Selena tidak memikirkan hal itu lagi, dengan polosnya ia mengira Edison hanya sedang sibuk dan tidak sempat makan.
Setelah menyelesaikan pekerjaan nya membereskan kamar Edison, Selena melihat sebuah benda di sudut vas bunga besar dikamar Edison. Sebuah kalung yang ia kira mungkin hiasan. Namun begitu menyentuhnya mata Selena terbelalak, itu adalah kalung dengan sebuah huruf S, yaitu inisial namanya. Sama dengan kalung yang ia gunakan yaitu huruf D yaitu inisial Devan. Mereka mendapatkan itu dari ayahnya sebagai tanda keberuntungan.
Sepulangnya Edison dari kantor, Selena langsung mengikuti langkah pria itu menuju kamarnya. "Stop, jangan ikuti aku. Aku mau istirahat sekarang!" ucap Edison pada Selena.
"Tuan saya ingin menanyakan sesuatu,"
Ucapan Selena sontak membuat Edison penasaran. "Cepat katakan saya tidak punya waktu lama."
"Mengapa kalung Kakak saya ada di kamarmu, apakah dia pernah datang kemari?" tanya Selena.
Mendengar itu Edison mematung, ia menatap Selena dengan gugup. "Diii dia pernah kemari ketika ada urusan pekerjaan!" jawab Edison terbata-bata kemudian ia masuk dan menutup pintunya, lelaki itu tenggelam di balik pintu.
Jawaban dari Edison masih menggantung di kepala Selena, makanya hanya seorang buruh pabrik yang tidak terlalu memiliki jabatan, untuk apa dia datang kemari.
Satu jam berlalu semenjak Edison pulang ke rumah, tetapi ia belum memanggil Selena walaupun untuk sekedar meminta makan.
Ketika tengah malam tiba Selan masih belum bisa memejamkan matanya, ia mengira Edison sudah tidur dan berniat menyelinap keluar untuk mencari angin.
Selena keluar ke pekarangan rumah, duduk di sebuah kursi di taman, dingin nya rerumputan menyapa sedikit telapak kakinya.
Namun siapa sangka Edison tiba-tiba duduk disebelahnya.
"Tuan, aku kira anda sudah tidur, apakah Tuan memerlukan sesuatu?" tanya Selena.
"Tidak, aku sedang mencari angin."
Selena mengangguk paham, mereka duduk dengan memejamkan matanya dan juga menghirup udara segar.
Kemudian Edison kembali membuka matanya dan menatap gadis itu. "Selena, aku ingin mengatakan sesuatu padamu sekarang!"
Dengan kerjapan mata beberapa kali, Selena tersadar. "Kenapa? dan apa?" jawabnya.
"Aku ingin kamu menjadi kekasihku, aku mencintaimu! Setiap kali kamu menolak itu malah membuatku semakin terpacu memilikimu, dan membuat penasaran!"
"Tapi Tuan!"
"Ya atau tidak hanya itu jawabannya!" gertak Edison.
Selena menatap mata pria di depannya, ia tidak pernah menyadari Edison setampan ini sebelumnya. "Aku juga menyukaimu!" tiba-tiba mulut kecil itu mengeluarkan suaranya, seperti terhipnotis dengan ketampanan Edison.
"Ah, ah! Benarkah?" suara Edison sampai tersengal-sengal karena bahagia mendengar jawaban Selena .
"Aku akan menjagamu, aku akan melakukan itu Selena !" kini Edison menyentuh kedua tangan gadis itu.
"Tapi apakah kamu akan tetap membantu ku mencari kakak ku?"
Seketika ucapan Selena seperti bumerang yang membuat Edison mematung.
Tanpa aba-aba Edison mengangguk pelan dan bibirnya memagut bibir kecil Selena, mereka terbuai dengan sentuhan manis itu hingga lupa itu sudah tengah malam.
Selena kembali ke dalam rumah bersama Edison , dengan tangan saling bergandengan, tak sengaja Jhon juga sedang mengambil minum di dapur dan menyaksikan pemandangan itu.
"Apa yang akan kau lakukan pada gadis itu Edison, setelah kau membunuh Kakaknya!" ujar Jhon di dalam hati.
Kedua sejoli itu memasuki kamar Edison yang luas, untuk kesekian kalinya Selana masuk ke sana. Namun kali ini Selena diperlakukan sangat lembut, Edison hanya menyuruhnya tidur di lengannya, sembari memeluk nya dengan lembut.
