Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 13 - Bab 13. Petarungan Bawah Laut

Chapter 13 - Bab 13. Petarungan Bawah Laut

Randy, Hannah, dan Ira sudah menyiapkan diri mereka untuk melawan monster itu. Keraguan memang ada dalam diri mereka, tapi mereka sudah punya tekad dalam diri mereka. Semengerikan apa monster itu, mereka tetaplah makhluk yang bernyawa. Pasti ada akhirnya bila mereka terus dilukai.

ZASWAZAH!

Monster yang baru menampakkan mulutnya itu membuka mulutnya dengan lebar.

Monster itu mulai memasukkan badannya ke kubah yang tidak terbasahi air laut itu. Dia mulai berjalan mencari keberadaan mereka bertiga dengan indra pendengarannya.

Dengan ketakutan yang lebih. Hannah tiba-tiba melangkah kebelakang. "Sial...!" ucapnya sambil terkejut.

Charybdis dengan segera menatap Hannah dan menggeliat ke arahnya. Hannah yang ketakutan tiba-tiba mencengkram kuat senjatanya.

SLASH!

Ira dengan sekejap melompat dan menebas monster itu.

Serangan Ira mengalihkan pandangan Charbydis ke arahnya dan mulai mencoba melawannya. Hannah tidak mau diam saja melihat bantuan yang diberi temannya dan mulai membantu Ira dengan memberinya sihir pendukung.

"Fire Attribute!" (Pedang Ira menjadi berapi)

"Hand of Hermes!" (Kecepatan Ira bertambah)

"Shield of Apollo!" (Kekebalan Ira bertambah)

Hannah memberi support pada Ira yang akan bertarung. Sedangkan di sisi lain, Randy masih terdiam menatapi mereka bertiga.

"Apakah aku bisa?" Ujarnya dengan gugup.

Kapak yang ia pegang sangatlah berat, namun berkat kekuatan Dalor dalam dirinya. Dia bisa mengangkat kapak itu dengan mudah.

Namun, itu bukanlah masalahnya. Tangannya sekarang bergetar hebat, ini pertama kalinya dia melawan monster mengerikan di tempat yang sangatlah gelap.

"Percaya dirilah, Dy!" Dalor mencemooh Randy yang ketakutan.

"Apa elu tega, ngelihat cewek-cewek elu yang bertarung lawan monster itu?!" Tsunami fakta mengenai Randy.

Seketika Randy mencengkram kuat kapaknya dengan kesal karena ucapan Dalor dan berjalan perlahan ke arah monster itu. Monster yang mendengar langkah kaki yang baru dengan segera menoleh ke arahnya.

"Ira sekarang, serang dari dua sisi!" Randy memberi perintah pada Ira tanpa JoW.

Mereka berdua menyerang bersamaan monster itu. Keadaan monster itu sekarang sedang menghadap ke Randy, dia sontak kaget setelah mengetahui yang di belakangnya juga ikut menyerang.

Merasa bingung siapa yang mau diserang, dia akhirnya mengeluarkan skillnya.

"WHIIIRVOOOL!"

Sebuah lingkaran air tiba-tiba muncul di sekitarnya.

Randy dan Ira terpaksa mundur dan menangguhkan serangannya.

"Sial! Pusaran air, bagaimana bisa?!" Ucap Ira yang bingung karena ada pusaran air di tempat kering.

"Tenanglah, itu hanya elemental skill. Akan hilang bila sihir telah selesai!" Randy memberi tahu dengan nada keras.

Beberapa selang kemudian, pusaran air sudah benar-benar hilang. Di saat itu juga, mereka berdua melanjutkan serangan mereka.

"Rasakan ini!" Randy mengayunkan kapak ya kepala monster itu.

Darah kelihatan dari dalam kepala monster itu, tapi hanya sebatas itu. Tidak ada muncratan ataupun yang lainnya. Tubuhnya sudah bagaikan dipenuhi darah yang kental.

Berbeda dengan Randy yang menyerang secara langsung. Ira memilih menggunakan sihirnya agar tidak mengalami hal yang sama.

"Flame Burst!"

"Water Burst!"

Ira menembakkan kedua sihir yang saling berlawanan itu ke arah ulat itu.

Menyerang dengan uap panas mungkin benar-benar efektif.

NGAAAAAAK

Dia baru mengerang kesakitan setelah terkena serangan Ira.

"Berhasil! Kau menemukan titik lemahnya!" Hannah tersenyum puas dengan mengangkat satu tangannya ke atas.

Tapi tak lama setelah itu, monster itu membuka mulutnya dan seperti mau memuntahkan sesuatu. Kerongkongannya seperti memaksakan untuk mengeluarkan yang ada di dalamnya.

Hannah dan Ira menatapi bingung apa yang akan terjadi. Tapi sesuatu yang buruk pasti akan menimpa mereka. Keringat mereka sampai keluar saat melihatnya.

Merasakan firasat buruk, Randy turun dari kepala monster itu dan berlari ke arah kedua temannya.

"Apapun yang terjadi, janganlah keluar dari lingkaran yang akan kubuat!" Randy dengan tiba-tiba memberi arahan.

Meskipun tidak tahu apa yang akan terjadi, tapi mereka tahu hal buruk akan terjadi bila mereka terkena serangan dari monster itu.

Mereka berdua dengan sigap menuruti apa kata Randy dan saling mendekatkan diri.

"Baiklah, akan kumu-(terputus oleh sentuhan tangan Hannah)

"Biarkan aku saja, aku ingin terlihat berguna sekarang?" Matanya sangat meyakinkan sehingga membuat Randy menyetujuinya.

