Pagi ini, kantor libur dari kerja, Nian menonton TV bertiga dengan Nenek Yunfei dan juga Ran, mereka biasa menghabiskan waktu libur dengan menonton TV seharian, namun hari ini mereka hanya menonton sampai siang, karena nanti sore, ada sebuah acara penting yang harus mereka hadiri.
"Nek, apa nenek yakin aku harus memakai pakaian tadi?" tanya Nian ragu memikirkan betapa bagusnya gaun yang di berikan oleh nenek Yunfei tadi.
"Kak, kau pantas memakainya, itu terlihat cocok untukmu," jawab Ran tersenyum.
"Tapi..."
"Ran benar, kau memang pantas, jadi pakailah. Kecuali untuk sepatumu, aku tidak menemukan yang pas," jawab nenek Yunfei.
"Jangan khawatir kak, kita bisa pergi membelinya bersama tepat sebelum acara pertemuannya tiba."
"Baiklah kalau begitu. Ngomong-ngomong, Yunfei tadi pagi kemana?"
"Kakakku pergi mengunjungi seseorang," jawab Ran.
Seseorang? Jangan bilang wanita? Tidak-tidak, Yunfei bukan tipe orang seperti itu. Nian mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
Tepat saat Nian hendak bersiap-siap pergi ke Mall untuk membeli sepatu, channel yang di pilih oleh nenek Yunfei, tiba-tiba memberitakan berita kejadian tentang kematian artis muda di sebuah gudang di pinggir kota. Nian melihat berita itu seolah tak percaya.
"Kak, apa kau mengenal artis yang meninggal itu?" tanya Ran.
"Ya, namanya... Fara."
Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Fara bisa tiba-tiba meninggal, jangan bilang ini ulah Oliv, setahuku memang dia yang berada di belakang Fara, bisa jadi kalau dia membunuh Fara untuk menutupi kerjasamanya dengannya. Hati manusia memang mengerikan, bisa berubah tergantung suasana, namun yang lebih mengerikan ialah, hati manusia yang telah mati, mereka yang memiliki hati seperti ini, tak lagi merasakan iba atau kasihan pada nasib orang lain. Nian menggeram kesal, karena bagaimanapun, ini semua terkait dengan dirinya. Dia menyesal karena membiarkan semua berakhir seperti ini.
Meskipun Fara licik dan jahat, namun setiap orang berhak mendapat kesempatan kedua, aku benar-benar tidak setuju dia mati seperti ini.
"Kak..."
"Ran, sebelum kita ke Mall, maukah kau menemaniku pergi ke suatu tempat sebentar?"
"Tentu saja Kak."
Nian pun mengambil kunci mobil Yunfei, lalu pergi bersama Ran ke sebuah rumah kecil yang ada di pinggir kota. Sebuah rumah yang bahkan hampir rubuh.
Kalau tak salah, ini dia tempatnya....
"Kak, rumah siapa ini?" tanya Ran.
Nian tak menjawab pertanyaan Ran, melainkan hanya tersenyum dan langsung turun dari mobil. Dia segera mengetuk pintu rumah itu perlahan, tak lama, sepasang suami istri yang terlihat lusuh keluar menyambut Nian. Nian yang melihat kondisi mereka, tak kuasa menahan air matanya, terlebih, saat Nian mengabari kepada mereka, kalau putri mereka telah meninggal, air mata Nian bertambah deras tak bisa di bendung lagi, begitu juga dengan kedua orangtua Fara, mereka tersungkur menangis meratapi putrinya yang telah pergi meninggalkan mereka.
Setelah menyerahkan beberapa hal termasuk uang dan juga properti kepada orangtua Fara, Nian pun pergi masih dengan wajah yang murung akibat menangis. Ran yang khawatir dengan kondisi Nian langsung memeluk Nian erat.
"Kak, ini bukan salahmu, kau tidak boleh menyalahkan dirimu sendiri," ucap Ran mencoba menenangkan Nian.
"Aku tahu, ini bukan salahku, tapi ini semua masih berhubungan denganku, jadi aku takkan pernah bisa menyingkirkan rasa bersalah ini seumur hidupku," ucap Nian masih sedikit terisak.
