Chereads / Pencuri Cantik dan CEO Buruk Rupa / Chapter 14 - Episode 14 : Diam-Diam Bersalah.

Chapter 14 - Episode 14 : Diam-Diam Bersalah.

Nian hanya bisa terdiam, padahal dia sendiri tahu kalau dia tak melakukan sesuatu yang salah, tapi karena mata Yunfei yang tulus memandangi Nian itu, hal itu justrumembuat dirinya merasa bersalah, terlebih dia tahu sendiri bagaimana dekatnya dia dengan Zeran.

Apa yang harus aku lakukan? Apakah sebaiknya kuceritakan saja pada Yunfei? Tapi ... aku takut dia jadi salah paham dan berujung membenciku. Sial ! aku benar-benar tak memiliki pengalaman untuk bertarung dalam situasi seperti ini!

Namun, Zeran tak membahasnya lebih jauh, dia hanya terus tersenyum sembari menyuruh Nian masuk karena udara di luar sudah mulai dingin. Nian merasa sangat bersalah dalam hatinya, namun, dia cepat-cepat menepis perasaan itu karena di lain sisi, dia merasa kalau dia juga tak melakukan hal yang salah.

.....

Keesokan harinya, Nian datang bekerja ke kantor seperti biasa, hari ini Nian datang agak pagi karena ingin mengurus semua hal tentang drama yang baru saja dia dapatkan. Namun, tepat di pintu masuk, dia bertemu dengan Fara yang tengah membawa barang-barangnya keluar dari perusahaan. Fara tak berkata apa-apa saat berpapasan dengan Nian, melainkan hanya menatap Nian dengan tatapan tajam dan dendam.

Nian tak memperdulikannya, bagi dirinya, dia tak ingin mengurusi masalah yang telah berlalu. Dia sebenarnya tahu kalau Fara itu bukan artis yang jahat, Fara hanya sombong dan kesombongannya itu sering membawa dirinya ke dalam masalah. Oleh karena itu, Nian hanya melihat Fara yang ditendang dari perusahaan Avenging sebagai pelajaran bagi Fara agar tidak menjadi sombong di perusahaan lain nanti.

Dia lalu duduk di kursi kantornya hanya sendiri, belum ada orang lain yang datang. Apa aku terlalu pagi ya? Tunggu dulu, bukankah ini kesempatan yang bagus? Kemarin aku memang sempat menyusup ke ruangan Zeran secara diam-diam, namun aku tidak menemukan apapun yang bisa menjadi petunjuk untuk menemukan hal yang paling berharga bagi Zeran, tetapi, aku menemukan sebuah brangkas kecil tersembunyi di balik tumpukan buku koleksi Zeran, bisa jadi kalau 'sesuatu paling berharga' itu, berada di sana.

Sembari menunggu komputernya menyala, Nian lalu menyusup ke ruangan Zeran, dia lalu memencet sebuah tombol yang ada di jam tangannya dan pada saat itu juga, semua CCTV di Perusahaan itu mengalami loop sehingga Nian bisa bergerak dengan bebas dalam keadaan sepi tersebut. Jam tangan ciptaan Nian ini memang alat yang biasa dia gunakan untuk menyusup, saking hebatnya jam tangan ini, itu bahkan bisa membuka segala jenis pintu yang ada di dunia dalam hitungan menit, nama jam tangannya ini adalah, God's Key.

Perlahan dia masuk ke dalam ruangan Zeran dan langsung menuju rak buku. Dia memindahkan buku-buku yang menutupi brangkas kecil itu, lalu menaruh tangannya yang telah dilapisi latex pada kunci kode kombinasinya, dia hendak memutarnya ke kanan, namun yang dia tak sadari, sebuah tangan tiba-tiba memeluk perutnya erat, membuat Nian terkejut dan reflek memukul pemilik tangan itu dengan sikunya, sontak, pemilik tangan tersebut terjatuh dengan darah keluar dari hidungnya.

Nian dengan cepat membalikkan badan dan ingin kabur, namun setelah dia tahu orang yang dia siku tadi adalah orang yang sudah sangat dia kenal, dia terdiam. "Zeran !"