Edison menyelipkan rambut Karina ke daun telinga nya. "Selena , tetaplah seperti ini! Gadisku." kecupan meluncur di dahi Selena, mereka pun terlelap bersama dengan saling mendekap.
Hari berlanjut, Selena kini dengan semangat menyiapkan baju Edison, dan pria itu juga dengan semangat memakainya.
Mereka turun bersama, kini Edison juga penuh gairah menyantap makanan yang di siapkan gadis itu. Mia sudah menyiapkan sebuah bungkus makanan untuk dibawa Edison, ia menghiasnya dengan begitu indah.
"Edison , aku membawakan mu makan siang!" ucap Mia.
"Maaf aku sudah sarapan! dan aku makan siang dengan karyawan ku di kantin hari ini!"
Jawaban Edison langsung menampar perasaan Mia, ia benar-benar merasa Edison kembali menaruh rasa perhatian nya pada Selena.
Edison pergi berangkat kerja dan seperti biasa semua pegawai melihatnya pergi. Sedikit lirikan manis pada Selena membuatnya mengedipkan mata, untunglah semua pegawai menurunkan pandangan nya.
Selena tersenyum manis dan polos sekali.
Mobil mulai melaju, keluar dari pekarangan rumah mewah itu. "Tuan, semalam saya melihat anda dengan Selena!"
"Aaa apa? kamu melihat apa?" Edison terbata-bata karena takut malu jika Jhon memergokinya sedang mencium gadis itu.
"Aku melihat di ruang tamu saat sedang mengambil air minum!"
"Oh begitu!" jawab Edison tenang.
"Apakah anda tidak merasa bersalah pada gadis itu?"
"Tentu saja, aku sangat merasa bersalah! Tapi entah mengapa aku mencintainya, rasa yang berbeda jika aku bersama wanita yang lain!"
"Tetapi gadis itu saya harap tuan mengecualikan nya, saya tidak bisa menghadapi orangtuanya jika saja bertemu nanti!"
"Jhon, aku mencintainya! tidak kah kamu mengerti?"
"Tuan, saya memahami anda! Jika anda mencintai seseorang berarti akan ada yang harus direlakan orang itu, atau anda merebut kehidupannya!"
"Apa maksudmu?"
"Saat anda bersama Mia, anda menjauhkan nya dari keluarga dia! Kemudian gadis itu berkhianat dan anda membunuh orang yang dicintainya!"
"Bukankah aku sudah baik hati dengan menerimanya kembali di rumah ku, bukankah dia menerima bayaran untuk hal itu!"
"Apakah Tuan benar-benar sudah melupakannya?"
"Stop, kamu tidak punya berhak untuk tahu perasaan ku dan apa yang akan aku lakukan!"
"Tetapi jika itu Selena aku tidak bisa lagi menahan nya!"
Edison terdiam dengan ucapan terakhir Jhon, ia tahu betul lelaki itulah temannya satu-satunya. Ia memilih mengalah daripada hrus bertengkar.
"Aku tidak akan bisa jujur padanya, aku hanya mempunyai dua kemungkinan jika berkata terus terang, kehilangan nya dan juga dia membenciku selamanya!"
Jhon hanya terdiam juga mendengar penuturan Edison yang berbicara pelan hampir tak terdengar itu.
Di Mansion besar itu. Mia menghampiri Selena, dengan kasar ia menarik tangan gadis itu dan menyeretnya di ruang tamu. Pemandangan yang disaksikan semua pegawai termasuk nyonya Nana.
"Kenapa Nona?" tanya Selena sembari menyentuh pergelangan tangannya.
"Apakah kamu akan terus menjadi penggoda, apakah kamu sangat ingin menjadi nyonya di rumah ini! Bahkan asal kamu tahu Edison selalu menghabiskan waktu dengan banyak wanita, tetapi saat kamu datang ia hanya terus terfokus padamu."
"Lalu apa salahku?"
"Apa kamu menyukainya?"
Tatapan mata Mia seakan-akan ingin menampar mata Selena . "Ya, aku menyukainya!" jawaban karina membuat Mia membelalakkan matanya lebih besar.
Dan kini tangan nya menampar pipi Selena.
Plak suara pukulan itu terdengar oleh semua orang. "Nona! hentikan anda keterlaluan."
"Apakah sekarang nyonya Nana juga akan membelanya karena Tuan muda menyukainya? sehebat itu koneksi mu Selena!"
Dengan marah berapi-api Mia terus membentak gadis itu.