"Hai, Edward, kau akan bekerja pada Wills and Trust, bukan?" ia berseru keras. Televisi sedang mati. Teman-temannya menatapku. Dua mahasiswi di sebuah sofa jadi tergugah gembira dan melihat ke arahku.
"Ya. Kenapa?" tanyaku. John Locke sudah punya pekerjaan pada sebuah biro hukum yang kaya akan warisan, uang, dan pretensi, sebuah firma yang jauh lebih unggul daripada Wills and Trust. Sahabat-sahabatnya saat ini adalah Ben Axton, cecunguk kecil pongah yang syukurlah akan meninggalkan Southaven dan berpraktek pada sebuah biro hukum raksasa di Missouri; Daniel Gladwin yang sudah mendapatkan posisi di biro hukum besar lainnya; dan Jeff Levon, orang yang kadang kadang ramah, tapi kurang lebih selama tiga tahun kuliah ini menderita karena tidak memiliki singkatan untuk ditempelkan di depan namanya atau angka untuk ditempatkan sesudahnya. Dengan nama begitu pendek, masa depannya sebagai pengacara di biro hukum besar ada dalam bahaya. Aku ragu kalau ia bakal berhasil.
John Locke maju selangkah ke arahku. la masih tersenyum-senyum. "Nah, coba ceritakan pada kami apa yang terjadi."
"Apa yang terjadi?" aku tidak tahu apa maksudnya.
"Yeah, kau tahu, mengenai merger itu."
Aku menjaga agar parasku tak berubah. "Merger apa?"
"Kau belum dengar?"
John Locke melirik tiga rekannya, dan mereka semua kelihatan geli. Senyumnya melebar ketika ia memandangku. "Ayolah, Edward, merger antara Wills and Trust dan Skadden."
Aku berdiri tak bergerak dan mencoba mernikirkan sesuatu yang cerdas atau cerdik untuk diucapkan.
Namun saat itu tak ada kata-kata yang bisa diucapkan. Jelaslah, aku tak tahu apa-apa tentang merger itu, dan jelas pula bangsat ini tahu sesuatu. Wills and Trust adalah perusahaan kecil, lima belas pengacara, dan aku satu-satunya orang baru yang mereka terima dari kelasku. Ketika kami sampai pada kesepakatan dua bulan lalu, tak pernah disebut-sebut tentang rencana merger.
Skadden, di lain pihak, adalah biro hukum paling besar, paling kaku, paling prestisius, dan paling kaya di negara bagian ini. Menurut hitungan terakhir, 120 pengacara menyebutnya sebagai rumah. Banyak di antara mereka berasal dari sekolah-sekolah Lowa State University. Banyak di antaranya mencantumkan Panitera Federal pada silsilah mereka. Skadden merupakan biro hukum kuat yang mewakili perusahaan-perusahaan kaya dan lembaga-lembaga pemerintah, punya kantor di New York, tempat mereka melobi kalangan elite. la kubu bagi para politikus konservatif. Seorang mantan senator AS adalah salah satu partner di sana. Associate-nya bekerja delapan puluh jam dalam seminggu, mereka semua berpakaian biru tua dan hitam dengan kemeja putih button-down serta dasi bergaris-garis. Rambut mereka dipangkas pendek, kumis atau jenggot tidak diperkenankan. Pengacara Skadden bisa dikenali dari caranya berjalan dan berpakaian. Biro hukum itu penuh dengan sarjana-sarjana cemerlang, semuanya laki-laki dari sekolah yang tepat dan asrama yang tepat, dan karena itulah komunitas hukum Southaven menjulukinya Chris & Fou.
Daniel Gladwin menyisipkan kedua tangan dalam saku dan melihatku dengan pandangan mencemooh. la nomor dua di kelas kami, kemejanya selalu terkanji dalam ukuran yang tepat; ia mengendarai BMW, dan dengan demikian langsung tertarik pada Chris & Fou.
Lututku terasa lemas karena aku tahu kalau Chris & Fou tidak akan pernah menginginkanku. Kalau Wills and Trust akan sungguh-sungguh melakukan merger dengan raksasa ini, aku takut jika diriku sudah hilang dalam adukan ini.
"Aku belum pernah dengar," kataku lemas. Gadis-gadis di sofa itu menatap penuh perhatian. Suasana sunyi senyap.
