Chereads / Bangkitnya Sang Pembasmi Vampire / Chapter 4 - Chapter 4 Hilang Ingatan

Chapter 4 - Chapter 4 Hilang Ingatan

Setelah malam yang panjang malam itu, tiba-tiba saja Daniel sudah berada di rumahnya pagi ini. Bahkan, dirinya sendiri tidak akan mengingat kejadian malam itu.

"Bang...bang...bang"

Sebuah pintu kamar tidur milik Daniel digedor dengan kerasnya oleh seseorang.

"Buka pintumu, anak sialan! Mau sampai kabar kau akan tidur?! Kau bahkan pulang larut malam dan kini kau tak menyiapkan makanan untuk diriku"

Daniel Liem terbangun karena gedoran dari pintu dan bentakan dari ayahnya.

Ayah Daniel Liem berubah semenjak istrinya yang notabene adalah ibu dari Daniel meninggal akibat dibunuh oleh orang yang tak dikenal. Sifat kasar dan tak sabarannya seringkali muncul dan membuat Daniel kesusahan. Namun, ia tak menyerah akan pria yang tidak langsung turut membesarkannya.

"Ugh...sial, jam berapa ini?"

Daniel Liem mencoba meraih jam beker yang berada di atas sebuah meja kecil tepat diatas kasurnya.

Waktu di jam beker tersebut menunjukkan pukul 8.00 pagi. Padahal hari ini, ia harus masuk kerja pukul 9.00 pagi.

"Aku kesiangan. Kenapa jam ini tidak berdering? Pantas saja ayah marah-marah!," keluhnya.

Daniel memang terbiasa bangun pukul jam tujuh pagi tiap harinya. Tanpa menunggu waktu untuk banyak terbuang, dengan sigap ia keluar dari kamarnya, mempersiapkan segalanya dan segera keluar dari rumahnya untuk bekerja.

Mendengar pintu kamar Daniel yang terbuka, ayah Daniel kembali berteriak.

"Siapkan makanan untukku sekarang juga!," bentaknya lagi.

"Tapi ayah, semuanya sudah ada di meja makan"

Ayah Daniel terbelalak dan kaget ketika ia mendengar suara Daniel yang berada di ruang makan.

"Sejak kapan kau berada disana?!," tanyanya sekali lagi dengan heran.

Kali ini Daniel yang memiringkan kepalanya.

"Ayah tak melihatku menuju ke dapur? Ah, sudahlah. Aku sudah menyiapkan sarapan dan makanan untuk makan siang dan serta makan malamnya ada di kulkas. Ayah tinggal menghangatkan saja. Aku akan berangkat kerja sekarang"

Daniel membutuhkan waktu kurang lebih sekitar 30 menit untuk menuju tempat kerjanya. Namun, kemacetan yang terjadi di depannya dapat membuat dia semakin terlambat.

"Sial, apakah aku harus berlari dari sini ke minimarket? Ahhh, apa boleh buat!"

Daniel segera beranjak dari teras rumahnya. Ia berlari dengan harapan ia lebih cepat sampai di tempat kerjanya kelak.

Dari kejauhan Daniel sudah dapat melihat minimarket tersebut. Gembok minimarket sudah terbuka.

"Sial aku terlambat," gumamnya.

Sesampai di minimarket tersebut ia langsung masuk ke dalam dan meminta maaf pada manajernya yang terlihat sibuk untuk melakukan pengecekkan toko.

"Maafkan saya bos, saya datang terlambat. Saya janji kejadian hari ini tidak akan terulang lagi"

Manajer Daniel melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dan juga jam dinding yang berada di sudut minimarket tersebut.

"Apa maksudmu? Kau tidak datang terlambat. Kau datang jauh lebih awal, Apa yang terjadi padamu, Dan? Kau aneh hari ini" ungkapnya.

Ini kedua kalinya Daniel merasa kaget. Tak lama, pandangannya beralih dari wajah Manajer tokonya menjadi ke jam dinding yang berada di minimarket tersebut.

"Tidak mungkin! Apakah ini mimpi?"

Daniel melihat jam dinding tersebut menunjukkan waktu pukul 8.15. Sedari tadi ia memang tidak memperhatikan waktu seusai ia keluar dari kamarnya. Ia mengusap matanya beberapa kali sebelum Manajer tokonya menepuk pundaknya dan keluar dari minimarket tersebut.

