Chereads / Pencuri Cantik dan CEO Buruk Rupa / Chapter 10 - Episode 10 : Pertemuan yang tak terduga.

Chapter 10 - Episode 10 : Pertemuan yang tak terduga.

Di sebuah restoran terkenal di kota A ini, di lantai teratas, sepasang lelaki dan wanita sedang makan malam dengan anggun sembari menatap cahaya kota yang gemerlapan.

"Bukankah ini indah, aku harap kita bisa selalu menyaksikan ini, Ivan," ucap Oliv sembari meminum anggur yang ada di tangannya.

"Ya," jawab Ivan datar.

Melihat reaksi Ivan yang seperti itu, membuat Oliv menjadi kesal, namun dia tetap menutupi kekesalannya itu dengan senyuman. Sejak Ivan tahu Nian kembali ke Negara ini, sikap Ivan mulai sedikit aneh terhadapku. Apa mungkin dia masih mengharapkan sepupu bodohku itu?

"Aku dengar, keluarga Dow sekarang telah resmi menjadi pemimpin Klan, aku ucapkan selamat padamu."

"Ucapanmu harusnya kau berikan pada kepala Klan, aku hanyalah seorang anak angkat mereka," jawab Ivan.

Meskipun kau anak angkat, kau adalah pewaris keluarga Dow beserta Klannya. Dan jika aku bisa menikahimu, maka otomatis aku akan jadi istri dari seorang pemimpin Klan besar. Oliv tersenyum dalam hati.

"Ngomong-ngomong, bagaimana karir aktingmu, aku dengar kau akan jadi pemeran utama dalam sebuah drama?" tanya Ivan tiba-tiba.

"Benar, aku akan jadi pemeran utama di dalamnya," jawab Oliv bersemangat.

"Aku dengar, pemeran pembantunya adalah artis baru bernama Ghea, apa kau tau tentangnya?"

Ghea, tentu saja aku tahu, karena dia berasal dari keluarga Song yang cukup terkenal. Tapi kenapa Ivan penasaran tentangnya?

"Aku dengar, Nian adalah manager barunya. Maksudku, aku jadi penasaran dengan artis yang akan dilatih oleh orang seperti Nian, aku rasa, dia hanya akan jadi artis yang gagal."

Jadi begitu, ini karena Nian. Meskipun Ivan menunjukan kebencian terhadap Nian, tapi aku bisa lihat dari raut wajahnya, kalau dia mungkin sebenarnya merindukan kakak sepupuku itu. Aku tak bisa membiarkan ini, aku tak bisa membiarkan sepupuku itu merusak rencana indahku. Untuk itu, aku harus memikirkan cara untuk menjatuhkannya di depan Ivan. Oliv sekarang makin merasa kesal, namun dia tetap pandai menyembunyikannya, karena bagaimanapun, dia harus menjaga imagenya di depan Ivan.

"Ivan, berhati-hatilah, kakakku itu orang yang licik, jangan sampai terlibat dengannya," ucap Oliv dengan wajah khawatirnya.

"Aku tahu, kau tak perlu khawatir."

Bagaimanapun, rencanaku sudah siap, tinggal dieksekusi.

......

Hari ini adalah hari sabtu, Nian libur dari pekerjaannya, dia keluar rumah pamit dari Yunfei dan juga neneknya ingin pergi kerumah temannya, tujuannya tidak lain yaitu untuk pergi melihat Hana.

Sesaimpainya di rumah Song Yi, dia melihat Hana tengah bermain dengan Hio dengan wajah penuh keceriaan.

Aishhh, dasar putriku, sepertinya dia tak merindukanku sedikitpun. Nian menghela nafas lega.

Melihat ibunya datang, Hana langsung melepas buku yang dia baca dan berlari memeluk ibunya. "Mami !"

Nian pun membalas pelukan Hana itu dengan hangat, meski hanya berpisah beberapa hari dengan Hana, namun Nian merasa sangat kesepian tanpa kehadiran putrinya yang telah lima tahun bersama dirinya itu.

"Hana, apa kau bersikap baik di sini?" tanya Nian.

"Tentu Mami, Hio sangat baik padaku. Dia selalu diam mendengarkan setiap aku bicara, dia juga selalu mengabaikanku demi kebaikanku ketika aku mengajaknya bermain, dan dia juga sangat-sangat tampan Mami !"

Deskripsimu terlalu aneh Hana....

"Syukurlah, Mami kira Hana merasa kesepian tanpa Mami."

"Hana ... tentu kesepian, bahkan Hio sendiri, selalu kesepian tanpa kehadiran Maminya di sisinya."

"Eh, jangan bilang—"

Hio lalu berjalan ke arah Nian dan Hana sembari meluruskan kacamatanya yang sedikit bengkok. "Aku tidak butuh Ibu yang lemah, dia mati karena dirinya sendiri, tak ada yang perlu dikasihani."

