"Uaagh"
Daniel terbangun dari tidurnya. Namun, keringat deras mengucur hebat dari seluruh tubuhnya.
"Apakah kau mimpi buruk? Kau mengagetkan diriku saja. Omong-omong sebentar lagi kita akan sampai di tujuan"
Daniel masih merasa bingung.
"Dimana aku?"
"Hah, apakah kau belum sadar? kita berada di taksi. Bukankah minimarket 14K adalah tujuanmu?," ucap sopir taksi yang sejak tadi berbicara dengan Daniel.
Daniel memegang kepalanya yang masih terasa pening.
"Apa kau yakin?," tanya Daniel.
Perilaku supir taksi tersebut berbeda sperti yang ada di pikiran Daniel. Supir tersebut tidak melihat dari kaca spion tengah, tetapi ia membalikkan kepalany 360°.
"Apa maksudmu?," tanya supir taksi tersebut kembali.
Perilaku tersebut membuat pandangan Daniel yang sempat kabur menjadi fokus kembali. Tetapi yang terjadi, ia tidak kaget melihat hal tersebut namun hal lain yang membuatnya khawatir.
Daniel melihat arah taksi tersebut akan menabrak truk yang berada di depan mereka. Ia mencoba memperingatkan sopir yang kepalanya menghadap Daniel, ia juga sudah menggedor-gedor kaca pembatas di dalam taksi tersebut, namun hasilnya nihil.
"Sial, tabrakan ini tak akan terelakkan! Aku belum ingin mati!"
"Brakkk...."
Daniel membuka kedua matanya karena mendengar suara.
"Hei kasir, mau sampai kapan kau tidur? Kau sungguh sudah membuang-buang waktuku"
Mata Daniel berkedip cepat. Saat ia menegakkan tubuhnya dan bangkit dari posisinya, ia sudah berada tepat di belakang meja kasir kembali. Di depan dirinya sudah ada seseorang yang akan membayar barang-barangnya.
"Apakah baru saja aku bermimpi? Mimpi itu sangat terasa nyata," gumamnya.
Dengan refleks dan perasaan panik, Daniel memproses pembayaran tersebut. Ia bahkan tak sempat memikirkan kejadian apa yang terjadi pada dirinya baru saja.
"Jika kau ingin tidur, segeralah tutup toko ini. Jangan membuat para customer menunggumu!," bentak pelanggan tersebut.
"Mm...maaf tuan, saya memang salah"
Saat Daniel meminta maaf pada pelanggan tersebut dan wajahnya melihat wajah pelanggan tersebut, ia kembali kaget.
"Tidak mungkin! Aku pernah melihat pria ini! Pria dengan turtleneck abu-abu yang membantingku di lorong kota itu!," gumamnya dalam hati.
Pria tersebut mendekatkan tubuhnya ke tubuh Daniel," Apa ada yang salah denganku? Mengapa wajahmu begitu ketakutan seperti itu saat kau melihatku? Apakah kita pernah bertemu sebelumnya? Hah?!"
Wajah pria tersebut yang awalnya hanya membentak tanpa ekspresi kali ini berubah menjadi mengerikan. Mirip dengan ekspresi yang dikeluarkan saat Daniel bertemu dengan pria tersebut di lorong kota yang dalam. Dengan wajah pucat pasinya, gigi taring yang tajam, serta mata merah yang terlihat di sela-sela frame kacamatanya yang turun ke hidungnya.
Daniel merasa tubuhnya menjadi kaku saat pria tersebut memandang dirinya dengan tajam. Ia tak bisa menggerakkan tubuhnya sedikitpun. Saat jari jemari pria tersebut sedikit lagi akan sampai di leher Daniel, sebuah suara mengagetkan keduanya dan pria tersebut tiba-tiba terlihat kesakitan.
"Lumière sacrée!"
"Swoosh..."
Sebuah sinar yang menyilaukan mengenai bahu kanan pria tersebut. Darah segar keluar dari pria dengan turtleneck abu-abu.
"Ugh, serangan ini!"
Saat pria tersebut melihat lorong yang berada di sisi kiri dimana Daniel tergeletak, ia melihat sosok lain yang berjalan mendekati Daniel.
"Berani-beraninya kau, Flamel?! Apa yang kau lakukan sudah menghancurkan kontrak perdamaian antar dirimu dan ras kami!"
Saat pria pemakai turtleneck tersebut sedang berseteru dengan pria lain Tiba-tiba pandangan Daniel sudah kembali seperti semula.
"Jadi benar, sedaritadi aku berada di tempat ini"
Daniel Liem tergeletak bersandar pada salah satu tembok bangunan di lorong tersebut. Ia tak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya, beberapa bagian tubuhnya terasa ngilu. Pandangannya juga terasa kabut, ia samar-samar melihat dua orang berada di depannya.
Ia terlalu banyak berhalusinasi karena ia sudah terlalu banyak mengeluarkan darah akibat serangan mendadak tersebut.
Salah satunya pemakai turtleneck tersebut, dan pria lainnya seseorang yang membawa tongkat yang bercahaya.
