Setelah semua persiapan yang tertata rapih walau dalam kurun waktu yang singkat itu tetap membuat kesan mewah di setiap sisi yang di hias di halaman rumah mewah itu.
Namun siapapun tidak akan menyangka ini di siapkan dalam waktu sesingkat itu, luar biasa hebat sekali.
Hari yang mereka tunggu akhirnya tiba. Selena semakin gemetar walau ia sudah minum beberapa kali untuk menenangkan diri.
Gaun yang dipesan Edison adalah gaun berukuran besar yang di pesan dalam waktu dua hari dengan pesan untuk orang hamil.
Selena sudah berada di ruangan untuk di make up. Edison juga menyediakan jasa make up untuk semua orang hari ini Tamu mereka juga di pesankan kamar hotel miliknya satu hari sebelum pernikahan. Dan akan di jemput oleh puluhan mobil mewah dari hotel ke mansion nya.
Semua pegawai di rumah itu di sulap menjadi Bridesmaids untuk Edison. Kini pengantin wanitanya akan segera selesai make-up.
Namun ia tak melihat Edison sedari pagi. Nyonya Nana bilang mereka jangan bertemu sampai waktunya tiba.
Dua jam sudah makeup itu dilakukan. Kini Selena mengenakan gaun besar nya. Tanpa kesulitan ia di bantu beberapa orang mengenakannya.
Bagian gaunnya yang sangat lebar membuat perut hamilnya tidak terlihat. Dan itu membuatnya lebih senang.
Nyonya Nana dan beberapa pegawai lain mulai memegangi ekor gaun Selena menuruni tangga menuju altar.
Semua tamu sudah duduk di kursi masing-masing secara rapih. Lampu dan semua perlengkapan makan pun sudah sangat siap 100 persen.
Sang pengantin perempuan memasuki altar dan melihat lelaki berpakaian toksedo lengkap berdiri di ujung karpet merah itu, sangat tampan dan berwibawa.
Melihat Selena yang berjalan begitu anggun dan sangat cantik, membuat Edison meneteskan air matanya tak kuasa.
Selena pun merunduk sesekali karena merasa sedih, bahagia semua bercampur menjadi satu.
Sampai akhirnya ia tiba di hadapan Edison, dan Edison mengulurkan tangannya pada perempuan itu! Dengan senang hati gadis itu menerima nya.
Mereka melakukan pernikahan dengan tema Amerika. Pernikahan yang dihadiri semua anggota penting, juga sangat romantis ini di akhiri dengan sebuah ciuman mesra Edison pada Selena.
Edison mempersilahkan semua tamu untuk makan, dan menikmati pesta.
"Sayang, apakah kamu menyukainya?" tanya Edison.
Lirihan pertanyaan itu tentu saja mengundang pipi merah Selena.
"Tentu saja, ini sangat indah! bahkan aku tidak terpikirkan kamu memesan gaun yang membuat aku tidak terlihat hamil."
"Apakah kamu kesakitan atau pegal?" tanya Edison khawatir.
"Sedikit pegal namun tidak sakit."
Edison. menyuruh Selena duduk dan mengelus kakinya beberapa kali bermaksud agar tidak pegal, ia juga sedikit memijat kaki istrinya yang jenjang itu tanpa malu sama sekali.
"Luar biasa sekali!" lirih Edison.
Mereka berdua menatap dan melihat semua orang dan para pegawai mereka bercampur menikmati pesta juga makanan hari ini. Selena sangat antusias atas kebersamaan mereka.
"Aku senang sekali, karena para pegawai bisa tersenyum dan merasakan sensasi seperti ini!"
Edison mengikuti arah pandang Selena yang melihat pada nyonya Nana dan pegawai lain, yang sedang bersuka cita menikmati makanannya.
Pesta pun berakhir. Edison memangku Selena ke lantai atas masih dengan menggunakan gaun nya. Ia membantu perempuan yang sudah menjadi istrinya itu untuk berganti pakaian.
Selena ingin memakai pakaian tidurnya yang lebar dan segera berlari ke tempat tidur setelah mencuci wajahnya.
Edison melihat istrinya itu tampak sangat kelelahan, ia segera mengganti baju dan memijat kaki Selena yang sedang terlelap itu.
Raut wajah Edison sangat bahagia melihat Selena yang tersenyum dalam tidurnya. Ia ingin gadis itu selalu tersenyum setiap saat.
Satu hari berlalu setelah pesat, semua kembali seperti semula. Edison juga masih cuti dari kantor sehingga Jhon lah yang menghandle semuanya.
