Dokter Selena menganjurkan untuk gadis itu sering meregangkan tubuh dan berjalan untuk membuat tubuhnya tidak kaku.
Kini dia sudah hampir besar juga sehingga lebih baik berolahraga sedikit demi sedikit namun tak terlalu berat.
Waktu melahirkan Selena sudah dekat, ia semakin tidak bisa tidur dan semacamnya. Mia entah angin dari mana ia menghampiri Selena yang sedang meminum teh nya di pinggir pacuan kuda. Hari itu Edison berangkat lebih pagi jadi tidak sempat pamit pada Selena saat ia bangun, karena sang istri tampak kelelahan.
"Selena ?" panggil Mia
"Hei, ayo duduk disini!" ucap Selena.
Mia pun duduk di sana. Menatap Selena dengan tatapan sayu karena ia masih bingung mau mengatakan apa.
"Ada apa kak?" Selena akhirnya membuka suara karena tampaknya Sarah terlihat aneh.
"Aku ingin membicarakan ini denganmu, sudah lama tapi aku merasa serba salah."
"Apa itu?" Selena memasang wajah serius.
"Ini tentang Edison dan Dave!"
Mendengar penuturan Mia , Selena langsung menatap wajah Mia dan mendengarkan satu demi satu suara yang keluar dari mulutnya.
"Devan sering datang kesini ketika mengantar anggur, kemudian aku jatuh hati padanya lebih dulu. Seharusnya aku sadar itu berbahaya untukku maupun Devan , jika di pikir aku masih status kekasih Edison ."
Wajah Selena langsung berubah. "Kemudian?" tanya Karina penasaran kelanjutan nya.
"Edison mengetahui hal itu, aku seharusnya bisa mencegah hal itu terjadi! Namun aku telat menyadari bahwa ancaman Edison ternyata nyata."
Perasaan Selena semakin bergemuruh. "Apa yang terjadi selanjutnya?"
"Edison menarik pelatuk nya dan menembak Devan di kayu itu!" Mia menunjuk sebuah kayu yang berdiri tegak, mata Selena menatap ke arah sana juga.
"Edison menembak kakak ku?" Selena kaget tak percaya.
"Dia meninggal di pelukan ku, aku tidak pernah bisa melupakan hal itu Selena !"
Seketika otak Selena tak menerima ucapan Mia, ia berpikir gadis itu hanya cemburu akan kebahagiaan dia dan Edison sekarang. "Hentikan Mia, jangan seperti ini. Aku dan Edison akan memiliki putri, jangan ganggu hubungan kami lagi."
Sarah hampir kaget melihat reaksi Selena.
"Selena, apakah kamu berpikir aku berbohong?"
"Apa menurutmu orang se berkuasa Edison tidak bisa menemukan Kakak mu dengan cepat, apa kamu tahu Jhon juga adalah teman Kakak mu sehingga dia tidak bisa bahkan hanya untuk menatap mu dalam waktu lama? aku juga begitu Selena, aku tidak bisa menghadapi mu begitu tahu kamu adalah adik Devan!"
Bayangan Selena kembali bergejolak, ia menemukan kalung Devan di kamar Edison, namun Edison mengatakan ia tidak tahu apapun dan bahkan tidak membahas nya. Sampai sekarang Edison juga tidak mengatakan kemajuan tentang keberadaan Kakak nya.
"Mia, aku butuh waktu sendirian! Maafkan aku." jawab Selena, kemudian ia masuk kedalam rumah dan segera mengunci pintu kamarnya, ucapan-ucapan Mia banyak benar nya, namun hatinya berusaha tidak membenarkan itu.
Selena kemudian berlarian, sembari memegang perutnya! Ia mencari keberadaan nyonya Nana dan Jhon ,begitu ia menemukan mereka nafas Selena sudah tersengal-sengal.
"Nyonya, Jhon! Ada yang ingin aku tanyakan sekarang."
"Apa itu Nona?" tanya nyonya Nana, perasaan nya sudah tidak enak karena reaksi Karina tidak seperti biasanya.
Untunglah hanya ada mereka di sana. "Nyonya, Jhon. Apa kalian benar satu desa denganku?" tanya Selena.
Keduanya saling menatap begitu saja. "Mengapa anda bertanya?"
"Apakah kalian juga mengenal Devan Selorin , Kakak ku?" tanya Selena lagi.
