"Pertama-tama, kenapa kau bisa ada di sana?" Celicia mulai menanyai Randy di ruangan itu.
Randy mulai mengatur nafasnya. Dia tidak boleh terlihat ragu saat mengatakan semuanya. Kemurnian harus terlihat di setiap ucapannya.
"ehmm(berdehem)... Kenapa aku bisa di sana? Itu kan jalanku pulang!" Randy tidak bohong soal ini.
Mereka berempat memberikan ekspresi terkejut yang sama. Namun Celicia dengan cepat mengembalikan rautnya dan melanjutkan pertanyaannya.
"Dan kenapa, kau bisa berhenti di tenga sawah?" Celicia menanyakan pertanyaan yang aneh lagi.
Randy yang tadi sudah siap membuat ribuan kebohongan hanya biaa terdiam. Dia tidak yakin kalau yang ia dengar adalah benar. Celicia menanyakan sesuatu yang terlalu mudah untuk membuat alibi palsu.
'Apakah ini jebakan?' Meskipun begitu, Randy tidak boleh lengah.
"Melihat Ira dan Hannah berduaan dengan tatapan saling bermusuhan di tengah sawah. Apakah aku akan diam saja saat melihatnya?" Randy memberikan keterangan palsu.
"Ah iya, Ira sekarang adalah kekasihmu. Tapi kenapa... Kenapa Hannah juga terlihat khawatir?" Celicia mulai memberikan pertanyaan yang menjebak.
'Sudah dimulai, ya? Sebuah pertanyaan menjebak. Bila aku salah jawab dan mengatakan Hannah adalah teman Ira akan gawat. Hal itu jelas hanya diketahui para V dan J.' Randy mulai hati-hati saat menjawab.
"Entahlah, mungkin karena Hannah merupakan temannya Farida?" Randy menjawab sesuai kehidupan di luar Time Fracture.
Jika tidak salah memang begitu. Pertemanan mereka mungkin hanya diketahui para J dan V, tapi dengan status Randy sebagai sahabatnya Farida. Dia bisa menggunakan alasan itu untuk membalas serangan Celicia.
"Hmm..." Celicia mulai menundukkan kepalanya.
Randy yang paham harus berpura-pura tidak paham apa yang terjadi. Dia mencoba melongo ke arah mereka.
"A-anu... sebenarnya ada apa? Kenapa kalian sangat ingin menanyaiku?" Randy mengangkat satu tangannya seperti orang bodoh.
Para valkyrie langsung terkejut, sepertinya mereka tidak sadar kalau mereka menanyai hal aneh. Apalagi ke seorang laki-laki yang jelas-jelas tidak akan paham soal Time Fracture.
'Mereka ini bodohnya pura-pura, atau memang tidak pandai menanyakan hal seperti ini?' Randy memenatap mereka dengan tatapan kecewa.
"Ehmm...!" Naura berdehem untuk menandakan dia akan mengambil alih sesi tanya jawab ini.
"A-anu Randy, saat kau berada di sana dan sebelum pingsan. Apa yang kau rasakan di tubuhmu saat itu?" Naura mencoba menanyakan sesuatu yang logis terlebih dahulu.
"Saat itu, aku cuman merasa tiba-tiba tubuh seperti mati rasa saja." Randy mengangkat kedua bahunya menandakan kalau rasa sakitnya tidak terasa.
Itu bisa terjadi jika rasa sakit di tubuh melebihi batas normal. Maka otak akan merelaksikan badan sehingga tidak merasakan sakitnya lagi.
"Baiklah, kalau begitu, pertanyaan selanjutnya... apa yang terjadi saat kau pingsan di kamar jenazah itu?" Naura menanyakan sesuatu yang berbahaya.
Randy langsung berkeringat dingin. Dia tidak perlu berbohong betapa mengerikannya kegelapan itu. Mungkin karena bantuan Dalor, dia bisa tidak merasakan ketakuatn dari gelapnya penglihatan.