Ia menyuruh semua pegawai berkumpul di ruang tamu, Selena kaget mendengar itu bahkan ia tidak tahu untuk apa Edison mengumpulkan mereka.
"Nyonya Edison , apa semuanya sudah berkumpul?" tanya Edison, yang sedang duduk di sofa di sama ing istrinya yang memegangi perut.
"Sudah Tuan, kecuali penjaga di gerbang utama!" jawab Nana.
"Baiklah, mereka bisa diberi tahu nanti!"
Edison menatap mata suaminya yang sedang berwibawa itu di depan para pegawai, ia melihat perbedaan ketika Edison q bersamanya dan ketika bersama orang lain! Hal itu membuatnya tersenyum sendiri.
"Saya mengumpulkan kalian semua disini, untuk merubah peraturan rumah karena sekarang saya sudah beristri dan sebentar lagi memiliki anak saya rasa nomor satu dalam rumah ini adalah kebahagiaan, senyuman dan saking percaya untuk mendukung pertumbuhan anak saya nanti! dengan ini saya akan mengijinkan setiap orang berlibur dua hari setiap minggu untuk mengunjungi keluarga kalian, namun ingat semua rahasia di dalam rumah ini tidak boleh di bawa keluar!" ucap Edison.
Mendengar penuturan Tuan nya, nyonya Nana dan semua pegawai tampak sangat senang. Karena selama ini mereka tidak bisa pulang selama bekerja di mansion ini, mereka pun menyanggupi karena bayaran yang tinggi untuk keperluan keluarga mereka.
Mendengar itu semuanya bersuka cita, begitupun Selena yang sangat senang mendengar keputusan suaminya.
"Aku senang sekali! kamu banyak berubah dan itu mengagumkan!" ucap Selena.
Edison menyentuh tangan istrinya itu. Ia juga menegaskan semua pegawai akan libur dengan aturan, tidak boleh bersama-sama karena ia takut Selena kesulitan jika memerlukan sesuatu.
Mereka pun menyanggupi untuk libur di hari berbeda.
Nyonya Nana sangat terharu melihat anak lelaki yang sudah dewasa itu kini berpikiran sangat rasional, semenjak kedatangan Selena ke kehidupannya.
"Kapan kita akan pulang ke rumah ayahku?" tanya Selena begitu semua pegawai bubar meninggalkan mereka.
Edison terdiam sebentar. "Bagaimana kalau Minggu depan saja, aku ada pekerjaan Minggu ini."
Karina mengangguk, ia tak sabar segera mengunjungi ayahnya.
Namun Selena tidak berpikir apa yang akan di hadapinya jika sang ia datang ke sana bersama Edison.
Edison semakin memperhatikan istrinya dari hari ke hari, saat malam tiba ia meminta pada semua pegawai agar ia saja yang membuatkan susu kehamilan untuk istrinya. Selena juga sangat antusias jika ayah si bayi yang membuatkan nya.
Edison sering mengajak bicara bayi dalam perut Selena sebelum tidur.
"Daddy enggak sabar ketemu kamu dan ngajak kamu berkuda sayang!"
"Jangan nanti jatuh, kan perempuan."
"Kata siapa anak perempuan gak boleh main kuda? aku akan memberikannya segalanya apapun yang bahkan seorang anak laki-laki saja tidak memilikinya."
Selena mengelus kepala suaminya itu yang dengan lucu terus berbicara di atas perutnya dan sesekali menciumi nya.
Edison membereskan pakaian yang akan ia bawa ke rumah sang ayah, di bantu oleh nyonya Nana juga.
"Nyonya, apakah kamu tidak rindu desa?" tanya Selena .
"Tidak ada lagi saudara di sana! dan Jhon juga sekarang bekerja disini jadi tidak ada alasan untuk pulang!" jawab nyonya Nana, namun hati kecilnya seperti memanggil untuk berkunjung ke desa.
Edison sebenarnya tidak memiliki banyak pekerjaan, dia bahkan bisa mengandalkan Jhon untuk masalah di kantor. Ia hanya mengulur waktu dan mempersiapkan diri untuk menghadapi Ayah Selena nanti.
Menghadapi seorang lelaki, Ayah dari istrinya, dan sekaligus Ayah dari lelaki yang ia bunuh.
Lelaki paruh baya yang sebentar lagi akan menjadi Kakek dari anaknya itu. Rasa gugup kemudian menyerangnya.