"Maksudmu, mereka belum memberitahumu sama sekali? Tanya Locke seolah tak percaya. "Daniel di sini sudah dengar sekitar tengah hari tadi," katanya sambil mengangguk ke rekannya, Daniel Gladwon.
"Ya," sahut Daniel. "Tapi nama biro hukum itu tidak diubah."
Nama biro hukum itu, selain Chris & Fou, adalah Skadden, Wachtell, and Cramwell. Untunglah, bertahun-tahun yang lalu seseorang memilih untuk memakai versi ringkasnya. Dengan mengatakan bahwa nama biro hukum itu tetap sama, Daniel bermaksud menginformasikan bahwa Wills and Trust begitu kecil dan tidak penting sehingga bisa ditelan mentah-mentah oleh Skadden tanpa banyak masalah, kecuali sendawa ringan.
"Jadi, masih Wills and Trust?" kataku pada Daniel yang mendengus saat mendengar juluk berlebihan ini.
"Aku tak percaya bahwa mereka tidak memberitahukannya padamu," Locke menambahkan.
Aku mengangkat pundak seakan-akan ini bukan suatu masalah, dan aku berjalan ke pintu. "Mungkin kau terlalu khawatir tentang itu, Locke." Mereka saling bertukar senyum yang dibuat-buat, seolah-olah mereka telah berhasil menyelesaikan apa yang mereka inginkan. Aku meninggalkan ruang duduk itu, lalu masuk perpustakaan. Juru tulis di belakang meja depan memberi tanda padaku.
"Ini ada pesan," katanya sambil menyodorkan secarik kertas. Isinya berupa catatan untuk menelepon Hart Shepherd, seorang partner pelaksana dari Wills and Trust, sekaligus orang yang mempekerjakanku.
Telepon umum ada di dalam ruang duduk, tapi aku tak ingin lagi melihat Locke dan gerombolan pembunuh itu. "Bisa kupinjam teleponmu?" tanyaku pada juru tulis itu, seorang mahasiswa tahun kedua yang bertingkah seolah-olah ia yang memiliki perpustakaan itu.
"Telepon umum ada di dalam ruang duduk," katanya sambil menunjuk, seolah-olah aku sudah tiga tahun kuliah hukum di sini dan masih tidak tahu lokasi ruang duduk mahasiswa.
"Aku baru saja dari sana. Semuanya terpakai." la mengerutkan kening dan melihat sekeliling.
"Baiklah, tapi cepat."
Aku memencet nomor Wills and Trust. Saat itu hampir pukul enam, dan para sekretaris biasa pulang pukul lima. Pada dering kesembilan, suara seorang laki-laki berkata pendek, "Halo."
Kuputar punggungku menghadap ke depan perpustakaan dan mencoba bersembunyi di dalam rak-rak penitipan barang. "Halo, ini Edward Cicero. Saya ada di kampus, dan saya menerima pesan untuk menelepon Vikki Salve. Katanya urusan mendesak." Catatan itu tidak mengatakan itu urusan mendesak, tapi pada saat ini aku agak gelisah.
"Edward Cicero? Urusan apa?"
"Saya orang yang baru kalian terima bekerja. Siapa ini?"
"Oh, ya. Cicero. Ini Bell Hook. Uh, Salve sedang ada rapat dan untuk saat ini dia tidak bisa diganggu. Tunggu saja sekitar satu jam lagi."
Aku bertemu sebentar dengan Bell Hook ketika mereka membawaku berjalan-jalan melihat kantor itu dan aku ingat ia sebagai pengacara penggugat dan penggarong seperti biasanya—ramah sebentar, lalu kembali bekerja. "Ah, Mr. Bell, saya rasa kalau saya benar-benar perlu bicara dengan Mr. Salve."
"Maaf, tapi Anda tidak bisa bicara sekarang. Oke?"
"Saya dengar kabar angin tentang merger dengan Chris... Eh dengan Skadden. Apakah itu benar?"
"Dengar, Edward. Saat ini aku benar-benar sedang sibuk dan tidak bisa bicara sekarang. Teleponlah kembali dalam satu jam dan Salve sendiri yang akan menanganimu."
Menanganiku?
"Apa saya masih punya posisi?" aku bertanya dengan gugup dan perasaan putus asa.
"Teleponlah kembali satu jam lagi," katanya dengan nada kesal, kemudian membanting telepon.
Aku menulis pesan pada secarik kertas dan memberikannya pada si juru tulis. "Apa kau kenal Bolie Harold?" aku bertanya.
"Ya."