Tangannya dipukulkan ke tanah. Sebuah lingkaran berbentuk jam muncul di bekas pukulannya dan membesar sampai bisa melindungi mereka bertiga.

"Glass Shield!" Dia mengucapkan nama sihirnya.

Lingkaran itu membentuk sebuah kubah yang lebih kecil dari milik Randy, namun memiliki motif yang berkelas sehingga terlihat sangat kuat. Harum wangi yang sangat kuat menempel dikubah itu mengenai ketiga orang itu.

"ZLOPPPP!"

Monster itu memuntahkan apa yang ada di dalamnya.

Sebuah air kotor yang sangat bau keluar dari mulutnya, mungkin mereka bertiga akan mati bila menciumnya. Beruntungnya sekarang mereka ada dibalik kubah milik Hannah.

Randy menatap sadar ke arah Hannah. Hannah sepertinya pernah melawan monster ini. Dia bisa dengan cepat sadar kalau monster itu akan mengeluarkan cairan yang bau ini, sehingga dia harus membuat kubah yang berbau harum untuk menangkalnya.

Sejak awal Hannah seperti tahu apa yang harus dia lakukan. Randy mengira itu hanya insting siswi itu sebagai support. Ternyata insting itu sebenarnya dia dapat dari pengalamannya.

"Kita tidak bisa di sini terus!" Ira memekik pada mereka berdua.

"Tidak, tidak! Kita harus menunggu sampai semburannya selesai!" Hannah tampak kecapekan saat menahan perisainya.

"Kau sudah kelelahan, sebaiknya berhentilah!" Ira memekik lagi.

"Jangan!" Teriakan Hannah membekukan Ira. "Aku pernah melawannya, kengerian dapat aku rasakan begitu saja. Terlebih lagi, serangan ini bisa memakan korban!" Hannah menceritakan masa lalunya.

Alasan dari takutnya bukan kengerian monster ini. Melainkan pengalamannya saat melawannya. Entah siapa yang telah menjadi korban, tapi itu benar-benar membuat Hannah ketakutan saat bertemu monster ini lagi.

Randy yang melihat itu mencoba memegang bahu gadis itu dengan lembut. "Tenanglah, aku akan membantu," ucapnya dengan lembut.

Hannah menatap Randy dengan tersipu. Ira merasa cemburu setelah melihatnya, tapi dia membiarkannya untuk sekarang.

"Enchanter!" Randy memperkuat sihir Hannah dengan meminjamkan kekuatannya.

Hannah menjadi lebih relaks sekarang. Dia bisa menahan serangan Charbydis dengan leluasa sampai berakhir.

Ujung semburan sudah mulai terlihat. Randy yang melihat kesempatan itu langsung memanggil Ira.

"Ira sekarang! Gunakan sihir itu lagi!" Suruhnya.

"Baik!" Kedua tangannya disatukan dan diarahkan ke monster itu.

"Flame Burst!"

"Water Burst!"

Secara bersamaan Ira mengeluarkan sihir itu dan menahannya sampai muntahan monster itu selesai.

"Sekarang!" Teriak Hannah sambil melepas perisainya.

"Hyaaaahh!" Ira melesatkan sihirnya ke arah monster itu.

ZUZUZUZU!

Monster itu kembali kesakitan dan akan kalah.

"Randy!" Ira dengan sigap mengingatkan Randy tujuannya.

Randy maju dan mencoba menangkap monster itu. Sebuah sihir penangkap dia keluarkan.

"CATCH!" Teriaknya sambil berharap kalau monster itu tertangkap.

..... Tidak ada yang terjadi.

"Sudah kuduga, ini masih belum!" Randy menatap sedih.

BRAKK!

Monster yang jelas tidak paham maksud sedihnya Randy dengan segera langsung membantingkan kepalanya ke arah Randy yang berada di bawahnya.

"RANDY!"

Kedua gadis itu berteriak histeris saat melihat Randy seperti dipalu.

Di tempat yang gelap dan hanya ditemani lilin.

"Elu ceroboh amat sih, Dy! Bila gak ada gue dah matilu!" Dalor menegur Randy yang ceroboh dan tidak memerhatikan sekitar.

"Maaf, aku sedikit terbawa..." ucapnya sambil tersenyum hampa.

TINGGGG

Time Fracture berakhir.

Randy berdiri ditempat semula tanpa ada luka sama sekali. Dalor melindunginya dengan sihir yang ia keluarkan dari dalam pikiran bocah itu. Jika dia telat sedikit saja, mungkin tinggal nama itu orang.

Charybdis yang berdiri di depannya menghilang entah kemana. Tempat itu kembali menjadi sawah yang berlumpur. Beruntungnya bagian alas yang mereka injaki adalah bagian jalan setapaknya sehingga mereka tidak harus merasakan becek lagi, kecuali untuk Randy.

"Randy?! Kau baik-baik saja?!" Ira dengan cepat memeluknya.

"Tenanglah, aku kuat..." Randy mencoba mengelus punggung Ira yang khawatir.

Tatapannya melihat ke arah Hannah yang melihati mereka dengan kesal.

"Ayolah, aku di sini bukan untuk melihat ini!" Ucapnya dengan kesal.

"Maaf, kebi-" Kepala Randy tiba-tiba pusing dan membuatnya pingsan.

"Randy?!" Suara mereka berdua menjadi satu-satunya yang ia dengar sebelum pingsan.