Fabian menatap wajah David tajam, seolah ingin menelan pria yang tidak kalah tampan dengan dirinya itu hidup-hidup karena berani membuka pintu ruangan kerjanya tanpa izin, lantas menyaksikan emosinya yang sudah tidak terkontrol lagi. Tapi ia tidak ingin berurusan dengan pria yang selalu membuatnya emosi itu karena hal tersebut hanya akan membuang waktunya saja.
"Pak Fabian dari tadi kemana aja sih? Saya tungguin enggak datang-datang," gerutu David.
"Seharusnya yang tanya seperti itu saya, kamu itu dari tadi dimana? Saya cari kamu di cafetaria enggak ada!" jawab Fabian dengan wajahnya yang datar. Meskipun hati ini ia cukup bahagia karena bisa mengobrol berdua dengan Almira tanpa diketahui oleh David namun tetap saja ia sedikit kesal dengan Asisten pribadinya itu karena akibat ulahnya, ia jadi telat makan siang.
"Tuh kan, apapun masalahnya tetap aja gue yang salah," batin David.
Tapi bukan David namanya kalau tidak membuat hati Fabian emosi. "Pak tadi pas saya mau kesini ditanyain tuh sama Almira kayaknya ada yang mau dia bicarakan," ucap David berbohong.
"Almira? Apa dia mau lanjutin cerita saat di cafetaria tadi ya?" batin Fabian yang langsung percaya saja padahal biasanya ia selalu cuek dengan apapun yang dikatakan oleh Asprinya itu.
"Dimana?" tanya Fabian singkat meskipun dalam hatinya penuh pertanyaan.
Setelah itu David tersenyum jahil dan langsung membuat Fabian kembali menatap tajam matanya.
"Coba Pak Fabian samperin aja ke ruangannya," ucap David sambil tertawa dan berjalan keluar meninggalkan ruangan Fabian.
"Pasti dia bohong! Kurang aja emang si David!" gerutu Fabian kesal.
Setelah itu Fabian langsung pergi meninggalkan kantornya. Ia langsung masuk kedalam mobil mewahnya dan membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi, menerobos lampu merah, dan hampir saja menabrak pejalan kaki.
Setelah sampai rumah ia langsung masuk ke kamarnya dan ia langsung duduk di sofa mewah yang ada di kamarnya itu. Ia duduk santai sambil menenangkan pikirannya sejenak. Sebenarnya bukan David yang membuat suasana hatinya menjadi seperti ini melainkan David hanya membuat dirinya merasa bertambah semakin kesal saja.
Namun saat ini yang membuat hatinya tidak karuan seperti ini adalah Almira. Ya, benar!
Sang CEO tampan itu nampak sudah tidak bisa memendam perasaan sayang dan cintanya pada Almira bahakan saat mendengar namanya saja hatinya langsung bergetar.
"Sudah sekian lama saya baru merasakan jatuh cinta sedalam ini lagi," ucapnya pelan. Hal ini jujur saja sangat mengganggunya apalagi ketika saat sedang bekerja.
"Gimana caranya ya supaya bisa dapetin Almira sedangkan Almira sendiri sepertinya sedang tidak ingin dekat dengan laki-laki setelah ditinggal mantannya itu," batin Fabian sambil mengusap-usap keningnya.
Diruang kamarnya yang super mewah itu menjadi saksi bagaimana perasaan Fabian pada Almira sekarang. Ia juga merasa bingung, tidak mungkin untuk memaksa Almira agar mau menjalin hubungan dengan dirinya apalagi Almira sempat mengalami trauma setelah batal menikah. "Sepertinya saya harus kembali bujuk Almira lagi agar mau ke psikiater, saya harus bisa dapatin hatinya dan membuatnya lupa dengan masalalunya," gumamnya.
Fabian memang sangat mencintai dan menyangi Almira namun ia juga tidak bisa menjalin hubungan serius dengan seseorang yang masih belum benar-benar bisa lepas dari mantannya karena menurutnya hal itu akan berdampak kurang baik dengan hubungan yang ia jalani nantinya.
Biasanya ia selalu menceritakan semuanya pada David. Namun untuk perasaannya pada Almira saat ini rasanya ia tidak mau menceritakannya. "Enggak boleh ada yang tahu termasuk David kalau saya suka sama Almira," batinnya.
"Lagian kalau saya ungkapkan tentang perasaan saya pada Almira saat ini mungkin yang akan terjadi kita hanya akan semakin canggung saat bertemu padahal sekarang Almira dan saya sudah mulai dekat meskipun hanya sebatas di kantor," ucapnya pelan.
