Chereads / Jadi Pengacau Dunia Gadis Penyihir / Chapter 18 - Bab 18. Deviant Valkyrie

Chapter 18 - Bab 18. Deviant Valkyrie

"Randy! Randy! Randy!" Suara seseorang memanggil sang protagonis.

Randy yang dari tadi tertidur akhirnya bangun. Saat membuka matanya, seorang gadis cantik berambut hitam pendek sebahu berada tepat di depan wajahnya.

Dia anehnya dengan otomatis mengeluarkan sihir MIMIKRI untuk bersembunyi dari para J dan V. Apa yang terjadi saat pingsannya, dia tidak ingat sama sekali.

"Ira?" Randy memanggil nama gadis itu dengan kebingungan. "Apa yang sedang terjadi?" Dia mengatakan itu sambil mencoba melepaskan sihir Mimikri-nya.

"Tenanglah, mereka sudah pergi.dan situasi memburuk. Mereka sekarang mengejar orang itu!" Ira mencengram baju Randy yang masih terlihat bercak darah.

"Orang itu?" Randy jelas bingung apa yang Ira maksud, terlebih lagi dia baru saja bangun.

"Sang Valkyrie pembelot, Dian Pitaloka Mandasari!" Ira mengatakan nama siswi yang asing.

Tapi Randy merasa dia pernah mendengar nama itu, tapi di mana? Di jelas-jelas pernah tahu nama itu.

"Apa maksudmu dengan pembelot? Apakah dia bertentangan dengan kalian, dan bergabung dengan Justiciar?" Randy bertanya sambil mencoba berdiri dari baringnya.

Ira menundukkan kepalanya, wajahnya terlihat sedih saat ditanyai soal itu.

"Tidak, mereka malah menyerang kedua belah pihak dan mencoba mengambil kunci dari para monster untuk diri mereka sendiri."

"Mereka?" Randy menyadari kata itu.

"Hmm(mengangguk), tidak hanya satu yang membelot. Bahkan dari justiciar pun ada. Beruntungnya, mereka selalu bergerak sendiri. Mereka hanya ingin brangkas itu menjadi milik mereka seorang." Ira menajamkan matanya ke arah Randy.

"Dan, orang yang kau sebut tadi... Dian Pitaloka Mandasari. Apa kekuatannya? Bila kau adalah sihir elemental, Hannah adalah support, dan Celicia adalah penguatan tubuh. Lalu, untuk Dian Pitaloka Mandasari?" Tanya Randy dengan mumet.

Ira menatap ke arah pintu UKS. "Kekuatan penyegelan sihir. Dia bisa membuat para Valkyrie maupun Justiciar kehilangan kekuatan sihirnya dalam beberapa saat. Dia juga bisa melakukannya dalam skala ruangan." Dia menjelaskannya dengan datar.

"Jadi itu sebabnya Celicia dan kawan-kawan mengira itu adalah ulahnya?" Randy kembali bertanya.

Ira tidak menjawab dengan suara. Melainkan hanya dengan anggukan kepala.

"Seberapa bahaya gadis itu?!" Randy turun dari kasurnya dan membenarkan pakaiannya.

Dia juga mencoba membersihkan kotoran di pakaiannya. "Clean!" Darah di pakainnya langsung menghilang setelah sihir itu digunakan.

"Mau kemana kau?! Dia sangat berbahaya!" Ira memperingati kekasihnya.

"Tenanglah, aku akan berjalan di balik layar! Yang menyelesaikannya akan kuserahkan padamu, Ra!" Randy menatap pacarnya dengan senyuman hangat.

Ira yang tadi menatap serius kekasihnya yang keras kepala, tiba-tiba berubah menjadi tersipu malu.

"Ka-kalau kau yang memintanya a-apa boleh buat! Ja-jangan salah paham, ya! Aku melakukan ini bukan karena mau, tapi karena dipaksa!" Ucap Ira menggunakan nada tsundere-nya.

Randy hanya tersenyum saat melihat ekspresi Ira. Entah kenapa, saat ini dia benar-benar menyentuhnya.

Perlahan langkahnya mendekat ke Ira yang masih tersipu.

Menyadari kedatangan Randy, Ira membuka matanya dengan terkejut. "Mau apa kau?!" Dia sudah berpikir hal-hal yang mesum.

Ira menutup matanya dengan tersipu saat Randy mendekatinya.

"Eh?" Wajahnya terlihat kecewa.

Apa yang Randy lakukan tidak sesuai dengan ekspetasinya. Randy yang ia pikir akan melakukan hal kotor, malah hanya memainkan pipinya.

"Kenwapwa kwau?" Ira bertanya, suaranya menjadi melenceng karena pipinya yang dicubit.

"Tidak, hanya pengen saja." Randy tersenyum sambil memainkan pipi pacarnya.

"Uhmmm!" Ira kesal karena ulah Randy. "Awas kau ya!" Tidak bisa melawan, Ira hanya mengerang dengan terlihat imut.

Mereka bermesra-mesraan sampai lupa waktu. Bahkan lupa misi dan hawa keberadaan.

"Ehm!" Suara dehem terdengar dari pintu UKS.

"Ah!" Ira dan Randy terkejut dan melepas cengkraman mereka.

Mereka tidak melakukan hal-hal aneh ya!

