Chereads / DEFINISION LOVE / Chapter 24 - Chapter 24 DL

Chapter 24 - Chapter 24 DL

Bayaran yang tinggi dan para pekerja profesional ternyata memang bisa di lihat hasilnya.

Rupanya benar kata Edison, dekorasi kamar untuk calon anak mereka selesai tepat waktu. Para tukang sudah keluar satu persatu setelah menyelesaikan pekerjaan nya.

Bau cat masih tercium begitu Selena melewati kamar calon anaknya itu. Namun ia langsung memasuki kamarnya untuk membersihkan diri sembari menunggu Selena untuk melihat bersama.

Edison pulang sedikit terlambat karena banyak sekali pekerjaan. Ia langsung menanyakan keberadaan istrinya itu begitu tiba.

Nyonya Nana menjawab bahwa Nona mudanya itu berada di kamar. Edison langsung menuju tempat yang disebutkan Nana.

"Sayang! maaf pulang telat ada pekerjaan dadakan."

Selena membalas Edison dengan senyuman, "Tidak apa-apa, lagipula aku tidak menitipkan apapun."

"Bagaimana hasilnya kamar anak kita?"

"Aku belum melihatnya!" jawab Selena

"Benarkah? ayo kita liat sekarang!" Edison begitu antusias mengajak istrinya ke kamar sang anak.

Selena dan Edison membuka pintu kamar itu bersamaan, Selena tak menyangka dekorasi nya sangat indah dan rapih. Kamar calon putrinya lebih besar di banding kamarnya di kampung, bahkan bisa satu ukuran rumahnya.

Sebuah televisi besar yang menempel di dinding, dan sebuah gambar Barbie di atas kasur membuat kamar itu sangat terlihat indah.

Lemari berwarna putih, ranjang berwarna pink muda senada dengan seprai nya, ditambah Playground yang lengkap di sudut kamar membuat Selena takjub.

"Bagaimana apa kamu suka?" tanya Edison.

"Tentu saja sayangku, apakah kasur ini tidak terlalu besar untuk kamar bayi kita?"

"Tentu saja tidak, kita bisa menginap disini sampai usianya dua tahun jadi aku rasa muat dan bagus!"

Selena tersenyum mendengar penuturan Edison.

"Sayangku, lemari nya belum di isi?"

"Sepertinya besok akan datang perlengkapan bayi, aku sudah memesan nya agar kamu bisa memilih langsung di rumah, aku takut kamu kelelahan jika berjalan di mall!"

"Di panggil ke rumah?" Selena tamak terkejut, sekaligus dia hampir lupa bahwa suaminya adalah presiden direktur perusahaan raksasa.

Sikap lembut Selena dan gaya nya tetap tidak terbiasa jika harus mengimbangi gaya hidup Edison.

"Sayangku, aku lapar sekarang." Edison mengusap lembut perutnya, ia menahan lapar karena memikirkan pekerjaan nya tadi.

"Jadi apa yang ingin kamu makan?"

"Bisakah kamu buatkan aku buncis dan telur kecap yang kamu masak di rumahmu?"

Kata-kata itu membuat Selena kaget karena suaminya menginginkan hal sederhana itu.

Selena tersenyum. "Tentu saja sayangku."

Edison pun memegang tangan Selena dan segera turun ke lantai bawah karena panggilan alamnya tidak bisa ia tunda-tunda lagi.

Selena mulai memasak menu spesial pesanan suaminya itu. Menu yang tidak pernah di lihat di rumah itu, bahkan oleh Chef nya. Wangi masakan memenuhi ruangan itu.

Edison bersantai di meja makan menunggu makanan nya siap, sementara dari sudut lain Mia tamak memperhatikan Edison.

Edison kembali ke meja makan dan segera menyediakan piring dan nasi untuk sang suami, setelah minum satu teguk air Edison langsung menyantap masakan sang istri.

Suapan demi suapan masuk ke dalam mulut Edison dengan baik, lagi dan lagi membuat Selena sangat senang melihatnya.

"Kamu tahu, ini adalah masakan Ter enak dari semua masakan yang pernah aku cicipi!" gumam Edison , karena ia berbicara sembari mengunyah.

Dengan cekatan Selena membersihkan sisa nasi di sudut bibir Edison. "Sayangku, telan dulu baru bicara!"