Tidak lama setelah itu datang seorang pelayan yang membawakan teh hangat untuknya.
"Permisi Mas Bian ini yeyen bawain teh hangat karena pasti Mas Bian capek banget kan," ucap yeyen, salah satu pelayan yang paling dekat dengan Fabian. Tidak ada kata canggung diantara keduanya apalagi dengan sosok yeyen yang pandai berbicara.
"Iya makasih."
"Kenapa sih Mas Bian? Mukanya kok ditekuk terus kayak gitu?"
"Yen kamu bisa enggak sih gak usah kepo," jawab Fabian sambil mengerutkan keningnya.
"Iya maaf, Mas Bian."
"Yaudah kalau gitu yeyen permisi dulu," lanjutnya lagi sambil pergi meninggalkan Fabian dengan membawa nampan ditangannya.
Setelah Yeyen pergi, Fabian segera mengambil teh hangat itu dan langsung meminumnya hingga langsung habis tak bersisa, hanya tersisa gelasnya saja. Padahal, teh itu masih sedikit panas namun tampaknya ia tidak menghiraukan ataupun takut jika nantinya lidahnya akan melepuh karena kepanasan.
Fabian setelah itu langsung membuka handphone miliknya, lalu ia mencari foto Almira hasil jepretannya sendiri saat makan siang bersama di cafetaria. Ya, menggemaskan memang, jadi saat Almira minum jus mangga, diam-diam Fabian memotret wanita yang dicintainya itu.
Wajah cantiknya, suara lembutnya, senyuman manisnya, semuanya bercampur jadi satu dan membuat hati Fabian merasa tidak semakin tidak karuan. "Kamu adalah wanita paling spesial dalam hati aku, Mir."
Fabian juga terus berpikir kapan waktu yang tepat untuk ia mengungkapkan tentang perasaannya pada Almira. "Nanti diwaktu yang tepat kita pasti bersama, aku akan mengungkapkan perasaan yang saat ini sedang aku rasakan," ucapnya.
Sementara itu didepan rumah mewahnya sebuah mobil BMW keluaran terbaru baru saja sampai. Yeyen yang sedang menyiram tanaman langsung hafal siapa yang datang. "Duh ada Mas David tuh, udah ganteng banget bawa mobilnya keren juga. Ah memang tipe idaman Yeyen banget!" batinnya sambil tersenyum lebar menatap kearah David yang baru saja keluar dari mobilnya.
"Yen, Pak Bian ada didalam?"
"Ada tuh, Mas David. Tapi enggak tahu kenapa Mas Bian kayak lagi banyak masalah gitu soalnya dari tadi cemberut terus," jelas Yeyen.
"Fabian pasti kesel sama gue," batin David.
David segera pergi masuk kedalam rumah mewah itu dan ia langsung menuju ke kamar mewah Fabian.
"Duh! Main pergi-pergi aja. Untung ganteng," ucap Yeyen yang kembali melanjutkan pekerjaannya yakni menyiram tanaman.
Lagi-lagi David masuk tanpa mengetuk pintunya terlebih dahulu. Fabian sedikit terkejut dengan kedatangan David. "Ngapain kesini?" tanya Fabian dengan dingin.
"Pak Fabian lupa kalau satu jam lagi ada meeting sama Pak Alex?"
"Lagian kenapa main pulang-pulang aja sih kan belum waktunya pulang," lanjutnya.
"Ini itu di rumah bukan di kantor jadi lo enggak usah panggil gue dengan sebutan 'Pak' dan juga suka-suka gue dong mau pulang kapan," jawab Fabian sambil menatap wajah David yg mengisyaratkan jika dia masih kesal.
Banyak yang tidak mengetahui jika David adalah Sepupu Fabian. Karena ketika di kantor bahasa yang mereka gunakan sangat formal dan sedikit kaku.
Fabian dan juga David termasuk pewaris dari MS Crop. Semenjak Oma dan juga orangtua Fabian pindah di New York yang dipercaya untuk memimpin perusahaan adalah Fabian dengan alasan Fabian lebih dewasa dan ia juga sudah lebih berpengalaman saat magang di perusahaan besar terutama saat ia selesai menjalankan pendidikannya di Amerika.
Sementara itu David memang sedikit berbeda dengan Fabian. Ia lebih bersikap bodoamatan bahakan kuliah saja ia tidak selesaikan, ia juga menggundurkan diri dari kampus. Ia juga bukan lulusan luar negeri seperti Fabian, ia hanya berkuliah di kampus milik keluarganya.