Pagi itu suasana di Boston begitu dingin karena sudah memasuki musim salju. Boston adalah ibu kota dan kota terbesar di Massachusetts di Amerika Serikat. Kota tertua dan terkaya di AS.
Disebuah penthouse mewah dan megah seorang gadis cantik terlihat masih terlelap dibalik selimut berwarna pink cerah.
Gadis cantik itu tampak menggerjapkan matanya yang sangat indah itu. Ia lalu membuka selimutnya dengan segera ia menggeliat dan langsung mengambil handphone mahal yang ada disampingnya. Ia membuka akun salahsatu sosial medianya dan ia melihat beberapa postingan teman-temannya yang berada di Indonesia. Melihat postingan tersebut membuat gadis cantik itu rindu akan Indonesia. Banyak kenangan-kenangan yang terukir dalam benaknya. "Kapan ya kira-kira waktu yang tepat untuk aku kembali ke Indonesia?" batinnya.
Gadis cantik yang bernama Zeline itu tampak mengerutkan keningnya karena kebingungan. Disatu sisi ia juga ingin bertemu dengan laki-laki yang sudah bertahun-tahun ia incar untuk jadi pasangannya. Laki-laki tampan yang juga anak seorang pengusaha sukses di kotanya namun sayangnya sampai saat inipun Zeline masih belum bisa mengambil hati pria yang sangat dicintainya itu.
"Seandainya saja kamu itu mau melihat perjuangan aku, bagaimana aku sangat mencintai kamu," ucapnya sambil melihat foto laki-laki yang sangat dicintainya itu.
Zeline memang merupakan sosok wanita yg manis, super manja, cantik, berprestasi, dan juga kaya raya namun sayangnya ia berhasil dibutakan oleh cinta hingga membuat dia rela melakukan apa saja demi mendapatkan hati laki-laki yang dicintainya, bahkan ketika ia mendengar kabar jika laki-laki yang sudah lama ia incar itu akan menikah, Zeline tidak tinggal diam agar pernikahan laki-laki yang dicintainya itu batal.
"Wanita yang seperti apa sih yang kamu mau? Aku jadi penasaran siapa wanita yang bisa membuat kamu jatuh cinta," gumamnya pelan.
Zeline melihat kearah jendela di kamarnya, pemandangan yang begitu indah membuat hatinya sedikit merasa lebih tenang. Zeline memang sudah cukup lama tinggal disini dan ia cukup nyaman dengan suasana kota ini. Namun ia rela saja jika harus meninggalkan kota ini demi kembali ke Indonesia untuk menemui laki-laki yang sangat ia cintai itu.
"Sudah bertahun-tahun aku hidup disini namun aku masih belum juga bisa melupakan kamu," ungkapnya sambil menatap tajam foto laki-laki tampan itu.
"Oh, God!" pekiknya tiba-tiba sambil memegang kepalanya dengan kedua telapak tangannya.
Zeline yang memilki garis wajah khas Indonesia dan Amerika. Ia memiliki bola mata hitam pekat dengan kulit putih mulus seputih kapas. Hidungnya mancung seperti kebanyakan orang Amerika pada umumnya. Bibir bagian bawahnya sedikit tebal. Wajahnya yang kecil dan tampak begitu imut ditambah lesung pipi yang semakin mempercantik rupanya. Ia memiliki tinggi badan 170cm.
Jika dilihat-lihat memang ia terlihat begitu sempurna memiliki rupa yang cantik dan harta kekayaan turun-temurun yang tidak ada habisnya. Namun tidak bagi dirinya, ia merasa hidupnya tidak begitu mulus karena masalah percintaannya padahal banyak laki-laki yang mencoba mendekatinya namun tetap saja ia hanya tertarik dengan laki-laki yang sebenarnya tidak tahu apakah dia juga memiliki perasaan yang sama dengan dirinya atau tidak.
Sejak kecil ia memang hidup serba berkecukupan, apapun yang ia inginkan pasti akan terwujud saat itu juga apalagi ia memiliki orang tua yang sangat loyal pada dirinya. Posisinya sebagai anak perempuan satu-satunya membuat ia mendapatkan perlakuan yang sangat manis dari orangtuanya hingga ia tumbuh menjadi gadis yang manja hingga saat ini. Sekarang memang ia sudah tidak tinggal lagi dengan kedua orangtuanya, meskipun ia dan kedua orangtuanya sama-sama tinggal di Amerika namun mereka tinggal di kota yang berbeda.
