Matahari pagi mulai bersinar menembus jendela kamar Fawwaz.
Malam tadi, Fawwaz Hamdan Abbasy tak tidur di tempat tidurnya.
Ia lebih memilih tidur di atas sofa yang biasa dipakai Nurma tidur.
Sebuah buku syair-syair karyanya juga masih berada dalam pelukannya.
Ia membuat syair-syair cinta untuk sang istri dan membacanya hingga ia tertidur.
Perasaan cintanya pada Nurma semakin tak terbendung lagi, ia menyadari selama ini ia hanya takut untuk terluka lagi.
Hal itu menyebabkan dirinya berusaha membendung rasa cinta dan kasih sayangnya pada Nurma.
Padahal tanpa ia sadari, ia mulai jatuh cinta pada Nurma sejak pertama kali ia melihat gadis itu.
Nurma yang cantik jelita, baik hati serta apa adanya, ia telah membuat Fawwaz bertekuk lutut.
Matanya yang indah seperti buah zaitun masak, pipinya yang ranum membuat Fawwaz tak bisa melupakan pesonanya.
Andaikan saja Nurma mengetahui perasaan Fawwwz, mungkin saja ia akan sangat bahagia.