Sekarang Almira dan Fabian sudah di kantor dimana perusahaan miliknya bekerja sama dengan Perusahaan tersebut. Mereka belum lama sampai, kira-kira baru beberapa menit. Sementara keduanya berjalan menuju ruangan tempat meeting. Almira dengan sorot matanya selalu menyusuri setiap jalan yang mereka lalui. Jika berada ditempat asing memang Almira selalu mengamati tempat tersebut dengan cukup teliti entah hanya iseng-iseng saja atau Almira memiliki alasan tersendiri yang hanya dirinya yang mengetahuinya.
Fabian mendadak menghentikan langkah kakinya ketika sorot matanya teralihkan pada hal yang sejak tadi ia cari. Sontak Almira yang sejak tadi terus berjalan dibelakang Fabian langsung ikut terhenti.
"Ngapain berhenti si Pak?" tanya Almira.
"Saya enggak tahu kamu dari tadi ikutin saya dari belakang malah saya kira kamu ada disamping saya," balas Fabian.
Almira dan Fabian sudah sampai didepan ruangan meeting. Keduanya masih belum masuk didalam dikarenakan ponsel Fabian yang bunyi mendadak. Dengan terpaksa Fabian harus mengangkat telepon tersebut namun sebelum ia mengangkat telepon itu, ia memerintahkan Almira agar masuk duluan sementara itu Almira langsung menolaknya karena ia sedikit malu dan tidak percaya diri.
"Kamu duluan masuk aja," ucap Fabian.
"Enggak, kita masuk bareng aja Pak. Aku malu," balas Almira dengan jujurnya.
Spontan Fabian langsung memijat keningnya dan setelah itu ia langsung mengangkat telepon tersebut.
Bukannya apa-apa karena terkadang Almira selalu merasa malu jika bertemu dengan banyak orang namun ketika sudah kenal ia akan menjadi sosok yang sangat asik. Seperti yang saat ini dirasakannya, ia merasa malu disuruh masuk duluan ke ruangan meeting oleh Fabian apalagi sebelumnya ia belum pernah menginjakkan kakinya di Perusahaan ini.
Sebenarnya Almira sejak tadi terus berpikir dimana teamnya yang lain padahal Fabian mengatakan jika teman-temannya yang lain sudah berangkat dari kemarin tapi kenapa hingga saat ini ketika ia sudah sampai di Surabaya, ia masih belum dipertemukan dengan teman-teman kantornya yang lain.
Diam-diam Almira sedikit mengintip dari kaca dan didalam jelas tidak ada orang yang ia kenali. Disana hanya terdapat beberapa pria muda dan tampan yang sepertinya bukan orang sembarangan sama seperti Fabian. Almira hanya dapat mengatur nafasnya karena ia suka sedikit grogi ketika bertemu dengan orang baru.
Sementara itu Fabian dibuat kesal oleh David yang menelponnya disaat ia akan melaksanakan meeting. Sementara itu yang dibicarakan David semuanya hal yang sangat tidak penting dari mulai bertanya tentang Almira hingga ia yang menitipkan dibelikan oleh-oleh khas Surabaya.
"Dari siapa Pak?" tanya Almira ketika melihat raut wajah Fabian yang tampak kusut saat setelah mengangkat telepon tersebut.
"Ini si David dia nelepon saya tapi enggak penting banget nyuruh beli oleh-oleh khas Surabaya-lah inilah itulah! Bikin saya kesel aja," gerutu Fabian namun dengan suara yang cukup kecil karena takut terdengar oleh peserta meeting didalam.
Almira langsung tertawa saat Fabian menceritakan hal tersebut dan refleks Fabian langsung menutup mulut Almira hingga membuat Almira langsung menatap kearah matanya dan setelah mendapatkan tatapan indah dari Almira, Fabian langsung melepaskan telapak tangannya yang menempel pada mulut Almira.
"Enggak usah nutupin mulut aku juga kali, Pak."
"Ya makannya kamu kalau ketawa jangan gede-gede," jawab Fabian.
"Yaudah ayo kita langsung masuk aja," ajak Fabian dan langsung direspon anggukan kepala oleh Almira. Keduanya akhirnya langsung masuk kedalam ruangan meeting itu.
Sementara itu di Jakarta, David menggerutu kesal sambil mengerutkan keningnya akibat mendapatkan omelan dari Sepupunya sendiri yakni Fabian.