"Anu, aku tahu kalian sedang enak-enak. Tapi ingat, Sekarang adalah Time Fracture. Kuharap kalian tidak lupa itu!" Hannah menyenden di pintu dengan menatap kesal pasangan itu.

"Maaf, kami melupakan tugas, ah ha hahahha!" Randy menggaruk-garuk rambutnya seperti orang bodoh, ya tapi dia memang bodoh.

"Maaf agak lancang, padamu Dy. Tapi, apa yang akan kita lawan saat ini?" Hannah bertanya.

"Tidak ada, sebaiknya jangan membawa Justiciar saat ini." Randy mengatakannya dengan santai.

"Kenapa?" Hannah melebarkan matanya.

"Ini adalah pertarungan antar Valkyrie, bila ada Justiciar yang berada di dekat pertarungan, pasti akan memanas." Randy menjelaskan situasi.

"Baiklah kalau begitu, aku akan pergi menemui Farida untuk mencari para monster. Saat ini dia terlihat murung, kuharap dia tidak kenapa-kenapa." Hannah memelaskan matanya karena khawatir pada ketuanya.

"Kenapa Farida?!" Randy refleks bertanya.

"Entahlah, mungkindia shock saat mendengar berita tentangmu." Hannah mengatakannya dengan nada sedih.

'Lagi-lagi aku membuat orang khawatir...' Randy sedikit mengepalkan tangannya.

Dia sudah membuat banyak orang khawatir. Mungkin dia juga harus minta kaaf pada Farida agar dia sedikit terlihat tenang.

"Oh ya, Dy!" Hannah memanggil nama anak itu.

Randy dengan segera menatap gadis yang berdiri di pintu itu.

"Meskipun kau terluka sekalipun, kerja adalah kerja. Kau melupakan kerjamu hari ini!" Hannah menatap kosong bocah itu.

Matanya yang bercahaya di merahnya dunia membuat perasaan takut.

"Karena kau, aku telat membaca kelanjutan dari cerita mereka berdua. Padahal tinggal sedikit lagi, takdir mereka berdua akan ditentukan. Para penentang hubungan sudah bermunculan!" Hannah terlihat sangat beremosi.

"Tapi sialnya! Tidak ada lanjutannya! Minimal satu volume, lah! Ini malah tidak sama sekali! Aku benar-benar terbawa pikiran!" Hannah benar-benar terlihat kesal saat mengatakannya.

Memang benar, saat membaca sebuah cerita dan bersambung dibagian klimaks. Akan ada rasa kesal yang mengikutinya, seperti kenapa mereka memutusnya di bagian itu? Atau kenapa nanggung sekali?

Apa yang Hannah rasakan hanyalah hal normal dalam kehidupan manusia.

Randy dan Ira hanya menatap diam Hannah yang mengoceh-ngoceh di pintu itu. Sampai akhirnya di menunjukkan tangannya pada Randy.

"Randy! Ingat, ya! Bila besok kau masih lupa! Aku akan menghukummu!" Hannah mengatakannya dengan nada tinggi.

Dengan begitu, Hannah meninggalkan ruangan itu dan pergi menemui Farida yang katanya sedang terlihat frustasi.

"Randy, apa tidak apa-apa membiarkannya pergi?" (Ira)

"Tenanglah, ini malah akan membahayakannya malahan bila membawanya." (Randy)

"Benar juga..." (Ira)

"Lalu, sekarang apa rencanamu?" (Ira)

"Jika mereka sekarang sedang bertarung melawan Dian Pitaloka Mandasari seperti yang kau katakan. Maka ini juga akan menjadi kesempatan yang baik juga untuk membebaskan Windy." (Randy)

Dari semua Valkyrie, Randy malah mencoba membebaskan yang paling berbahaya terlebih dahulu.

"Kenapa, bukannya ada yang lebih mudah seperti Celicia atau Naura?" Ira terkejut.

"Jika begitu, mereka akan kembali ke sifat mereka semula. Tapi Windy malah akan semakin curiga dan agresif!" Randy menjelaskan alasannya dalam memilih target.

"Jadi, menenangkan Windy akan mempermudahmu menyelamatkan yang lain?" Ucap Ira dalam berspekulasi.

"Hmm(mengangguk), mengembalikan Naura dan Celicia memang gampang, yang membuatnya sulit hanyalah keberadaan Windy. Maka dari itu, kita harus membuat Windy ada pada pihak mita terlebih dahulu." Randy menatap keluar pintu ruangan itu. "

Belum lagi, dia akan bertindak sangat gegabah soal ini." Bekas luka yang sudah sembuh di kepalanya dia pegangi.

Rasa sakitnya memang sudah hilang, tapi perasaan takutnya masih tertanam di ingatannya.

"Baiklah, ayo kita ke sana!" Ira menyentuh bahu Randy dengan lembut.

Berduaan, mereka menatapi Langit merah itu.

Di suatu tempat.

"Dian!" Celicia mengarahkan pedangnya ke gadis itu.

CTAK!

Suara jentikan jari dibuat oleh Dian.

Pedang Celicia langsung hancur seketika saat setelahnya.

Lawan yang kuat, akan menghadapi hari terakhirnya sebagai Valkyrie di sana.

Dia sama sekali tidak menyadarinya. Dia malah mengeluarkan senyumnya dengan menatap rendah mereka, para Valkyrie yang mengikuti misi Dewi bodoh itu.