Berat untuk melangkahkan kakinya meninggalkan kampung halaman nya itu.
Suasana di kampung benar-benar ia rindukan.
Selena tampak murung begitu melangkahkan kakinya di depan rumah, tangannya tak terlepas dari genggaman pak Selorin.
"Ayah, rasanya aku ingin tinggal disini saja!" ucap Selena , karena ia tidak tega berpisah dengan Ayah yang sangat di sayangi nya itu! Ditambah usia pak Selorin yang tidak lagi muda.
"Nak, ayah akan mengunjungimu nanti setelah semua panen selesai! Ayah akan di sana saat kamu melahirkan cucu pertama Ayah."
Selena tampak mengusap air matanya. Edison juga sebenarnya tidak tega melihat istrinya seperti itu, namun tugas pekerjaan dia sangatlah banyak.
Mereka pun pamit pulang, di perjalanan Edison diam seribu bahasa! Air matanya sesekali ia seka karena terus keluar.
"Sayang, bagaimana jika Ayah kita ajak tinggal di kota saja, agar kamu tidak perlu mengkhawatirkannya?"
Mendengar penuturan suaminya, Selena langsung menatap Edison. "Apakah boleh? kamu serius?" tanya Selena
Edison mengangguk cepat, Selena pun tersenyum manis pada suaminya.
Melihat tawa sang istri yang mulai terdengar, membuat Edison lebih tenang.
Perjalanan ini juga akan sama melelahkan nya seperti saat mereka berangkat ke desa. Mereka berhenti beberapa kali karena Selena merasakan kram di perutnya.
Setelah perjalanan jauh, tiba lah mereka di mansion. Sambutan pun sudah bersiap begitu Edison dan Selena keluar dari mobil. Perut Selena yang besar membuat Edison tidak jauh dari gadis itu memeganginya.
Nyonya Nana langsung membantu mengeluarkan koper dan semangka juga timun yang di bawa Selena dari rumahnya.
Buah segar itu langsung di masukan ke dalam lemari pendingin, sementara Edison dan Selena langsung masuk ke kamarnya karena kelelahan.
Selena merasa kakinya sangat pegal, Edison menyuruh Nana untuk membawakan kursi pijat di lantai satu rumahnya. Beberapa pegawai mengangkat kursi pijat yang berbobot hampir seratus kilo itu.
Selena langsung duduk di sana, dan hanya bagian betis nya saja yang pijat, ia tidak ingin di pijat di bagian punggung karena takut berpotensi buruk untuk bayinya.
Selena sampai tertidur di kursi itu, sementara Edison melanjutkan tidurnya di atas ranjang. Kelelahan yang mereka rasakan, membuat keduanya tertidur cukup lama.
Mia keluar dari kamarnya dan mengetahui Selena dan Edison sudah pulang dari desa, begitu pun Jhon yang baru saja kembali dari kantor.
Malam hari Edson dan Selena turun dari lantai dua untuk menyantap makan malam, Mia dan Han begitupun Nyonya Nana diminta Edison untuk ikut bergabung.
Mereka mulai menyantap menu makan malam yang di siapkan oleh Chef rumah itu, dan sebagai hidangan penutup, Edison menyuruh asisten rumah tangga lainnya untuk memotong semangka yang ia bawa dari desa Selena.
Buah yang sangat merah itu langsung di sajikan dengan potongan indah di atas meja makan, Selena memakan satu iris buah semangka itu karena ia sudah terlalu kenyang makan.
Mia menatap buah dengan biji hitam itu di atas meja, ia teringat ucapan Devan dahulu tentang ayahnya yang memiliki kebun semangka, mereka berniat tinggal di desa membantu pak Selorin berkebun sebelum takdir berkata lain.
"Selena apakah ini dari kebun mu?" tanya nya.
"Ya, Edison yang memetik nya membantu Ayahku."
"Devan bilang buahnya sangat manis dan selalu memanen banyak setiap tahun!"
"Ya tentu, namun tahun ini tidak terlalu banyak karena Ayah hanya berkebun sendirian!" jelas Selena kemudian.
Mendengar percakapan Selena dan Mia, Edison mulai kehilangan nafsu makan nya.
"Sayang, ayo kita istirahat ini sudah malam!" ketakutan Edison tampak nya membuat pengaruh pada raut wajah Mia.
