Hari terus berganti, semua orang kini memiliki rahasia yang di sembunyikan nya. Dan menjadi kecanggungan tersendiri.
Edison selalu bergelayut pada Selena saat tidak ada orang lain, tak jarang mereka sering berduaan.
Satu minggu berlalu, Edison baru menyadari bahwa Mia tidak pernah menampakan diri dihadapan nya sejak kejadian itu.
"Dimana Mia Nyonya?" tanya Edison pada nyonya Nana.
"Dia di kamarnya Tuan!"
"Semenjak aku berbicara dengannya tentang Devan dia tidak menemui ku lagi!" sela Selena yang kini duduk di samping Edison di meja makan.
"Kakak mu?" Edison tampak kaget.
"Mengapa, em aku sudah berbaikan dengannya jangan khawatir!"
Edison terdiam, ia takut sekali Mia akan berbicara semuanya pada Selena.
"Apakah kamu mau ikut ke kantorku mulai sekarang?" tanya Selena.
"Aku?"
"Ya!"
"Mengapa?"
"Aku sulit fokus jika kamu jauh dari penglihatan ku."
Selena tersedak begitu ia akan meminum minumannya.
Perasaan Edison sedikit tidak baik karena Selena kembali dekat dengan Mia. Ia juga merasa bahwa Mia sudah mengetahui tentang Selena, hal itu membuatnya semakin sakit kepala.
Selena tidak menolak selain menuruti kata-kata Tuan yang kini menjadi kekasihnya itu.
Hari berlanjut Selena terus ikut ke kantor Edison, tak jarang ia menjadi bahan gosip di kantor dan sampai ke telinga Tuan besar yang tidak lain adalah Ayah Edison.
Selena juga makan bersama Jhon dan Edison di kantin perusahaan, kedekatan mereka membuat semua karyawan perempuan itu karena bisa berdekatan dengan kedua pangeran sekaligus.
Tiba-tiba di tengah makan Selena merasa mual dan tidak bisa menerima makanan yang ia sendok an ke mulutnya.
"Selena! apakah kamu baik-baik saja? apakah makanan ini mengandung udang, alergi mu kambuh?" Edison tampak sangat khawatir.
"Tidak, ini bukan udang perutku sedikit sakit sampai ulu hati!" jawab Edison sembari menutup mulutnya dengan satu tangan sedangkan tangan lainnya ada di perutnya.
Edison langsung memangku Selena saat itu juga dan menyuruh Jhon menelepon Dokter pribadi mereka.
Namun Selena meminta pulang saja, ia merasa tidak enak badan.
Sema pasang mata menatap mereka. "Edison aku bisa berjalan sendiri!" lirih Karina di pangkuan kekasihnya itu.
"Kamu tidak bisa, sudah jelas kamu sakit."
Sharon hanya diam, bahkan dari lantai mereka berada, Sharon tidak menurunkan Karina sama sekali, ia menggendong sampai ke mobil sampai semua orang di lobby juga melihat adegan mesra itu.
Mereka pulang ke rumah, sementara Jhon menelpon Dokter untuk segera menuju mansion milik Selena.
Sesampainya di sana Edison kembali memangku Selena, sampai ke lantai dua dan membawa gadis itu ke kamarnya.
Semua pegawai menatapnya juga, tak terkecuali Mia!
"Edison aku tidur di kamarku saja,"
"Kamu bisa tidur disini, aku khawatir kamu memerlukan sesuatu."
Raut wajah Selena tampak sangat mengkhawatirkannya,Selena pun hanya memejamkan matanya sembari menunggu Dokter datang.
Setengah jam kemudian, Dokter pribadi yang selalu siap datang saat di hubungi jam berapapun itu kini sudah berada di ruangan Selena, beserta Nyonya Nana dan beberapa pegawai yang membawakan air hangat untuk kompres Selena.
Tampak mereka antusias melihat penampakan kamar Edison, karena memang ini area terbatas yang hanya bisa di masuki beberapa orang yang dipercaya Edison.
Dokter mulai mengeluarkan peralatan nya guna mendeteksi keadaan tubuh Selena! Selena mengeluh di area perutnya, kemudian setelah beberapa saat Dokter juga menyentuh pergelangan tangan gadis itu.
"Siapa namamu Nona?" tanya Dokter itu, karena baru pertama kali melihat Selena.
"Karina!" jawabnya.
"Selamat anda sedang mengandung, untuk mengetahui jelas silahkan datang ke rumah sakit agar lebih pasti untuk melihat perkembangan bayinya!" ucap Dokter.
