Drettt
Drettt
Ponsel dokter itu berdering dari direktur rumah sakit.
"Halo."
"Aku dengar ada pasien yang mengalami kecelakaan pada
***
"Apa tidak ada dokter yang bisa menangani, bukankah ada dokter Zafran?"
"Dokter Zafran mengalami kecelaan. Saya sebagai direktur akan bertanggung jawab penuh pasien."
"Bukan masalah itu pak, saat ini masa kerjaku tengah diragukan. Ini tidak akan baik."
"Ini aku dokter Sutio. Tetapi kekuarga pasien sangat membutuhkanmu, bahkan dia sangat percaya. Apa pun hasilnya nanti yang terpenting adalah iktiar. Aku percaya kepadamu sepenuhnya dan keluarga pasien sangat menantikanmu. Aku yakin jika terjadi sesuatu kepada pasien kali ini kamu pasti akan menyesal." Mendengar itu dari staf kedokteran Nadira harus mengambil keputusan.
"Kali ini aku memang bukan siapa-siapa, aku juga bukan temanmu. Nadira aku juga seorang pasien aku membutuhkan jasa dokter. Jangan menyerah, aku yakin pasti akan menjadi kebahagiaan terbesar bagimu."
"Aku bilang jangan ikut campur!" teriak Nadira seketika Radit tidak berkutik.
"Hati nuranimu yang akan menuntunmu," kata Radit hendak keluar dari mobil Nadira. Namun dia lupa kalau dia hanya ruh. Saat akan membuka pintu dia terjungkal keluar sampai tersungkur, Nadira yang melihat kejadian itu menahan tawa.
Sekilas Radit melihat tawa Nadira yang tertahan dari spion. Nadira yang ketahuan terlihat gugup dan segera melajukan mobilnya.
Radit percaya jika Nadira akan menangangani pasien tersebut, walau saat ini Nadira dalam kebingungan.
Radit berusaha mencari Zifa namun dia tidak menemukan gadis itu. Radit pergi ke ruangan Zifa.
"Zifa, kamu berada di mana apakah kamu akan pulang ke dalam tubuhmu atau kamu pergi semakin jauh? Ya Allah, setidaknya bantu Nadira, tumbuhkan rasa percaya dirinya. Aamiin. Ah ... aku tidak percaya ternyata menjadi dokter sangat sulit."
Kedua orang tua Zifa masih menanti sang putri siuman. "Sebenarnya apa yang dilakukan dokter itu sampai putri kita tidak bangun Mas," kata ibu Zifa membuat Radit kesal.
"Kamu itu tidak tahu apa, semua kesalahan itu ada kamu! Intropeksi diri dong. Heh! Gemes aku sama orang ini." Radit merasa kesal dengan ibunya Zifa.
"Permisi, Pak, Bu bisa ikut saya sebentar," ajak suster kedua orang tua Zifa mengikuti suster tersebut. Radit yang penasaran mengikuti mereka.
Mereka masuk salah satu ruangan dan ruangan itu adalah milik Nadira. Radit bersembunyi di balik pintu.
"Apa lagi yang akan kamu jelaskan!" Ibu dari Zifa sudah sangat emosi.
"Sabar, kita dengarkan." namun suaminya mulai meredam.
"Silahkan duduk dulu." Pinta Nadira kedua orang tua Zifa setuju.
"Saya mohon maaf. Maaf saya sudah lancang melakukan operasi tanpa persetujuan dari kalian. Tidak ada dokter yang ingin pasiennya dalam keadaan buruk. Saya berusaha dengan maksimal. Tolong hargai saya, dan percaya kepada saya. Saya sudah menjelaskan jika benturan keras yang dialami oleh pasien di kepalanya itu dapat menyebabkan kebutaan. Saya mengambil resiko dengan kerjasama dengan dokter spesialis mata karena apa_" Suara Nadira terpecah.
"Putri kalian masih muda, masa depannya masih panjang. Jika dikehidupannya juga mengalami kebutaan pasti tidak akan mudah menjalaninya, jika sang kuasa memberi umur setelah operasi Zifa bisa bersama kalian lagi. Saya yakin dia akan bisa melihat kembali. Dan satu lagi, saya mohon maaf jika saya lancang. Putri kalian menunggu moment harmonis dalam keluarga."
