Chereads / Princess The Billionarie / Chapter 22 - Perhatian Fabian pada Almira

Chapter 22 - Perhatian Fabian pada Almira

Hari sudah sore, Fabian dan juga Almira sudah kembali ke penginapan. Wanita cantik itu nampak lelah dan ia segera berjalan kearah kamarnya untuk merebahkan tubuhnya. Sampai akhirnya ia tidak sadar, ia sudah tertidur hingga malam hari.

Almira mencoba untuk segera beristirahat dengan lebih cepat dikarenakan besok ia bersama dengan Fabian harus kembali ke tempat pembangunan proyek hotel mewah. Bahkan mungkin esok hari adalah jadwal terpadatnya di kota Surabaya.

Disaat Almira sedang tertidur, ditempat lain Fabian justru sulit untuk tidur. Entah mengapa padahal tempat ini sangat nyaman namun Fabian sendiri merasa kebingungan mengapa ia tidak bisa tidur dengan tenang dan nyaman seperti biasanya saat ia tidur di rumah.

Fabian sudah beres bersih-bersih badan dan perutnya juga sudah kenyang karena ia sudah makan malam. Pikirannya teringat dengan seseorang yang selalu mengikutinya dari belakang sejak siang hari yakni Almira. Fabian tidak menyangka jika rencananya untuk berdekatan dengan Almira bisa berhasil hari ini dan benar saja kini ia dan Almira bisa semakin dekat.

"Enggak nyangka juga sih rencana yang aku lakukan bisa berhasil," batin pria tampan itu sambil tersenyum lebar penuh kemenangan.

Fabian membuka handphonenya dan melihat beberapa foto Almira saat meeting tadi siang. Seperti biasanya, Fabian memfoto Almira dengan diam-diam tanpa sepengetahuan Almira untuk dia jadikan koleksi saat ia merindukan wanita cantik dan anggun yang berhasil memikat hatinya yang sudah lama tidak pernah jatuh cinta lagi kini berhasil diluluhkan oleh staf kantornya sendiri.

Sambil tersenyum tipis, Fabian terus melihat foto cantik Almira. Ia juga baru ingat jika ini adalah kali pertamanya dia bebas dari David yang selalu mengikutinya dan selalau saja membuat ia emosi meskipun sebenarnya ia juga merasa ada yang aneh ketika tidak ada David yang biasa menemaninya namun Fabian sangat senang karena ada Almira yang setia membuntutinya kemanapun ia pergi. Fabian pun merasa jika ia tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan yang sangat besar ini untuk terus memepet Almira.

"Bisa terus ada disamping kamu adalah hal terindah yang pernah aku rasakan," batinnya.

Setelah itu Fabian melihat kearah jam tangan dan ternyata baru jam 20.00

"Almira kok enggak ada ngehubungin aku ya? Dia kemana masa jam segini udah tidur?" ujarnya keheranan.

"Dia udah makan malam belum ya?" batinnya lagi.

Berbagi macam pertanyaan tentang Almira terus muncul di isi kepala pemimpin perusahaan itu.

"Apa aku telepon dia aja?"

Fabian langsung menekan kontak Almira lalu mulai menghubungi perempuan yang dicintainya itu.

Namun setelah tiga kali ia menghubungi Almira lewat telepon ia tidak mendapatkan respon sama sekali hingga ia dibuat khawatir sendiri. "Kok enggak diangkat-angkat sih padahal nyambung?" keluh Fabian sambil mengernyit heran.

Tidak menyerah sampai disitu, Fabian terus menelepon Almira namun hasilnya tetap sama ia tidak mendapatkan respon apapun hingga akhirnya ia mulai kesal dan langsung memasukan handphone miliknya kedalam saku celananya lalu ia berniat untuk menemui Almira di kamarnya. Ia tidak peduli yang terpenting ia ingin menemui Almira sambil membawakan beberapa makanan yang ia beli tadi namun belum sempat ia makan semuanya karena perutnya keburu kenyang.

Namun saat baru saja kakinya melangkah keluar dan tangannya akan menutup pintu kamarnya tiba-tiba saja handphone miliknya berbunyi dan iapun langsung mengambilnya. "Siapa sih yang telepon? Jangan-jangan David lagi?"

Namun saat ia membuka handphone dan melihat siapa yang menelponnya, ia langsung tersenyum karena yang menghubungi dirinya adalah Almira dengan segera ia langsung menjawab telepon itu.

Dengan nada suara yang panik, Almira langsung bertanya pada Fabian. "Hallo Pak Fabian? Ada apa? Malem-malem telepon saya berkali-kali?"

Setelah mendengar suara Almira, Fabian langsung sedikit menjauhkan handphone miliknya dari telinganya. "Kok dia jadi marah-marah gini?"

"Hallo? Pak Fabian? Pak? Denger saya kan?"

Fabian segera berjalan untuk menyimpan beberapa kantong plastik yang berisi makanan yang tadinya ia niatkan untuk memberi Almira, ia sedikit kerepotan jika harus menjawab telepon sambil membawa beberapa makanan itu. Setelah ia menyimpan beberapa makanan dan minuman itu diatas meja, dirinya langsung menjawab telepon itu.

"Hallo Almira?"

"Iya Pak Fabian ini Almira."