Daniel hanya dapat mendengarkan percakapan diantara kedua orang tersebut.
"Aku awalnya tak peduli dengan apa yang kalian lakukan. Namun, semakin lama kelakuan kalian semakin memalukan. Jika begini, para Saintee Army tidak hanya mengejar kalian namun juga mengerjarku, dan itu sangatlah merugikan bagiku"
"Hahaha...kau? Seorang Nicholas Flamel yang terkenal dengan kehidupan abadinya takut dengan para mortal? Menggelikan!"
Pria yang disebut Nicholas Flamel tersebut mendengus.
"Terserahlah, tapi ini peringatan bagi kalian. Kurangilah memangsa manusia, atau aku yang akan turun tangan sendiri untuk menghadapi kalian semua"
"Hahahaha! Apa kau yakin akan membasmi kami semua?!"
Tiba-tiba terdengar suara tawa yang dibarengi oleh langkah kaki beberapa mahkluk.
Pria berturtleneck tersebut tiba-tiba menundukkan tubuhnya untuk memberi hormat pada sosok yang datang dari arah belakang dirinya sendiri.
"Tuanku, mengapa anda harus ikut muncul. Pria tersebut akan dengan mudah hamba hadapi sendiri"
Pria yang terlihat memakai jaket kulit dengan hoodie berwarna hitam tersebut tersenyum.
"Bangkitlah. Beramai-ramai akan lebih cepat selesai, kan? Jika kita menghabisi manusia tengik ini, maka masalah besar akan berkurang satu"
Ekspresi wajah Nicholas Flamel berubah drastis saat melihat beberapa mahkluk yang baru saja datang.
"Sial, ini momen yang tidak tepat. Jika tingkatan mereka muncul disini dalam keadaanku yang masih belum fit seperti sekarang, aku akan mengalami kekalahan yang telak"
Beberapa mahkluk yang baru saja datang tersebut mendekati Nicholas Flamel perlahan.
"Kita akan fokuskan semua serangan kita pada tua bangka itu. Biarkan anak muda yang sudah sekarat itu dahulu, lagipula makanan akan lebih lezat disantap saat masalah sudah diselesaikan. Semuanya, kita mulai serangannya!" ucap pria dengan jaket kulit itu tersebut.
"Baam..."
Pria-pria tersebut menyerang bak kawanan singa yang siap menerjang mangsanya. Mereka bergerak secepat peluru.
"Tampaknya mau tak mau aku harus meladeni mereka semuanya. aktivasi Mantra peringan tubuh"
Dengan sebuah mantra, tiba-tiba NIcholas Flamel dapat menyamai kecepatan para penyerangnya.
"Hahaha...nampaknya dirimu masih belum habis. Jika begitu, maka rasakan kekuatan terbaru kami!," ucap salah satu mahkluk tersebut.
"Slash"
''Dururuduk"
Cakaran jari-jari mereka yang tajam berhasil mengenai tubuh Nicholas Flamel, beberapa dari mereka menjilati kucuran darah Nicholas yang menempel di jari mereka.
Setelah beberapa kali saling menyerang, tampaknya keadaan Nicholas Flamel tidak begitu bagus. Mana di dalam dirinya tersisa sedikit. Nafasnya pun terlihat terengah-engah.
"Cih, rasa darahmu sangat menjijikan," gerutu salah satu penyerang Nicholas.
"Seharusnya kau sadar diri, Nicho. Aku paham jika dirimu sudah tidak sekuat dulu.
Bahkan kau tidak sanggup mengaktifkan lebih dari dua mantra persamaan. Bukankah sudah waktunya kau mati? Kau sudah cukup lama berada di dunia ini," cetus pria pemakai jaket kulit tersebut.
Nicholas Flamel menundukkan kepalanya, ia tak menampik ucapan tersebut. Kini, dirinya sudah terpojok. Namun, ia masih tak rela jika ia harus pergi dari dunia ini sekarang.
"Impianku untuk menemukan buku tesebut belum dapat kugapai. Bagaimana ini?
Aku yakin jika aku tidak dapat bertahan dari serangan para Arch Vampire ini, atau kah aku harus mengorbankan tubuh mortalku untuk mencapai segalanya?," gumam Nicholas.
Vampire dengan jaket kulitnya kali ini mendekati Nicholas perlahan-lahan.
"Jika kau menyerahkan hidupmu kali ini, secepat mungkin aku akan melakukannya tanpa rasa sakit"
Tampaknya Nicholas tak memiliki pilihan lain.
"Baiklah jika itu maumu. Aku akan melakukannya sesuai metodeku"
"Pelarian diri dari Kehancuran: Libération de l'âme diaktivasi"
"Screech..."
"Guaaagh..."
"Bajingan kau Nicholas!"
Sebuah sinar yang sangat menyilaukan muncul di lorong tersebut. Akibat pancaran sinar tersebut, seluruh Vampire yang berada di lokasi tersebut hancur tak bersisa. Nicholas Flamel pun demikian, ia tak tampak dimanapun.
Di lokasi tersebut, hanya terdapat seorang laki-laki yang tergeletak tak sadarkan diri.