"A-aku tidak ingat apa-apa, tapi aku dengar ada orang yang bilang. 'Sebaiknya kau menjauh secepatnya!' Aku tidak paham apa maksudnya." Randy memegang kedua dagunya sambil mencoba sedikit berpikir, padahal itu semua hanya akting.
Naura langsung merasa tidak enak setelah mengatakannya. Tapi keterkejutannya saat mendengar kebohongan laki-laki itu terlihat.
"Sebaiknya kau menjauh secepatnya?" Naura mengulangi kalimat itu.
"Sepertinya orang itu mencoba memperingatimu sesuatu." Celicia mengambil alih kembali.
Kalimat itu jelas hanyalah bualan, tapi Randy sepertinya menyadari kalau itu malah membuatnya akan kesulitan.
"Berarti... Randy, sebaiknya kau jangan berhubu-" Celicia menatap serius ke arah Randy namun kalimatnya diputus oleh Windy.
"Oy Celicia... Naura..., dan Ira..., apa kalian bodoh atau apa?" Windy menatap mereka dengan senyuman mematikan.
"Ada banyak kejanggalan sejak awal dengan cerita Randy!" (Windy)
"Kejanggalan?!" Ira mulai bertanya untuk melindungi Randy.
"Pertama, motor Randy tidak ada di sana saat itu." Windy menatap tajam pembohong itu.
"Motor?! Saat itu aku jelas membawanya!" Randy mencoba berbohong lebih jauh.
"Lalu kalau kau membawanya, kenapa motor itu masih ada di parkiran penitipan motor?" Windy melebarkan matanya.
"Hah?" Randy berpura-pura kaget.
"Cukup sampai situ, Windy!" Celicia menghentikan sebelum Windy berbuat lebih jauh.
"Randy, maafkan Windy, ya? Dia selalu seperti ini." Naura menatap sedih ke arah Randy.
"Tenanglah, tidak apa. Aku sudah biasa dicurigai." Randy melambaikan tangannya menandakan tidak merasa kesakitan.
Kecurigaan mereka berkurang, yang dimaksud dengan 'sudah biasa dicurigai' dari Randy adalah bagaimana dia selalu memiliki barang-barang seperti jimat dan alat perdukunan lainnya. Bahkan gurunya pernah memanggil ayah Randy karena itu.
"Tch, kalian ini bodoh atau bagaimana?!" Windy mulai membenarkan posisi berdirinya.
Dia mengepal tangannya dan menatap Randy dengan tatapan yang mengerikan.
"Kalau sudah begini, akan kubuat dia bicara!" Windy berjalan mendekat ke arah Randy.
GRAKK!
Dia mengangkat kerah baju Randy sehingga Randy yang sedang duduk dengan mustahil terangkat ke atas.
"Ke-kenapa kau kuat sekali?! Bu-bukannya kau hanya seorang-" Randy memutus kata-katanya.
Dia tidak boleh mengatakan sesuatu yang membuatnya keceplosan.
BUK!
Pukulan keras dipukulkan oleh Ira ke Windy.
Randy yang terangkat seketika jatuh dan menatap meja kaca yang ada di depannya. Kepala Randy mengenai kaca dari meja dan memecahkannya.
Baru saja kemarin dia menghadapi kematian, kali ini dia harus mengalaminya lagi. Untungnya luka dari pecahan kaca tidaklah seberapa. Randy lebih khawatir harga meja itu ketimbang dirinya.
"Randy?!" Celicia dan Naura terkaget dan khawatir dengan Randy yang terluka.
Darah memang terlihat di sekujur wajahnya. Namun rasa sakit dari goresan kaca tidak terlalu menyakitkan, tetapi dapat melukai cukup dalam bila tidak hati-hati.
"Tenanglah, aku baik-baik saja," ucap anak malang itu yang sekarang terlihat puyeng.
"Bodoh, kau terluka cukup parah!" Celicia cepat-cepat mengambil kotak P3K yang terpasang di tembok bagian belakang meja Celicia.
"Randy~?! Randy~?!" Suara Naura terdengar berdengung di kuping anak itu.
