Chereads / DEFINISION LOVE / Chapter 12 - Chapter 12 DL

Chapter 12 - Chapter 12 DL

Pekerjaan yang di jalani gadis itu memang hanya pembersih ruangan, menyediakan semua keperluan tuan nya. Walau setiap hari ada saja penyesalan setiap melihat wajah lelaki yang pernah tidur dengannya itu.

Selena segera memasuki kamar Edison, dan melihat lelaki itu sedang berendam di jagucci yang sudah ia siapkan tadi.

Selena juga sudah menyiapkan baju tidur untuk Edison , yang hampir senada dengan yang ia gunakan.

Edison menyelesaikan mandinya dan segera merapihkan diri. Selena siap untuk membersihkan kamar Edison. Namun tiba-tiba pria itu segera memeluk Selena dan membawanya ke atas tempat tidur. "Tuan, aku harus membersihkan jagucci!" lirih Selena di sela-sela pelukan Edison.

"Besok saja, aku sangat lelah dan ingin tidur seperti ini."

"Aku akan memijat kakimu jika kamu lelah," Selena menawarkan diri.

Ia segera bangun dari pelukan Edison, kemudian memijat kaki Edison dengan pelan karena ia tahu itu bekas kecelakaan kuda.

"Apakah kamu berbicara dengan Mia?" tanya Edison dengan mata terpejam.

"Dia hanya bertanya apakah kamu punya pacar!" jawab Selena, dengan tangan mulai memijat kaki Edison.

"Lalu apa jawaban mu?"

"Aku bilang kamu tidak memiliki pacar!"

"Sekarang belum mungkin besok," lirih Edison kemudian tidak terdengar suara apapun lagi dari mulutnya.

Selena berpikir keras namun tidak menemukan titik terang atas ucapan Edison, Itu hanya membuatnya menaikan satu alisnya.

Mia mencari semua orang di lantai satu namun ia tidak menemukan siapapun, semua pegawai sedang istirahat dan berada di belakang.

Mia menapaki anak tangga berniat mengunjungi kamar Edison, ia melihat pintu kamar itu sedikit terbuka. Mia melihat dengan kedua matanya, Selena menyentuh kaki Edison. "Mengapa wanita itu sampai melakukan itu pada Edison, walaupun Edison banyak berubah tidak mungkin iya membebaskan siapapun menyentuh dirinya."

Rasa cemburu yang menyergap hati Mia, membuatnya turun dari lantai dua dengan penuh emosi. Kemudian ia keluar rumah dengan wajah marah.

Ia melihat Jhon berdiri di depan kayu yang berdiri kokoh itu. "Jhon, apa yang kamu lakukan?"

"Mengapa kamu keluar?" tanya Jhon.

"Aku sedikit kesal melihat seorang pelayan menyentuh tubuh Edison begitu saja, di kamar utama!"

"Apakah kamu naik ke lantai dua?"

"Ya, dan secara tidak sengaja aku melihat pelayan bernama Selena memijat Edison!"

"Kaki Edison baru saja sembuh, wajar jika dia meminta memijatnya!"

"Apakah Edison sakit?" raut wajah Mia tampak kaget.

"Ia jatuh dari pacuan kuda, dan hampir berbulan-bulan kakinya tidak bisa ia gerakan dengan bebas."

Mendengar itu Mia sedikit lega, mungkin karena itulah Edison menempatkan seseorang di lantai dua agar mudah ia panggil.

"Apakah kamu ingat kayu itu?" tanya Jhon.

Pandangan Mia langsung beralih ke depan. "Apa?" tanya Mia .

"Apa kamu melupakannya?" tanya Jhon sekali lagi, penuh penekanan.

"Kayu itulah yang digunakan Edison tiga tahun lalu untuk menembak Devan, kamu bahkan melupakan itu?"

Mia membelalakkan matanya, bayangan kembali pada tiga tahun lalu. Edison yang secara bengis mengikat Devan lelaki yang dicintainya di kayu itu, kemudian peluru menembus dadanya.

"Mengapa kayu itu masih di sana? bukankah saat itu Edison membuangnya?" tanya Mia, kini air mata mengalir di pipinya.

"Dia menyuruh orang untuk memasang kembali kayu itu, dan mengingatkan pada semua pegawai disini, siapa yang berkhianat dia akan mati di kayu itu." jelas Jhon.

Mia terdiam dengan menggigit bibir bawahnya, tak tahan menahan tangis yang menyergap hatinya.