"Nih anak emosian mulu, emangnya salah gue minta dibeliin oleh-oleh. Nanti kalau udah punya penyakit Darah tinggi baru tau rasa," gerutu David sambil menatap nama kontak Fabian yang tertera dilayar handphone miliknya.
Yeyen yang melihat wajah tampan David yang terlihat kusut langsung beraksi menghampiri laki-laki tampan itu sambil bertanya tentang apa yang sedang dipikirkan oleh David hingga membuat wajahnya kusut seperti itu.
"Mas David itu kenapa sih? Kok wajahnya kusut banget gitu apa karena gara-gara ditinggal sama Mas Fabian ke Surabaya?"
"Lagian kenapa enggak ikut aja sekalian sih?" lanjutnya lagi.
Sontak ocehan Yeyen itu langsung menarik perhatian David. "Duh Yeyen kenapa sih, tiba-tiba datang bikin orang kaget aja."
"Saya enggak kenapa-kenapa kok."
"Yakin?"
"Enggak ada apa-apa Yeyen, lagian kamu enggak usah kepo gitu kali."
"Itu pertanyaan Yeyen kenapa enggak dijawab, kenapa Mas David enggak ikut sama Mas Fabian? Tumben banget karena biasanya kalau kemana-mana pasti selalu barengan," ucap Yeyen yang jika bertanya apapun mesti ada jawabnya.
David tampak mengusap keningnya melihat tingkah Asisten Rumah Tangga yang satu ini. "Kalau enggak dijawab si Yeyen pasti terus-menerus nanya," batin David.
"Saya enggak ikut Bian karena emang saya disuruh buat menyiapkan beberapa keperluan untuk kepulangan Zeline ke Indonesia," ucap David dengan jujur.
Setelah mendengar kabar jika Zeline akan pulang ke Indonesia, sontak Yeyen langsung terkejut. "Apa? Non Zeline mau pulang ke Indonesia? Kapan?" tanya Yeyen yang justru semakin penasaran.
Yeyen memang sudah lama bekerja dirumah mewah Fabian, mungkin terhitung sudah puluhan tahun ia mengabdikan diri menjadi Asisten Rumah Tangga di istana keluarga Adelard. Sejak Keluarga Adelard masih lengkap hingga sekarang hanya tinggal tersisa Fabian dan juga David. Zeline memang terkenal sebagai gadis yang super manja namun dengan kehadirannya di rumah ini bisa membuat rumah ini terasa jauh lebih hidup dan sedikit rame karena semenjak anggota keluarga Adelard yang lain pergi pindah ke luar negeri, rumah mewah ini terasa sepi apalagi Fabian yang setiap harinya sibuk bekerja di kantor dan juga David yang lebih sering tidur di Apartemen miliknya dibandingkan dengan tinggal di rumah mewah ini bersama dengan Fabian.
"Mas David, kebiasaan nih kalau Yeyen tanya pasti enggak dijawab!"
David yang ternyata fokus menatap layar handphonenya langsung menatap kearah Yeyen.
"Zeline mau kembali pulang ke Jakarta tapi saya enggak tau kapan soalnya belum dapat kabar dari dia lagi kayaknya sih dalam waktu dekat ini," jawab David dengan gamblang.
"Oh gitu ya, bagus kalau gitu."
"Bagus? Apanya yang bagus?"
Menurut David sendiri kedatangan Zeline merupakan hal yang sangat menyebalkan dikarenakan memang sejak dulu dirinya dengan Zeline memang sering ribut dan yang menjadi pemenangnya sudah pasti Zeline meskipun Zeline sendiri yang salah. Dimata David, Zeline hanyalah anak yang sangat manja dan pemarah.
"Kalau Zeline pulang ke Jakarta itu artinya gue harus siapin banyak energi buat hadapi dia karena sudah pasti dia akan mancing-mancing gue," batin David.
"Mas David pasti enggak suka kalau Non Zeline pulang kesini karena iri ya?" celetuk Yeyen yang sudah tahu jika David selalu disalahkan jika bertengkar dengan Zeline apalagi Zeline merupakan cucu perempuan satu-satunya yang sangat dicintai oleh sang Oma yang sekarang tinggal di luar negri.
"Apaan sih Yeyen, udah sana. Lebih baik sekarang kamu pergi sana ke dapur jangan banyak tanya-tanya," ucap Fabian.