Jhon kini mematung begitu pun nyonya Nana begitu mendengar pertanyaan Selena
"Kalian mengenalnya bukan? tolong jawab aku?" suara Selena sedikit meninggi.
Nyonya Nana baru kali pertama melihat Selena seperti itu. "Nona tolong tenang, ada apa ini?"
"Apakah benar Edison menembak Kakak ku?" tanya Selena lagi, kini air matanya keluar sangat deras.
Nyonya Nan dan Jhon terdiam, Selena menyentuh perutnya sekarang. "Apakah ini benar, mengapa kalian merahasiakan nya selama ini dari ku?"
Selena marah dia benar-benar di luar kendali sekarang.
Nyonya Nana ikut menangis sekarang. "Maafkan saya Nona, saya bingung harus mengatakan apa. Maaf kan saya." Nana larut dalam penyesalan nya.
"Bagaimana bisa aku menikah dengan seorang penjahat yang membunuh Kakak ku, aku tidak bisa seperti ini Nyonya!" Selena berteriak sejadinya, ia melempar semua barang yang ada di rumah itu.
Di kantor Edison menumpahkan secangkir kopi ke celananya. "Ah apa ini, mungkin aku harus pulang dan bertemu istriku." pikir Edison, ia segera pulang untuk berganti pakaian padahal ini masih di jam siang, bahkan belum sampai waktu istirahat.
Setengah jam sudah, Selena terkapar di ruang tamu terduduk di lantai dan enggan pindah dari sana. Edison baru saja tiba dan langsung mendapati istrinya yang sedang menangis, ia berlari dan langsung berlutut di samping Selena . "Sayang ada apa ini? kenapa?" Edison histeris.
Selena menatap mata Edison dengan seksama. "Apakah ini balasan mu, atau salah satu caramu menyakiti keluarga ku? apa salahku?" lirih Selena suaranya berat namun pasti, penuh kemarahan di dalamnya.
"Ada apa sayang, kenapa?"
"Kembalikan Kakak ku pembunuh!" teriak Selena sekuat tenaga.
Edison kaget bukan kepalang, Selena tahu rahasia itu! Dia langsung terdiam, dunia nya terasa terbalik saat itu juga. "Sayang, aku bisa jelaskan ini." Edison terbata-bata karena melihat air mata Karina terus mengalir.
"Jelaskan, ini perlu kamu jelaskan? mengapa sekarang, mengapa?" Selena tidak tahan lagi mendengar ucapan demi ucapan dari mulut Edison.
"Ku mohon maafkan aku, aku mohon sayangku!"
Ucapan Edison tidak ada yang di dengar Selena sedikit pun, gadis itu memandang kosong ke arah lain. Ia menghapus air matanya dan berjalan ke kamarnya kemudian mengunci pintu, Edison mendengar sedikit teriakan Selena dari sela-sela pintu, menandakan istrinya itu mengamuk sangat keras karena ruangan itu kedap suara.
Hati Edison lebih sakit dari apapun, ia kini kehilangan akal ingin berbicara dengan istrinya. Di sisi lain ia takut terjadi apa-apa pada Karina dan bayinya, berhari-hari Selena tidak keluar dari kamar, ia bahkan tidak membukakan pintu bagi siapapun, bahkan nyonya Nana.
Selena merasa di Bohongi oleh semua orang di rumah megah itu, ia merasa tidak memiliki siapapun yang bisa di percaya, bagaimana sekarang cara menjelaskan nya pada pak Selorin, bahwa putranya yang ia tunggu selama 4 tahun ternyata tidak akan pulang selamanya, hati Selena berkecamuk dan nyeri secara bersamaan.
Edison tidak berangkat ke kantor, ia bahkan tidak terurus sama sekali. Ia juga tidur di depan kamar Selena hanya untuk memastikan istrinya itu baik-baik saja.
Jhon, nyonya Nana dan Mia khawatir akan kondisi keduanya. Baik Edison maupun Selena, mereka tidak makan sama sekali.
Suasana rumah menjadi sunyi, tidak ada tertawa maupun suara, semua pegawai merasa bersalah pada Nyonya muda mereka.
Selena merasakan nyeri beberapa kali dan lebih sering ketika ia merubah posisi duduknya maupun ketika tidur. Rasa nyeri itu semakin sering datang begitu ia terbangun sedari tadi pagi, ia berusaha menahannya karena enggan membuka pintu kamarnya.
Bagaimana pun dia terlihat tidak sangat kesakitan namun enggan berbicara dan lebih memilih menahan nya.