"Ya, apa...-"
BRAKKK!
Randy pingsan sebelum menyelesaikan kalimatnya.
Ira dan Windy yang berselisih tiba-tiba teralihkan oleh Randy yang pingsan. Wajahnya yang terluka hebat membuat Ira langsung memangku anak itu.
"Randy! Ma-maafkan aku! Aku terlalu terbawa emosi sampai melupakanmu!" Ira menangisi anak itu.
Tidak seperti yang lainnya, Windy hanya menyilangkan tangannya dan menatap ke arah pintu keluar.
"Windy? Kau tahu apa yang akan terjadi, kan?" Celicia menatap tajam idol itu.
"Ya ya, aku paham... Aku harus melakukannya kan?" Windy acuh pada kata-kata ketuanya.
Windy berjalan mendekat ke arah Randy yang sedang pingsan. Dia mencoba mengeluarkan sihirnya untuk menyembuhkan anak itu.
"Dark Heal!" Ia menatap rendah saat melakukannya.
.....
Tidak ada yang terjadi.
"Heh?!" Windy menatap kedua telapak tangannya.
Keanehan terjadi, dia tidak bisa mengeluarkan sihirnya.
"Kenapa kau diam saja? Apa kau mau bercanda?!" Celicia menegur keras idol itu.
"Aku sudah melakukannya! Tapi aku tidak bisa mengeluarkan sihirku!" Windy memekik balik ketuanya.
Sontak mereka semua terkejut.
"I-ini pasti ulahnya!" Windy mulai menunjuk dengan curiga ke arah Randy.
"Hey! Sudah kubilang! Kenapa kau selalu mengatakan hal mustahil?! Bila Randy sekalipun bisa melihat dunia itu, dia pastinya memiliki kekuatan yang lemah!" Celicia mencaci Windy.
"BISAKAH KALIAN DIAM?!" Ira berteriak kencang.
Windy dan Celicia terdiam menatap Ira yang menangis. Perselihan mereka tidak akan menyelesaikan apa-apa. Seharusnya mereka sudah tahu itu.
"Lebih baik kita membawanya ke UKS terlebih dahulu!" Naura memberi usul.
Untungnya saat ini sudah jam 2 siang, para murid tidak akan bisa berlama-lama di sekolah karena ujian. Sekolah terlihat sepi, hanya ada murid-murid yang gak punya beban hidup saja yang masih berada di sini.
Di UKS, para Valkyrie mencoba menyembuhkan Randy dengan obat-obatan manual.
"Tch! Awas saja kalau ada yang tahu ini!" Celicia bergumam pada diri sendiri.
"Tenanglah, aku akan menghalangi pintunya!" Naura menahan pintu dengan menggunakan badannya.
"A-anu... teman-teman...!" Windy mencoba sihir penyembuhnya lagi.
Kali ini sihirnya berhasil dikeluarkan, dan tanpa menunggu lebih lama. Windy melempar sihir Dark Heal-nya ke Randy yang sekarat.
JDESS!
Luka di tubuh Ramdy sudah hilang, namun sihir itu tidak menghilangkan darah yang sudah keluar dari wajahnya.
"Aneh sekali, kenapa hanya di sana saja aku tidak bisa melakukannya?" Windy menatapi telapak tangannya.
"Tapi dengan begini kita sudah tahu dengan jelas kalau Randy bukanlah orang yang bisa melihat dunia itu, kan?" Ira menatap tajam ke arah Windy.
"Hmm(mengangguk)... Aku akan minta maaf dengannya nanti." Windy yang terlihat kurang ajar tiba-tiba berubah kalem dan menerima untuk minta maaf ke laki-laki itu.
"Kalau begitu... Kita sedang disabotase! Dan pelakunya pasti..." Celicia menatap tajam ke langit-langit UKS itu.
Sepertinya Randy membuat kesalahpahaman menjadi lebih jauh. Apapun itu, dia harus bisa menyelesaikannya tanpa terlihat.