Dokter itu tampak senang karena ia juga tersenyum begitu menyampaikan berita itu.
Edison membelalakkan matanya, ia menatap mata Selena yang membulat dan juga menatap mata semua orang bergantian.
Nyonya Nana tampak sangat terkejut dan segera menyuruh semua pegawai keluar dari kamar itu dan Dokter itupun pamit pulang.
Selena menatap wajah Edison dengan seksama, ia masih tak percaya apa yang di dengarnya.
Edison meraih tangan Selena sembari duduk di samping gadis itu. "Aku benar-benar tidak percaya akan memiliki seorang anak, ini diluar dugaan ku."
Selena melihat reaksi Edison yang tampak sangat bahagia, ia juga tak menyangka akan seperti itu.
"Apakah kamu senang?" tanya Selena.
"Tentu saja! this my child."
Jawaban Edison sontak membuat Selena terharu.
Kabar itu sudah terdengar oleh Mia di lantai satu, ia hampir kehilangan keseimbangan karena informasi ini. Kemudian ia berlari keluar, diikuti Jhon dari belakang.
"Mengapa kamu menangis? apa karena Edison?" tanya Jhon dengan nada suara seperti biasa tanpa ekspresi.
"Tidak, aku tidak membencinya! Bagaimana laki-laki itu tidak berprikemanusiaan, kenapa harus Selena jika dia tahu dia adik Devan."
Mendengar ucapan Mia, Jhon langsung kaget. "Apa kamu mengetahuinya?" tanya Jhon.
"Seharusnya kamu memberi tahu aku, agar aku tak menyakiti gadis itu!"
"Kami kemari untuk mendapatkan Edison kembali?"
"Aku kemari untuk menghancurkan nya."
Jhon tercengang mendengar itu. "Tetapi jika aku melakukannya Selena dan bayinya akan terluka seketika."
Jhon kini juga harus memikirkan keadaan Selena yang sedang hamil, Edison benar benar membuat keadaan semakin kisruh.
Diantara semua kebingungan, kedua sejoli itu malah senang mengelus perut Selena.
"Edison bagaimana jika anak kita lahir dan kita belum menikah?" tanya Selena.
"Aku akan menikahi mu sesegera mungkin!"
Selena tersenyum mendengar penuturan Edison.
Keesokan hari kabar kehamilan itu sampai ke telinga Tuan besar. Hingga membuatnya datang ke kediaman Edison setelah sekian lama.
Ia langsung masuk ke ruangan utama, dan memanggil semua orang.
"Kemana Edison?" tanyanya.
"Dia ada di kamarnya Tuan!"
Mendengar berisik di bawah membuat Selena terbangun lebih dulu, dan langsung turun kebawah. "Ada apa Nyonya?" tanya Nana pada Nana.
"Apakah kamu Selena ?" tanya Ayah Edison.
Selena mengangguk dan melangkah kedekat nya.
Plakkk suara tamparan langsung meluncur di pipinya. Pemandangan itu membuat Mia dan semua orang kaget.
Edison tidak sengaja melihat kejadian itu dan langsung berlari ke lantai satu
"Ayah, berani nya kau menampar kekasihku!"
"Kamu membentak ku? bagaimana bisa kamu menghamili seorang pembantu di rumahmu Edison! Dia hanya pembantu."
"Hentikan Ayah, dia adalah ibu dari anakku nanti jangan menyentuhnya.''
"Berani sekali kamu seperti ini, lihat mantan kekasihmu kamu tampung disini sekarang kamu menghamili pembantu mu, bukankah kamu memulai kehancuran?"
"Lalu bagaimana Ayah akan meminta maaf pada ibu atas perselingkuhan dengan karyawan pabrik kita?" ucap Edison.
Kini ayahnya menampar wajah Edison, membuat Selena sontak kaget.
"Hentikan ocehan mu, kita berbeda!"
"Bagaimana kita bisa berbeda sedangkan aku darah dagingmu!" Edison menyentuh pipinya yang sedikit sakit karena tamparan ayahnya.
"Mulai sekarang buat janji ketika ingin mengunjungi rumahku, jangan sembarangan masuk apalagi menyentuh istri ku!"
Edison memegang tangan Selena.
Kemudian menoleh pada nyonya Nana "Nyonya, suruh penjaga di depan melapor dulu kedalam setiap ada tamu termasuk Ayahku!" ucap Edison dan berlalu menaiki tangga sembari memegangi tangan Selena.
Ia lebih mengkhawatirkan gadis itu di banding konsekuensi yang akan ia terima dari sang Ayah.