"Ah, aku tidak kuasa mengucapkan ini karena sangat nikmat Chef Selena!"

"Itu bukan enak, tapi memang sesuatu yang baru kamu cicipi karena sebelumnya kamu tidak pernah makan, atau sebenarnya karena kamu sedang lapar saja!"

Edison memutar matanya, istrinya itu memang tidak suka di puji dan selalu merendah.

Selena dan Edison kemudian kembali ke kamar mereka. Dengan romantis Edison mempersilahkan istrinya untuk tidur di lengannya, sembari menatap ke langit-langit tangan Edison tak berhenti mengelus kepala Karina. "Sayang aku tidak sabar ingin segera memeluk dan mencium anak kita!" lirih Edison

"Aku juga, nanti ketika kita tidur akan ada sekat di tengahnya!"

"Kata siapa, aku akan tidur di samping mu," gumam Edison .

"Sayang, besok aku ingin belanja baju anak kita langsung ke toko nya, tak perlu mereka yang datang kesini!"

"Mengapa? apa kamu tak suka usul ku?"

"Tidak, tapi bukan hanya aku yang hamil disini! Bukan hanya kita juga yang memerlukan peralatan bayi, jika kamu menutup toko hanya demi aku itu akan berdampak lain untuk usaha mereka ke depannya."

"Apakah kamu ingin pergi ke mall besok?"

"Iya!" jawab Selena antusias.

"Baiklah, apa kita perlu membawa pegawai?"

"Tidak perlu, aku ingin kita sebagai orangtua membeli baju anak kita dengan memilih nya langsung sendiri!"

"Baiklah kalau begitu, aku akan menuruti perintah istriku!"

Edison mencium kening Selena, yang memejamkan matanya karena mungkin sudah kelelahan.

Saat malam tiba, Mia terus bolak balik di depan pintu kamarnya. Sudah beberapa malam dia terus memimpikan Devan, lelaki yang di cintai nya itu seperti meminta tolong untuk menjauhkan Selena dari Edison.

Mia sampai tak berkesempatan untuk tidur nyenyak.

Ia kemudian pergi ke luar untuk mencari udara segar. Jhon juga sedang ada di sana.

"Jhon, kenapa tidak tidur?" tanya Mia menyadari hari sudah malam.

"Ini baru jam 10!" jawab Jhon.

Mia mengangguk. "Kamu sendiri mengapa tidak tidur?" tanya Jhon balik.

"Aku tidak bisa tidur, pikiranku terus terganggu."

Jhon tidak ingin bertanya lebih jauh, ia tahu betul mengapa Mia tak bisa tidur.

"Apa kamu ingin tidur sekarang?" tanya Mia.

"Tidak, aku juga belum masuk kerja besok."

"Ah benar!" Mia teringat bahwa Edison menyuruh Jhon istirahat karena sudah bekerja keras selama Jack ada di desa Karina.

"Mia , apakah kamu ingat ketika Devan datang ke rumah ini?" tanya Han.

Bayangan Mia pergi jauh ke waktu itu, saat Devan datang untuk memberikan anggur yang baru saja matang untuk di cicipi Edison kemudian laki-laki itu nyasar di dalam rumah itu karena terlalu besar.

Mia tiba-tiba tertawa seketika, ia mengingat hal lucu itu. Jhon melihat Mia tertawa untuk pertama kalinya di rumah itu, tertawa ketika membahas seorang lelaki yang sudah tewas di rumah itu juga.

"Aku tidak bisa melupakannya Jhon, sungguh tidak bisa."

Suara mereka tidak terdengar seketika, setelah Mia mengucapkan itu. Mereka terdiam, kemudian suara tangis mulai terdengar, dan air mata Mia mulai mengalir.

"Mia, jangan ingat itu lagi! Devan sudah bahagia di sana."

"Apakah dia akan bahagia jika tahu adiknya tinggal dengan lelaki yang membunuh nya? bagaimana bisa aku melakukan ini!"

Ucapan Mia juga langsung membuat Jhon terdiam.

Mereka berada dalam fase serba salah untuk mengambil keputusan, apalagi ketika Selena sedang hamil besar seperti ini. Mereka tidak ingin melihat gadis lugu itu menangis karena kebohongan yang selama ini mereka sembunyikan.

Hal itu juga menjadi beban bagi siapapun ketika melihat selena sekarang.