Saat ini setiap harinya Zeline hanya disibukkan oleh kegiatan perkuliahannya di Boston. Ia sebenarnya sudah cukup malas dan ingin segera menyelesaikan pendidikannya, ia ingin segera terjun ke dunia kerja dan memegang beberapa perusahaan besar keluarganya yang tersebar dimana-mana termasuk di Indonesia dan Amerika.
"Zeline!!!" teriakan itu sungguh membuatnya kaget hingga ia langsung menekan telinganya hingga terdengar suara derap langkah mendekat.
"Zeline lo udah bangun atau belum sih ayo kita udah harus berangkat ke kampus!" lanjutnya.
Zeline segera menengok kearah suara tersebut. "Astaga Vega! Lo bikin gue kaget aja!" balas Zeline dengan raut wajah kesal.
Vega adalah salahsatu teman Zeline di Boston, mereka satu kampus dan kadang-kadang Vega menginap ditempat Zeline.
"Lo kenapa sih?" tanya Vega dengan mengernyitkan dahinya ketika melihat wajah Zeline yang begitu jelas terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Gue pengen pulang ke Indonesia," ucap Zeline spontan.
"What? Seriously?" jawab Vega sedikit kaget .
"Serius!" jawab Zeline tegas.
"Tumben banget? Bukannya lo udah nyaman banget disini kayaknya."
"Emangnya salah kalau gue pengen balik ke Indonesia? Lo itu ngeselin banget sih."
"Bukan gitu maksud gue tapi ya gue ngerasa heran aja kenapa kok tiba-tiba lo pengen balik ke Indonesia atau karena lo kangen sama Kakak lo yang ada di Indonesia?"
"Atau..." lanjut Vega terpotong.
"Atau apa?" tukas Zeline.
"Lo pengen ketemu sama Crush lo?" jawab Vega tersenyum mengembang.
Zeline hanya terdiam setelah Vega berbicara seperti itu dan itu membuat Vega semakin yakin jika keinginan Zeline pulang ke Indonesia hanya untuk bertemu dengan laki-laki yang sudah lama menjadi incarannya.
"Gue enggak nyangka ternyata lo masih ngarep sama laki-laki itu padahal disini banyak banget loh cowok-cowok good looking yang ngejar-ngejar lo tapi lo malah cuekin mereka Zee," jelas Vega sambil menepuk punggung Zeline.
"Namanya juga cinta! Gue bakal ngelakuin apapun buat dapetin dia," jelas Zeline yang langsung membuat mata Vega menatap kearahnya.
"Tapi kalau enggak salah kemarin-kemarin bukannya dia udah mau nikah sama pacarnya?" tanya Vega penasaran.
Setiap mendengar kabar pernikahan gebetannya itu hanya akan membuat Zeline merasa kesal saja karena ia merasa telah gagal untuk mendapatkan hati pria itu. "Udahlah lo enggak usah bahas itu lagian mereka juga udah batal menikah!" balas Zeline dengan nada kesalnya.
"Apa? Beneran? Kok bisa? Gue kok ketinggalan info sih padahal gue selalu update biasanya," ucap Vega yang kaget dengan pernyataan yang diberikan oleh temannya itu.
"Benerlah masa iya gue boong! Lagian gue juga pengen pulang ke Indonesia karena pengen ketemu sama Tante Niken."
"Tante Niken, ibunya Crush lo itu?"
Zeline segera menjawab pernyataan Vega dengan anggukan.
Vega langsung melihat kearah jam tangan yang dipakainya dan ternyata tiga puluh menit lagi mereka harus sudah sampai di kampus sementara itu sekarang ia masih bersama Zeline yang belum bersiap-siap sama sekali.
"Ya ampun Zeline! Gue jadi malah keasyikan ngobrol sama lo dan sekarang ini udah jam berapa coba? Sudah sana cepat mandi!" pekik Vega yang sudah mulai panik kembali sementara itu Zeline terlihat lebih santai, ia tidak mempedulikan Vega, nampaknya ia memang sudah terbiasa datang terlambat ke kampus.
"Iya-iya ini gue juga mau siap-siap kok, lo enggak usah bawel juga kali!" ucap Zeline yang segera berdiri dari tempat tidurnya. Vega segera keluar dari kamar yang bernuansa putih itu. Sementara itu di kamar mandi Zeline tampak menggulung rambutnya keatas hingga memperlihatkan leher jenjangnya. Ia tampak membasuh wajahnya lalu menggosok giginya. Setelahnya ia melakukan ritual mandi dengan singkat dengan singkat karena hari sudah semakin siang walaupun matahari masih bersembunyi dibalik awan karena hari ini adalah hari pertama salju turun di Boston.