"Kamu dimana? Saya telepon dari tadi enggak diangkat-angkat."

"Emang ada apa sih Pak? Sebelumnya Almira mohon maaf."

"Kamu saya tunggu di taman belakang!"

"Taman belakang? Ngapain?"

"Pokonya kamu kesini! Saya tunggu."

Padahal Almira belum selesai berbicara namun Fabian langsung menutup teleponnya itu.

Setelah itu Fabian langsung mengambil lagi makanan dan minuman diatas meja itu dan langsung pergi bergegas ketaman belakang.

Saat sudah sampai disana, gemerlap lampu dimalam hari ditambah lagi dengan cahaya bulan dan bintang sungguh sangat menenangkan dan terasa sangat nyaman bagi siapapun yang berada ditempat ini. Fabian juga melihat ada beberapa orang yang sedang duduk santai sambil bermain gitar dan ada beberapa yang sedang fokus dengan handphonenya. Ia duduk di salah satu kursi dan ia beberapa kali menengok kearah belakang mencari Almira tapi wanita yang dicarinya itu tidak kunjung datang.

"Almira kemana? Jangan-jangan dia enggak mau kesini," gerutu Fabian sambil melihat beberapa makanan dan minuman yang ada dihadapannya.

Ternyata Almira sudah berada tepat dibelakang Fabian namun ia cukup kesal dengan Fabian dan masih belum mengerti dengan maksud dan tujuan bosnya itu mengajaknya bertemu malam-malam seperti ini ditaman. "Pak Fabian ngapain sih? Terus itu apa yang ada didepannya?" batin Almira sambil melihat beberapa kantong plastik berwarna putih.

"Kayaknya Almira harus saya telepon lagi!" keluh Fabian dengan nada kesal.

"Enggak usah, Pak Fabian! Almira udah ada disini!" celetuk Almira yang langsung membuat Fabian menoleh kearah belakang.

Sontak Fabian pun langsung terkejut dengan kehadiran Almira. "Kamu dari tadi dibelakang saya?"

"Enggak juga sih, Pak. Lagian Pak Fabian itu ada apa sih malem-malem telepon saya berkali-kali terus tiba-tiba nyuruh saya ke taman ini lagi," keluh Almira.

"Itu apa Pak?" lanjut Almira yang penasaran dengan kantong plastik yang ada dihadapan Fabian.

"Sudahlah cepat kamu duduk disini!" titah Fabian sambil menatap kearah kursi yang kosong yang ada disampingnya.

Meskipun sedikit bingung dengan tingkah bosnya, Almira akhirnya menuruti apa yang Fabian perintahkan karena sudah memang kewajibannya untuk terus patuh dan menuruti apa yang atasannya perintahkan.

Saat Almira sudah duduk, Fabian baru sadar jika Almira masih memakai pakaian kerja yakni kaos polos yang dipadukan dengan blazer warna merah muda serta celaan jeans hitam.

"Kamu belum mandi?" tanya Fabian keheranan melihat penampilan Almira masih sama seperti tadi siang.

Almira langsung menatap kearah baju yang dipakainya.

"Gimana mau mandi orang saya pulang kerja langsung tidur tadi mau mandi tiba-tiba Pak Fabian telepon saya dan maksa banget buat cepet-cepet kesini," jawab Almira dengan sedikit malu-malu.

"Astaga, Almira," sahut Fabian sambil tertawa.

"Jadi kamu itu langsung tidur? Kasihan juga," lanjutnya lagi.

"Yaudah pasti kamu belum makan malam kan ya? Ini saya bawakan kamu makanan dan juga minuman," sambung Fabian lagi.

"Ngapain repot-repot bawain aku makanan sama minuman segala sih Pak?" jawab Almira yang sedikit malu padahal sebenarnya ia juga ingin langsung memakan makanan dan juga minuman yang diberikan oleh Fabian karena semua hidangan itu terlihat sangat lezat dan perut Almira juga terasa sangat lapar.

"Tapi masa iya aku langsung makan gitu aja," batin Almira.

"Kamu enggak usah gengsi, kamu makan aja Almira. Saya tahu kamu itu lapar," celetuk Fabian yang sok tahu tapi kali ini ia benar karena memang Almira sedang lapar.

Melihat Almira malah terus terdiam, Fabian segera mengambilkan burger yang langsung ia sodorkan dihadapan Almira. "Masa harus saya suapin juga sih?"

Saat itu juga Almira jadi salah tingkah, tiba-tiba pipinya memerah dan ia tidak bisa lagi menahan senyumnya. "Apaan sih, sini aku makan."

Almira pun mengambil Hamburger dari Fabian dan ia langsung memakannya, namun saat memakannya ia tidak berani menatap kearah Fabian ia lebih mengalihkan pandangannya keatas langit yang terlihat bintang-bintang yg begitu indah. Meskipun suasananya sedikit canggung namun ia mencoba untuk tetap tenang.

Hal yang sama dirasakan oleh Fabian, ia merasa canggung namun ia tidak berhenti menatap wajah cantik Almira yang meskipun belum mandi namun tetap sangat mempesona. Parfum Almira yang begitu sangat wangi juga terus membuat Fabian merasa sangat betah berada disampingnya. "Ini dia pakai parfumnya berapa botol sih kok bisa wangi terus dari pagi sampai malam?" batin Fabian.