Mendengar itu kedua orang tua Zifa saling menatap. "Mohon maaf jika saya ikut campur dalam masalah pribadi kalian. Zifa menginginkan kalian berdua aku tanpa berdebat. Mungkin bagi kalian tidak masuk akal, mungkin juga ini hal gila. Ruh Zifa keluar dari raganya, dia akan bersemangat hidup jika kalian berdua tidak akan bertengkar lagi."
"Benarkah itu?" tanya Ibunya Zifa.
"Jika tidak percaya tidak apa. Tapi cobalah, coba kalian berdua terus berbaikan dan memperbaiki masalah kalian."
"Jika benar ruh Zifa ada katakan kepadanya, kami tidak akan bertengkar lagi, kami berjanji," tutur ayah Zifa penuh harap.
"Umur adalah rahasiaNya. Saya berharap Zifa akan segera siuman."
Kreaak
Pintu terbuka seorang suster membuka pintu. "Dokter, pasien Zifa sudah siuman."
Mendengar itu mereka bergegas menemui Zifa. Nadira sampai di pintu, Radit membelakanginya.
"Radit, aku tahu kamu ada di situ. Terima kasih," kata Nadira yang lalu pergi. Radit tersenyum.
Malam yang hampa Radit duduk sendiri di taman, dia menikmati malam berbintang. "Kekayaan hanya titipan, di dunia yang luas ini, banyak manusia dan cerita hidupnya berbeda. Ujian dan cobaan di dunia ini hanya sebentar. Tujuan hidupku seakan sirna. Aku hanya mempertahankan Disya. Jika kemilikanku dipindah tangan dan dipalsukan Rayyan, apa Disya akan tetap menerimaku? Huft ... hamba pasrah akan keadaan hamba."
"Ehem. Huft ..."
Nadira membuat Radit menoleh. "Aku tidak mengganggapmu punya hutang, aku ingin kamu terbebas dari prasangka buruk kedua orang tua Zifa," kata Radit dengan cepat, Nadira duduk.
"Huft ... ya. Terima kasih, aku berani mengambil keputusan."
"Tidak perlu berterima kasih, apa kamu tahu kenapa aku tidak dapat masuk ke jasadku?"
"Aku tidak tahu."
"Menurut medis koma seperti apa?" tanya Radit.
"Seseorang dalam kondisi koma tidak bisa menerima rangsangan apa pun, meskipun rangsangan tersebut terasa menyakitkan. Koma adalah situasi darurat medis yang dialami seseorang ketika dalam keadaan tidak sadar. Ketidaksadaran ini disebabkan menurunkan aktivitas otak yang dipicu oleh beberapa kondisi pada otak. Meskipun dalam keadaan tidak sadar, sebagian pasien yang mengalami koma masih mampu untuk bernapas secara spontan. Peluang sembuh seseorang dari keadaan koma tergantung dari tingkat aktivitas otak. Ketika seseorang sadar dari koma, perlahan pasien baru menyadari kondisi yang sebenarnya dan menerima rangsangan seperti sentuhan maupun rasa sakit."
"Aku pasrah sekarang. Apa masih ada kemungkinan untuk aku hidup?" kata Radit.
"Kami sedang beriktiar."
"Apa keadaan tubuhku akan bertambah parah?"
"Bisa iya bisa tidak. Hal ini dikarenakan seseorang yang mengalami koma mengalami pembengkakan atau perdarahan jaringan otak. Pembengkakan yang terjadi pada otak membuat otak dalam tengkorak menjadi terhimpit dan otak mengalami tekanan yang cukup kuat. Hal ini menyebabkan oksigen yang mengalir menuju otak pun menjadi terhambat. Kekurangan oksigen pada otak membuat kinerja otak terganggu. Menyebabkan otak tidak dapat mengeluarkan cairan maupun zat beracun keluar dari tubuh. Hal ini menyebabkan penggenangan cairan pada otak. Kondisi ini yang membuat seseorang menjadi koma namun masih hidup. Kesembuhan dari seseorang yang mengalami koma adalah bagian otaknya. Ketika otak sudah bisa kembali normal, maka segala fungsi tubuh kembali seperti semula. Ada beberapa yang bisa dilakukan oleh dokter untuk mengembalikan kondisi seseorang yang mengalami koma seperti mencegah pembengkakan pada otak, menyedot cairan, menyuplai oksigen untuk mencukupi kebutuhan tubuh, memperbaiki jaringan yang rusak dan mengobati bagian yang sudah rusak cukup parah."
"Aku tidak faham dunia medis."