Nian memandang lurus ke arah Hio. Bagaimana anak sekecil ini bisa bicara begitu? Dia pasti menyembunyikan rasa sakitnya lebih dalam dari yang aku bayangkan. Bahkan ... aku bisa melihat bayangan diriku di dalam dirinya yang sangat merindukan sosok seorang ibu.

"Lagi pula, selama aku hidup dengan damai, siapa yang butuh sosok yang di sebut orangtua," ucap Hio kembali.

"Hio kau—" belum sempat Nian menyelesaikan kata-katanya, sebuah sendok sayur mendarat di kepala Hio. Lalu dari belakang Hio, muncul seorang gadis seumuran Hio, namun dengan gaya yang mirip seperti Hana.

"Dasar kakak bodoh ! jangan pernah bicara seperti itu tentang orangtua kita ! Ayah sekarang sedang mencari keberadaan Mama, kau terlalu cepat putus asa !"

Nian hanya bingung melihat anak perempuan itu yang memiliki semangat yang sama seperti putrinya, "Hana siapa dia?"

"Dia adalah saudari kembar Hio."

Saudari kembari Hio itu lalu maju ke depan Nian dan mengulurkan tangan, Nian yang masih bingung mengambil tangannya yang kecil itu. "Perkenalkan tante, namaku Kana. Putri dari Song Vian dan juga Lin Eina," ucapnya tersenyum.

"Mami, dia adalah temanku. Aku meminta mami datang ke sini untuk mendaftarkanku sekolah di tempat yang sama dengan Kana."

"Ah jadi begitu, kalian bertiga ingin berada di satu sekolah yang sama, itu bagus, aku bersyukur karena Hana memiliki teman sekarang," ucap Nian bahagia.

Karena keegoisanku selama ini, kami selalu hidup berpindah-pindah, sehingga Hana tak pernah punya yang namanya teman dekat. Aku selalu khawatir kalau dia akan tumbuh sebagai penyendiri, tapi, setelah melihatnya bermain bersama Kana dan Hio, aku jadi sedikit lega.

"Kalau begitu, ayo kita daftar sekarang."

.....

Mereka pun pergi dengan mengambil salah satu mobil milik Song Yi tanpa izin. Itu sudah biasa Nian lakukan pada Song Yi, karena sebanyak apapun mobil, atau aset yang Song Yi miliki dia ambil, teman baiknya itu takkan peduli sama sekali, karena Nian sudah dianggap sebagai keluarganya.

Dia lalu sampai di sebuah sekolah mewah sesuai alamat yang diberikan Kana. Awalnya, Nian merasa aneh dengan alamatnya, namun setelah memastikan, dia benar-benar terkejut, karena sekarang berdiri sebuah sekolah dasar mewah di samping panti asuhan tempat dia biasa bermain sewaktu kecil dulu.

"Mami ada apa?" ucap Hana melihat maminya kebingungan menatap sebuah panti asuhan kecil.

"Ti—Tidak, mami hanya kaget, panti asuhan yang dulu biasa mami kunjungi untuk bermain sewaktu kecil, masih berdiri kokoh sampai sekarang," ucap Nian tersenyum. Dia kemudian mengingat masa kecilnya yang begitu bahagia, jauh dari drama keluarganya. Dia bahkan masih bisa mengingat, bagaimana dia bertemu dengan Ivan untuk pertama kalinya di panti asuhan itu.

Ivan... aku penasaran, bagaimana kabarmu saat ini?

"Mami, bagaimana kalau kita mengunjungi panti asuhannya dulu?" ucap Hana tersenyum.

"Tapi, kita harus daftar, karena sebentar lagi sekolahnya tutup."

"Jangan khawatir Mami. Kita masih bisa daftar pada hari senin nanti."

Hana sungguh mengerti diriku, aku terkadang malu melihat putriku lebih jago mengurus diriku dari pada aku mengurus dirinya.

Mereka pun melangkahkan kaki mereka ke sebuah panti asuhan yang berdiri tepat di samping sekolah mewah itu, sejak panti asuhan itu berdiri tepat di samping sekolah yang megah, panti asuhan itu jadi terlihat kumuh jika dibandingkan. Hal itu membuat hati Nian sedikit teriris.

Dia lalu masuk ke dalam halaman, dan melihat seorang nenek-nenek sedang menyapu, dan saat matanya bertemu dengan mata nenek itu, sebuah air mata hangat mengalir dari mata Nian. "Ibu Lee, kau Ibu guru Lee?"

Nenek itu memfokuskan penglihatannya pada Nian, dia lalu melihat sosok gadis kecil berambut coklat berkuncir dua, "Apa kau, Lemon kecil, Nian?"

Nian hanya menjawab perkataan orang yang pernah dia panggil Ibu guru itu dengan anggukan dan juga air mata. Sontak, Ibu guru Lee langsung melepaskan sapunya dan berlari memeluk Nian, membuat momen haru terjadi di antara mereka, pertemuan lama antara anak nakal dan juga juga ibu guru yang galak.