Selena selesai memijat Edison, ia menyelimuti pria itu kemudian pergi keluar dari kamar Edison.

Tengah malam tepat sekitar jam 12 malam, Edison mengalami mimpi buruk suara tembakan berkali-kali hampir terdengar seperti aslinya. Hal itu membuatnya berkeringat dingin.

Edison terbangun dan mengibaskan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berlari keluar dari kamarnya kemudian berteriak sembari memegangi kepalanya, hal itu membuat Selena yang paling dekat terbangun, ia segera berlari keluar dan mendapati Edison tersungkur, lututnya membentur lantai. Ia segera bergegas menghampiri.

"Tuan, kenapa ada apa?" Selena menyentuh tangan Edison yang digunakan untuk memegangi kepalanya.

Mata lelaki itu langsung menatap ke arah Selena . "Mimpi buruk itu datang, aku membencinya. Maafkan aku Selena ," ucapan Edison di nilai melantur oleh Selena, ia segera membawa Edison ke pelukan nya sembari mengelus kepalanya.

Mereka berdua duduk, dan Edison menangis di pelukan Selena.

Suara Edison membuat seantero rumah mendengar nya.

Begitupun Mia, Jhon, nyonya Nana pun segera berlari ke lantai dua dengan asisten lainnya.

Mereka sangat shock begitu mendapati Edison yang menangis di pelukan Selena. Mia sangat kaget melihat itu.

"Aku membenci mimpi itu, maafkan aku Selena !" ucap Mia.

Mia mengernyitkan kedua matanya, ia bertanya mengapa Edison meminta maaf pada gadis itu. Pelukan Edison saja sudah membuat ia kebingungan, ia merasa Edison terlalu berlebihan pada Selena yang hanya sebatas pelayan nya.

Selena dengan sabar mengajak Edison bangun kemudian kembali ke kamarnya. Nyonya Nana menawarkan diri menjaga namun Selena bilang ia bisa sendiri dan tidak kan tidur, Selena ingin nyonya Nana juga beristirahat.

Semua orang kembali ke kamarnya masing-masing.

Selena memegangi tangan Edison yang mulai terlelap, pria itu menggenggam nya dengan erat.

Hal itu pun membuat Mia terganggu.

Pagi hari sudah tiba, Selena tidak memejamkan matanya sampai pagi, ia langsung menyiapkan sarapan untuk Edison yang hari ini libur bekerja.

"Nona Selena,apakah semalam tidak tidur?" tanya Nana yang melihat mata gadis itu memerah menahan kantuk.

"Aku keluar tadi pagi dari ruangan Tuan Edison dan langsung mandi untuk bekerja."

"Jika mau, kamu bisa tidur sebentar, lagi pula ini jadwal berkuda Tuan Edison,saya akan menjaganya."

"Tidak perlu, terimakasih Nyonya." jawab Selena ramah.

Edison turun dari lantai dua menggunakan baju berkuda nya, ia melirik Selena karena malu akan apa yang terjadi semalam. Hal itu membuatnya tidak berkata-kata.

"Edison , ini jadwal berkuda mu. Aku juga ingin melakukannya, sudah lama aku tidak berkuda!" Mia duduk di samping Edison, lelaki itu hanya menoleh sebentar.

Melihat Mia juga berpakaian rapi dengan baju berkuda nya.

"Nyonya, tolong temani Mia untuk keperluannya." ucap Edison.

"Tidak perlu, aku ingin berkuda denganmu. Bukankah ada Selena nanti?" tanya Mia .

Edison berhenti mengunyah makanannya. "Jangan pernah suruh dia, dia milikku dan tidak boleh melakukan apapun selain yang aku perintahkan."

Selena menoleh pada Edison dan mengedipkan matanya berkali-kali.

"Tapi aku sudah lama tidak berkuda, bisakah kamu mengajariku lagi Edison ?" tanya Mia .

"Belajar hanya untuk dia yang belum bisa, bukan untuk dia yang lupa!"

"Kemudian apakah kamu akan mengajari seseorang jika dia belum bisa menunggangi kuda?"

Ucapan Mia membuat Edison geram.

"Kamu bisa mengganti pakaianmu sekarang Selena, aku akan mengajarimu berkuda!" ucap Edison pada Selena.

Selena yang sedang menuang air untuk

Edison , kaget bukan kepalang. Dia menatap semua orang memastikan Edison memang bicara padanya.