"Yah, jika kau bermimpi segeralah bangun dari mimpimu. Kau harus segera bekerja, Hahaha," Manajer toko mendengar Daniel dan tertawa kecil.

"Apa yang sebenarnya terjadi disini? Apakah ini mimpi? Tidak mungkin aku hanya menyelesaikan semua pekerjaan tersebut dalam waktu 15 menit saja," ujarnya.

Keanehan tersebut berdampak cukup besar pada kinerja pagi itu. Ia menjadi tidak fokus dalam bekerja hingga ia tidak sengaja menabrak salah satu rak barang yang berada tepat di depannya.

"Gedubrak...''

Beberapa barang terjatuh dari rak barang tersebut. Namun, keanehan lain terjadi. Dengan kecepatan dan kelincahannya, Daniel berhasil menangkap semua barang-barang yang terjatuh dari rak dan meraihnya sebelum menyentuh lantai.

Daniel menghela nafasnya," Hmm, hampir saja barang-barang ini jatuh. Untung saja aku masih dapat menangkapnya"

"Wow, bukankah itu gerak refleks yang cukup cepat"

Sebuah suara mengangagetkan Daniel. Ia mencoba mencari dimana asal suara tersebut namun tetap tidak menemukannya.

"Apa itu barusan? Apakah aku salah dengar?," gerutu Daniel.

Hari itu ia menjalani hari yang membosankan. Baginya, semua yang ia kerjakan terasa terlalu cepat. Bahkan hal itu juga terjadi saat ia melayani pelanggan.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganku? Mengapa aku merasa jika aku dapat mengerjakan semua hal dalam kurun waktu yang sangat cepat"

Saat pikirannya masih membuat dirinya sibuk, tiba-tiba beberapa pelanggan lain memasuki minimarket tersebut.

"Jam malam ini benar-benar membuatku muak. Aku merasa jika kita dianggap seperti binatang yang harus masuk kandang jika malam sudah tiba"

"Aku setuju denganmu. Lagipula mengapa pemerintah kota harus sibuk-sibuk memberlakukan jam malam padahal mereka belum dapat menemukan fakta yang sebenarnya?"

Obrolan itu membuat Daniel tertarik, saat salah satu pelanggan itu sudah menyerahkan barangnya ke meja kasir, Daniel bertanya padanya.

"Maaf nyonya, apakah anda bisa menjelaskan cerita anda barusan? Apa maksudnya dengan jam malam?"

Pertanyaan tersebut membuat pelanggan yang berada di depan Daniel merasa bingung.

"Apakah kau tidak melihat televisi atau sosial media?"

"Maafkan saya nyonya, tapi memang sedari kemarin saya belum membuka smartphone saya maupun melihat televisi," balas Daniel.

Pelanggan tersebut menepuk jidatnya.

"Pemerintah kota memutuskan membuat jam malam karena kejadian yang terjadi selama seminggu ke belakang. Ada beberapa orang yang ditemukan tewas di seluruh kota dengan tanda kematian tidak wajar. Pihak berwenang mengungkapkan bahwa pembunuhan tersebut selalu terjadi malam hari," ujar pelanggan tersebut sembari menggesek credit card yang ia bawa.

Setelah minimarket itu kembali hening dari pelanggan, otak Daniel berpikir keras sekali lagi.

"Bukankah aku kemarin keluar dari minimarket pada malam hari? lalu mengapa aku tak mengingat kejadian kemarin malam sama sekali? Ingatanku terakhir adalah saat ada seseorang yang membantingku"

Shift kerja Daniel berakhir akibat pemberlakuan jam malam. Tepat pada jam 13.00 ia sudah keluar dari minimarket tersebut. Daniel mencoba mengingat-ingat kejadian apa yang menimpanya kemarin. Ia juga berpikir mengapa ia tidak memiliki ingatan yang lain setelah terdapat seseorang yang membantingnya di salah satu lorong di salah satu sudut kota itu.

Daniel berhenti tepat di mulut lorong tersebut. Ia tidak ada niatan untuk menyusuri lorong tersebut. Tiba-tiba sebuah kesimpulan terlintas di pikirannya.

"Tampaknya aku terlalu banyak berpikir. Mungkin aku hanya kelelahan kemarin.

Bisa saja ingatanku akan kembali setelah aku banyak istirahat," gumamnya.

Saat Daniel berlalu dari lorong tersebut terdapat beberapa orang yang melihatnya dari jauh.

"Tampaknya ada yang harus segera kita beri pelajaran"