"Ide yang bagus."
"Tapi aku benci perpustakaan."
"Ya, setiap orang benci perpustakaan, Edward. Tempat itu memang dirancang untuk dibenci. Tujuan utamanya adalah untuk dibenci mahasiswa hukum. Kau termasuk normal."
"Terima kasih."
"Perempuan tua yang pertama tadi, Miss Streep, dia punya uang?"
"Bagaimana kau tahu?"
"Kurasa aku tak sengaja mendengar sesuatu."
"Em, ya. Dia kaya raya. Dia butuh surat wasiat baru. Dia ditelantarkan anak-anaknya dan cucu-cucunya, jadi sudah tentu dia ingin mencoret mereka."
"Berapa banyak?"
"Sekitar 20 juta."
Bolie melirikku dengan pandangan terkesan ragu.
"Begitulah katanya," aku menambahkan.
"Jadi, siapa yang akan mendapatkan uang itu?"
"Seorang penginjil televisi yang seksi dengan sawat Learjet pribadi."
"Sumpah."
Bolie mencerna pembicaraan ini sejauh dua blok di tengah lalu lintas yang padat. "Dengar, Edward, aku bermaksud menyinggung, kau itu orang hebat, juga mahasiswa yang baik, cerdas, tapi apa kau merasa nyaman menyusun surat wasiat dengan nilai warisan begitu besar?"
"Menurutku tidak. Kau?"
"Tentu saja tidak. Jadi, apa yang akan kau lakukan?"
"Mungkin dia akan meninggal sewaktu tidur."
"Kurasa tidak. Dia terlalu galak. Aku pastikan kalau dia akan hidup lebih lama dari kita,"
"Aku akan melemparkannya pada Stephan. Mungkin mencari seorang profesor hukum pajak untuk membantuku. Atau mungkin akan aku katakan pada Miss Streep bahwa aku tak bisa menolongnya, dia perlu membayar pengacara pajak yang hebat sebanyak lima ribu dolar untuk membuat konsepnya, Aku sudah punya banyak masalah sendiri."
"Halter Grisworld?"
"Ya. Mereka mencariku. Induk semangku juga."
"Jika saja aku bisa membantu," kata Bolie, dan aku tahu kalau ia sungguh-sungguh. Dan jika ia bisa menyisihkan uang, dengan senang hati ia akan meminjamkannya padaku.
"Aku akan bertahan hingga tanggal 1 Juni nanti. Setelah itu aku akan menjadi pengacara besar di Wills and Trust. Dan setiap jam kemiskinan yang ada dalam diriku akan segera berakhir, benar-benar akan berakhir. Bolie, bagaimana mungkin aku bisa menghabiskan uang 34.000 dolar dalam setahun?"
"Kedengarannya mustahil. Kau akan kaya."
"Maksudku, persetan, tujuh tahun aku hidup dari tip dan uang receh. Apa yang akan kulakukan de ngan uang itu?"
"Belilah setelan jas lagi."
"Kenapa? Aku sudah punya dua."
"Mungkin sepatu?'
"Itu dia. Benar sekali. Aku akan beli sepatu, Bolie. Sepatu dan dasi, makanan yang bukan makanan kaleng, dan mungkin celana blue jean terbaru baru."
Sedikitnya dua kali sebulan selama tiga tahun terakhir ini Bolie dan istrinya mengundangku makan malam. Nama istrinya Emily, perempuan Southaven, dan ia bisa menyulap makanan hebat walau dengan anggaran yang terbatas. Mereka sahabat, tapi aku yakin kalau mereka kasihan padaku. Bolie tersenyum lebar, lalu memalingkan wajah. la bosan dengan gurauan tentang hal-hal tak menyenangkan ini.
la berhenti di halaman parkir Los Veliz, di seberang Southaven Law School. "Aku harus belanja sedikit," katanya.
"Baiklah. Terima kasih untuk tumpangannya."
"Aku akan kembali sekitar pukul enam. Mari kita belajar untuk ujian pengacara."
"Baik. Aku segera ada di bawah."
Aku membanting pintu dan aku berlari kecil menyeberangi Los Veliz.
***
Di sudut gelap dan tersembunyi di lantai dasar perpustakaan, di balik tumpukan buku hukum kuno dan retak-retak serta tersembunyi dari pandangan orang, aku menemukan bilik belajarku dalam keadaan kosong, menunggu di sana seperti berbulan-bulan kemarin. Tempat itu secara resmi dipesan atas namaku. Sudut itu tanpa jendela, kerap kali lembap dan dingin, dan karena alasan inilah tidak banyak orang yang pergi ke dekat sini. Aku sudah menghabiskan banyak waktu di sini, dalam liang kecil pribadiku, membaca berbagai kasus dan belajar menghadapi ujian. Selama beberapa minggu terakhir ini aku duduk di sini melewatkan jam-jam penuh kepedihan sambil merenungkan apa yang telah terjadi padanya dan bertanya pada diri sendiri bagaimana aku membiarkannya pergi. Aku menyiksa diri di sini. Tiga sisi dari permukaan meja belajar datar itu dikelilingi panel-panel, dan aku sudah menghapalkan bentuk urat-urat kayu pada setiap dinding kecil itu. Aku bisa menangis di sini tanpa dilihat orang. Aku bahkan bisa mengumpat dengan suara pelan dan tak seorang pun akan mendengarnya.