Selena yang merasa tidak enak pun, memohon pamit pada yang lainnya.
Jhon hanya menatap mata Mia yang dengan kuat menahan air mata agar tidak jatuh.
"Ambil tisu!" Jhon memberikan lembaran tisu untuk di pergunakan Mia menyeka air matanya.
Dengan uluran tangan itu Mia mengambil tisu yang di berikan Han.
Edison merasa sangat tidak tenang setelah pulang dari desa, ia merasa lebih baik berada di sekitar keluarga Selorin agar ia bisa melindungi informasi tentang Dave dengan baik! Semakin ia menjauh, semakin sakit perasaannya akan takut kehilangan Selena.
Satu Minggu berlalu, Mia sudah mulai terbiasa masuk kerja kembali! Ciuman selaku mendarat di dahi Selena bukti masih membara nya cinta Edison pada perempuan itu, sang anak yang akan segera lahir pun ia cium dengan baik penuh cinta di atas perut istrinya.
"Daddy cepat pulang ya, kerjanya hati-hati." ucap Selena menirukan ucapan nya seperti anak kecil.
"Sayang, Daddy berangkat dulu ya!Nanti mau Daddy bawain apa?"
Selena mulai mengedarkan pandangannya kemana mana ia bersiap meminta sesuatu yang sangat ia inginkan. "Ice cream mint Daddy, ukuran besar!" ucap Selena lagi.
Edison gemas sekali pada Selena, ia juga tidak bisa memungkiri itu hanya keinginan istrinya bukan bayinya. "Baik, akan Daddy beli ukuran paling besar ya! Tunggu Daddy pulang."
Edison berangkat dan melambaikan tangan pada Selena, perempuan itu melihat mobil suaminya sampai hilang dari pandangan.
"Sam, bagaimana istirahat mu?" tanya Edison pada supirnya itu, hari ini Jhon ia suruh istirahat karena sudah bekerja ekstra keras selama ia tidak masuk kantor.
"Terimakasih Tuan, istirahat nya cukup sekali!" jawab Sam, sepulang nya dari desa Edison menyuruh Sam untuk istirahat dan bisa pulang ke rumahnya.
Dengan raut wajah bahagia Edison memasuki area kantor setiba nya disana, rupanya sang Ayah sudah datang lebih dulu untuk menemui anaknya! Selama ini ia tidak bisa masuk karena peraturan di rumah Edison yang tidak mengizinkan ia masuk.
"Ada apa datang ke kantor?" tanya Edison.
"Karena kamu menutup area mansion mu."
"Untuk apa menemui ku?"
"Apakah seorang ayah harus memiliki izin untuk menemui putranya?"
Edison mengepalkan tangannya, "Apa ayah lupa? bagaimana aku meninggalkan aku saat ada di titik terburuk kehilangan ibuku?"
Ayah Edison mengepalkan tangannya. "Itu sudah berlalu Edison, sudah sangat lama! Kamu harus melupakannya sekarang juga."
"Andai ayah satu kali saja datang ketika ibu sakit, mungkin aku akan berperilaku berbeda sekarang."
"Apa semua ini karena diriku?"
"Lalu karena siapa? tentu saja anda dan istri muda anda."
"Cukup Jack, Ayah kesini bukan untuk berdebat! Ayah hanya merindukan mu dan ingin melihatmu."
"Tidak d yang perlu di khawatirkan sekarang, lagipula aku sudah besar."
Mendengar jawaban penuh kekecewaan, akhirnya Ayah Edison keluar dari ruangannya dan pergi.
Edison kembali bekerja namun mood nya sulit di kembalikan, bahkan sampai jam pulang pun ia tidak tersenyum sama sekali.
Sepulangnya dari kantor Edison langsung pulang, Selena yang menyambut nya langsung berlari mengambil jas sang suami yang sudah ia buka dan di letakan di tangan kirinya.
Selena menatap kiri dan kanan namun Edison tidak membawa kantong plastik atau paper bag apapun, Selena padahal sudah menunggu ice cream pesanan nya.
Edison berjalan ke lantai dua dan memasuki kamarnya, sedangkan Selena menebak kenapa suaminya sampai lupa apa yang ia janjikan!
Pikirannya sudah kalang kabut hanya karena makanan dingin itu.