tangan wanita tersebut mencoba meraih tangan Daniel.

"Maafkan aku sayang, aku tidak dapat menahan serangan mahkluk-mahkluk itu. Mereka terlalu kuat. Maaf jika mereka juga berhasil merampas buku tersebut," ucapnya terisak.

Wanita tersebut tidak hanya terisak karena melihat Daniel menangis, namun juga rasa sakit luar biasa yang ia alami. Jika ia seorang manusia biasa sudah pasti ia sudah lama mati, tetapi berkat ramuan buatan yang dibuat oleh Daniel, ia berhasil bertahan.

Daniel tidak tahan melihat wanita tersebut tersiksa hebat. Ia melambaikan tongkat sihirnya sekali lagi. Sebuah mantra kutukan mengenai wanita tersebut. Nyawa yang barusan tersiksa menghilang

"Maafkan aku sayang, beristirahatlah dengan tenang"

"Er Viena Perde"

Sebuah cahaya merah yang menyilaukan dan suara menderu bagai petir yang menyambar muncul di rumah yang terbakar hebat tersebut. tanpa ada tanda dan jeda, tiba-tiba Perenelle sudah tergeletak tak bernyawa.

Daniel yang masih terisak tersebut bangkit dari posisinya yang tepat berada di samping Perenelle.

"Tunggu saja sayang, akan kupastikan dendammu akan terbalaskan. Buku tersebut juga akan kurebut kembali!"