Fara adalah artis baru yang sedang naik daun, aku sempat mencari informasi tentang dirinya saat aku memiliki masalah dengannya untuk pertama kali, dan aku sadar kalau dia berasal dari sebuah keluarga kecil, pergi meninggalkan kedua orangtuanya dalam keadaan biasa dengan harapan kembali dengan keadaan luar biasa. Bukan berarti aku menyesal telah memunculkan permusuhan antara aku dan Fara waktu itu, karena beginilah kehidupan, mereka yang jahat akan selalu menerima balasan yang jahat juga dan sebaliknya. Aku tak pernah menganggap diriku sebagai orang baik, mungkin suatu saat nanti aku juga akan menerima karmaku, tapi, satu yang bisa aku pastikan, kalau Oliv, akan menerima karma yang jauh lebih buruk daripada siapapun. Nian menatap marah lurus.
Mereka pun berangkat menuju Mall untuk membeli keperluan untuk pertemuan nanti sore, sekaligus mengubah mood mereka karena kejadian tadi.
"Aku juga pernah merasakan hal yang seperti ini dulu, kak," ucap Ran tiba-tiba.
"Apa maksudmu?"
"Aku juga pernah kehilangan temanku yang berharga, dan itu rasanya sangat menyakitkan. Mungkin, alasan kenapa kita sedih karena kehilangan seseorang itu bukan karena kita peduli padanya atau sayang padanya, tapi karena kita memiliki kenangan dengan orang tersebut," ucap Ran dengan tersenyum murung.
Ran....
"Sudah, ayo kita buang semua hal buruk dan sedih kebelakang, hari ini ayo kita bersenang-senang."
Mereka berdua pun memutuskan untuk mampir ke game center sebelum mulai berbelanja, bersenang-senang untuk melupakan kesedihan. Dan setelah berjam-jam bersenang-senang, mereka pun pergi berbelanja, Nian mentraktir semua hal yang dibeli oleh Ran, kini kedua tangan mereka penuh dengan barang belanjaan.
"Kak, mungkin ini tidak sopan, tapi kakak punya banyak uang, apa kakak sebenarnya orang kaya?" tanya Ran tiba-tiba.
Nian hanya tersenyum mendengar pertanyaan polos Ran itu. Aku tidak bisa mengatakan kalau aku sebenarnya sangat kaya, karena uangku yang ada di Klan sudah hampir tak bisa kuhitung, meskipun, aku juga jarang menggunakannya.
"Gaji kakak lumayan besar, bukankah kakak sudah cerita, kalau kakak ini manajer artis."
"Ah, benar juga, jika nanti kakak bertemu dengan artis besar tolong mintakan aku tanda tangan," ucap Ran.
"Tentu."
Jam bersenang-senang mereka pun berakhir, kini waktunya bagi Nian untuk bertemu dengan keluarga Yunfei, sejujurnya, hal ini membuat Nian sedikit khawatir, bagaimana tidak, keluarga Mo di bedakan menjadi dua fraksi, yaitu Fraksi nenek Yunfei dan Fraksi Kakeknya, telah terjadi perang di antara kedua fraksi ini hanya karena urusan harta. Konon, leluhur keluarga Mo meninggalkan sebuah peta harta karun yang tak ternilai pada penerusnya, tentu informasi itu langsung membuat perpecahan di dalam keluarga Mo, bahkan sampai membuat kedua orangtua Yunfei dan Ran, meninggal. Bahkan sampai sekarang, meskipun secara diam-diam, fraksi sebelah masih terus melancarkan serangan, tujuannya demi mendapatkan sisa-sisa informasi tentang lokasi peta harta yang belum terbukti keberadaanya tersebut.
Harta memang bisa merusak tali yang di sebut keluarga, oleh karena itu, aku meninggalkan semua harta milikku ke Klan dan hanya akan menggunakannya jika aku butuh. Aku hanya tidak ingin Hana tumbuh menjadi anak yang bergantung pada harta, yah, meskipun begitu, aku tahu betul sifat Hana, dia tak terlalu tertarik pada hal-hal berkilau seperti harta, dia malah lebih tertarik pada makanan yang lezat. Dia terkadang sering mengambil sesuatu, namun itu hanya karena dia suka mengerjai orang lain, aku sendiri melarangnya untuk menjadi seorang pencuri sama sepertiku, bagaimanapun, masa depan Nian akan kuserahkan di tangannya sendiri. Nian menghela nafas mengingat putrinya yang polos bisa jadi begitu rakus ketika berada di depan makanan.
Saat Nian dan Ran berjalan ke luar Mall, tiba-tiba seorang gadis muda berpakain tak biasa menghampiri mereka dan langsung berlutut di hadapan Nian, "Nona ku!" ucap gadis itu.
Ran dan Nian tentu saja terkejut, tapi yang lebih terkejut adalah Nian, karena orang itu adalah orang yang telah lama dia kenal. Kimi? Apa yang dia lakukan di sini?