Berkali-kali selama affair yang gemilang itu, Anya bergabung denganku di sini. Kami belajar bersama dengan kursi berdampingan rapat. Kami bisa tertawa lepas, dan tak ada seorang pun yang peduli. Kami bisa berciuman dan bersentuhan, dan tak seorang pun melihat. Pada saat ini, dalam jurang depresi dan kesedihan ini, aku nyaris bisa mencium bau parfumnya.
Aku benar-benar harus mencari tempat lain di labirin tempat belajar yang simpang siur ini. Sekarang, jika aku menatap panel-panel di sekitarku, aku melihat wajahnya dan teringat sentuhan kakinya. Aku pun langsung dikuasai kepedihan hati yang seketika melumpuhkan. Dulu, ia ada di sini, cuma beberapa minggu yang lalu! Dan sekarang orang lain sedang meraba kaki itu.
Aku membawa tumpukan dokumen Jack dan berjalan naik ke bagian asuransi. Gerakanku sangat lamban, tapi mataku bergerak cepat ke segala penjuru. Anya sudah sangat jarang ke sini, tapi aku pernah melihatnya beberapa kali.
Aku menggelar semua dokumen Smith di meja kosong di antara dua tumpukan buku. Aku membaca sekali lagi surat sialan itu. Bunyinya sungguh mengguncangkan sekaligus keji, jelas ditulis oleh orang yang yakin bahwa Smith dan Eddy tidak akan pernah memperlihatkannya pada pengacara. Aku membacanya lagi dan aku jadi sadar bahwa sakit hati itu mulai mereda—ia datang dan pergi, dan aku belajar untuk menghadapinya.
Anya Joy Moretz juga mahasiswi hukum tahun ketiga, satu-satunya gadis yang pernah aku cintai. Ia mencampakkanku empat bulan yang lalu untuk mendapatkan seorang mahasiswa Lowa State University, yang juga merupakan ningrat setempat. Ia mengatakan padaku bahwa mereka adalah sahabat lama sejak sekolah menengah, dan entah bagaimana mereka kebetulan bertemu kembali pada libur Natal. Dan asmara itu kembali berkobar, dan ia benci melakukan hal itu padaku, tapi hidup terus berjalan. Ada desas-desus yang kuat beredar di aula-aula ini bahwa ia hamil, sementara aku muntah sungguhan ketika pertama kali mendengar itu.
Aku kembali memeriksa polis Jack dengan State Farm Insurance, dan perlahan membuat catatan berhalaman-halaman. Polis itu bunyiya seperti bahasa Sanskerta. Aku mengatur surat-surat, formulir klaim, dan laporan medis. Untuk sementara ini Anya menghilang, dan aku tenggelam dalam klaim asuransi yang menjadi sebuah perkara dan makin lama terasa makin busuk saja.
Polis itu dibeli dengan premi delapan belas dolar seminggu dari State Farm Insurance of Toledo, Ohio. Aku meliti setiap baris rincian yang ada di buku debitnya, jurnal kecil yang dipakai untuk mencatat pembayaran mingguan. Tampaknya si agen, Rock, memang mengunjungi pasangan Jack setiap minggu.
Meja kecilku tertutup oleh tumpukan-tumpukan rapi berbagai dokumen, dan aku membaca semua yang diberikan Smith kepadaku. Aku terus memikirkan Noah Fieldman, seorang profesor tamu yang komunis itu, dan kebenciannya yang menggelora terhadap perusahaan asuransi. Mereka memerintah negara kita, katanya berkali-kali. Mereka mengendalikan industri perbankan. Mereka memiliki real estate. Mereka terkena virus dan Right Street akan mengalami diare selama seminggu. Bila suku bunga jatuh dan pendapatan investasi mereka terjerembap, mereka akan menoleh ke Kongres dan menuntut reformasi peraturan ganti kerugian. Gugatan-gugatan itu membunuh kami! teriak mereka. Pengacara-pengacara busuk itu mengajukan segala gugatan tak keruan dan meyakinkan juri yang bodoh agar kami mendermakan banyak uang. Kita harus menghentikannya atau kami akan bangkrut. Fieldman bisa begitu gusar, sampai melemparkan buku-buku ke dinding. Kami mencintainya.
Dan ia masih mengajar di sini. Aku rasa kalau ia akan kembali ke Illinois akhir semester ini. Kalau bisa mengumpulkan keberanian, aku mungkin akan memintanya memeriksa kasus Jack melawan State Farm Insurance. la menyatakan dirinya sudah banyak membantu menangani kasus-kasus pengingkaran besar di wilayah Utara, tempat juri memutuskan menjatuhkan denda besar kepada penanggung asuransi.