"Kelinci kecil, kekuatanmu memang sangat kuat, lain kali bisakah lihat dulu siapa yang ingin kaupukul," ucap Zeran sembari menahan darah yang terus keluar dari hidungnya.

Nian tak bisa mengelak lagi, dia benar-benar tak menyangka, kalau dirinya yang sudah menjadi pencuri profesional, membobol puluhan Klan, tak pernah ada satupun tangan yang pernah menangkapnya saat beraksi, namun hari ini, di tangan bossnya yang sangat dia benci, dia tertangkap basah.

"Zeran, apa yang kau lakukan di sini?" tanya Nian mulai salah tingkah.

"Ini kantorku, apa aku harus izin padamu untuk masuk ke sini? Lagi pula, apa yang sedang kau lakukan?"

"Aku sedang membersihkan rak bukumu, itu terlihat kotor," ucap Nian mengalihkan pandangannya karena berbohong.

Zeran hanya tersenyum memandangi sikap lucu sekretarisnya itu. Kelinci kecil, apa kau pikir aku tidak tahu apa yang sedang kau lakukan? Statusmu sebagai pencuri nomor satu di dunia sudah menjelaskan apa maksud kelakuanmu barusan. Tapi sepertinya, kelinci kecilku ini belum menyadari kalau aku sudah tahu identitasnya. Lebih baik seperti ini, karena aku bisa bermain dengannya lebih banyak lagi.

"Apa kau ingin tahu apa yang ada di dalam brangkas itu?"

"Brangkas, bra—brangkas apa?" ucap Nian pura-pura bodoh.

Sial, padahal aku selalu bisa berakting di depan orang lain, membuat alibi adalah salah satu dari kewajiban menjadi seorang pencuri, namun, kenapa di hadapan orang ini aku malah selalu gugup, dan karena itu, aku jadi selalu salah bicara dan gelagapan. Nian masih mencoba menutupi wajah bohongnya.

Zeran lalu tersenyum tipis dia lalu memutar kunci brangkas itu ke kiri dan kekanan sambil berkata, "Di dalamnya ada rahasia perusahaan ini, yang mana jika tersebar keluar, perusahaan ini bisa hancur dalam sekejap," ucap Zeran dengan tatapan dingin dan tajam ke arah Nian.

Mendengar hal itu, Nian seketika menjadi waspada, dia mengambil langkah mundur sembari mengambil kuda-kuda bertarung, dia terlihat sedikit panik karena kondisinya sekarang kurang menguntungkan. Dia mengungkapkan rahasianya dengan mudah, itu berarti dia tak berenca membiarkanku hidup. Aku harus mencari cara untuk kabur dari sini.

Melihat Nian yang gelagapan, Zeran hanya bisa tertawa dengan keras karena bagaimanapun, dia telah berhasil untuk mengerjai kelinci kecilnya itu hingga dia memasang ekspresi ketakutan. "Hahahaha, apakah itu yang kau harapkan untuk kukatakan?"

Nian akhirnya sadar, kalau Zeran hanya bermain dengannya. Di perlakukan seperti itu, membuat Nian menjadi sangat marah dan kesal, dia ingin sekali memukul Zeran tepat dimana dia menyikunya barusan. Laki-laki ini !

Zeran lalu membuka berangkas itu lalu mengeluarkan sebuah liontin giok berwarna merah, "Isinya hanya benda ini, ini adalah satu-satunya peninggalan yang ditinggalkan oleh ibuku."

Nian yang tadinya marah, kini berubah iba karena melihat wajah Zeran yang murung. Entah kenapa, saat Zeran melihat liontin giok itu, dia terlihat sangat sedih, seperti dia sedang merindukan sosok pemilik dari giok itu. Dan aku saat aku melihat momen ini, aku sadar, kalau aku juga merindukan ibuku sama sepertinya.

Saat Zeran hendak menaruh kembali liontin giok itu, tiba-tiba saja darah yang tadinya sudah hilang dari hidungnya, kini kembali keluar, tak hanya itu, darah itu juga disertai oleh batuk darah yang cukup keras dari Zeran bahkan sampai membuatnya hampir terjatuh, untungnya dia langsung bersandar pada rak buku yang ada di sampingnya. "Uhuk !"

"Zeran !" Nian mencoba membantu Zeran yang terduduk.

Apa aku meyikunya terlalu keras? Nian nampak khawatir karena berpikir kalau dia menyiku Zeran cukup keras.

"Aku tak apa," ucap Zeran berusaha bangkit. Dia lalu mengeluarkan sapu tangannya untuk megusap darah yang ada di wajahnya.

Kepala Zeran terasa sangat pusing, bahkan untuk berdiripun dia kesusahan. Sial, penyakitku kambuh lagi. Aku tidak boleh menunjukan kelemahanku di depan Nian.

Beberapa saat kemudian setelah Zeran meminum obat yang ada di kantongnya, Zeran pun merasa sedikit lega. Dia terduduk di kursinya sembari menghela nafasnya. Dia lalu menatap Nian yang masih berdiri menatapnya khawatir.

"Ada apa, kenapa masih di sini? Kenapa tidak kerja?" ucap Zeran.

Nian yang merasa bersalah hanya bisa terdiam sambil tergagap-gagap, "A—Apa kau baik-baik saja?"

Apa gadis ini mulai mengkhawatirkanku? Atau dia hanya merasa tidak enak padaku karena menyikuku tadi? Sungguh kelinci kecil yang imut. Zeran tersenyum.

"Wah, seluruh badanku sakit, hidungku berdarah dan aku tidak mau makan !" ucap Zeran merengek.

Apa separah itu? Nian nampak setengah khawatir setengah ragu.

"Kau harus tanggung jawab Nian," ucap Zeran.

"Ba—Baiklah, aku akan tanggung jawab, aku akan membawa kau kerumah sakit dan menanggung biayanya," ucap Nian.

"Siapa yang ingin hal membosankan seperti itu, yang aku inginkan sebagai balasan adalah, sebuah makan malam romantis bersama denganmu," ucap Zeran tersenyum tanpa rasa bersalah.

"Apa?! Tidak mau !"

"Aduh hidungku !" Zeran merengek lagi.

Nian saat ini benar-benar merasa kesal, tapi karena ini semua salah dirinya, dia lalu mengiyakan ajakan Zeran untuk makan malam, karena bagaimana pun, dia tak ingin Zeran membahas lagi tentang apa yang Nian lakukan di ruangannya sebelumnya. Tentu dengan syarat, makan malam itu harus dirahasiakan dari publik. Entah kenapa aku seperti merasa bersalah lagi pada Yunfei. aku harus benar-benar secepatnya menemukan 'hal berharga bagi Zeran', itu, sehingga aku bisa secepatnya lepas dari tangan pria sialan ini.

Nian pun berjalan keluar dengan wajah yang lesu karena pagi-pagi sudah di permainkan Zeran. Tepat di depan pintu keluar ruangan Zeran, dia bertemu dengan Ghea yang sedang bersandar di tembok seolah sedang menunggu Nian untuk keluar. Saat Nian keluar, Ghea pun langsung menghampirinya dengan terburu-buru.

"Kemampuan menggodamu ternyata lebih baik dari wanita yang lain, cara apa yang kau pakai hingga Zeran mau mengajakmu makan?" tanya Ghea sinis.

Satu lagi gadis yang salah paham. Nian mengeluh

"Aku tidak pernah menggoda Zeran, siapa yang mau menggoda laki-laki narsis seperti itu, justru dialah yang menggodaku," jawab Nian enggan. Baginya, membahas hal seperti ini sangat melelahkan karena dia tahu hal seperti ini tak akan ada akhirnya.

"Biar kuberitahu, aku telah mengincar Paman Zeran dari aku masih kecil, jadi lebih baik ketahui tempatmu dan jangan melakukan hal yang tidak-tidak," ucap Ghea lalu berjalan pergi.

Nian hanya memandangi Ghea seperti melihat seorang anak kecil yang permennya diambil. Cinta masa kecil ya, aku penasaran, apa cinta semacam itu benar-benar ada?