Tuntutan kekerasaan dari Roan teman selingkuhan Guazel. Tidak ada yang tidak mungkin, Zoltan akan menuntaskan masalah ini sampai pria itu tidak bisa berkutik. Siapa suruh mengusik penguasa maka orang itu akan berakhir mengenaskan.
Zoltan benar-benar datang membawa lima pengacaranya. Kelimanya bukan pengacara abal-abal. Pengacara yang selalu sukses menangani kasus berat apalagi ringan. Pengacara nomor satu di kota besar New York city. Mereka kerap muncul di televisi atas kemenangan sidang-sidangnya.
Saat itu Roan tengah memberikan kesaksian. Ia bahkan memperlihatkan luka-luka yang sudah membiru di atas wajahnya.
"Orang ini yang membuat wajah tampan saya hancur. Saya tidak terima! Penjarakan orang ini!" Tunjuk Roan pada Zoltan yang sudah ada di sampingnya.
"Harap anda tenang. Kami tidak bisa mendengar kesaksian dari sebelah pihak." Petugas polisi itu berusaha menangkan. Mereka sangat mengenal keluarga besar Mayers, oleh sebab itu polisi harus berhati-hati dengan tindakannya.
"Kesaksian apanya? Wajah saya bukti! Bukti kekerasan yang dilakukan orang itu! Kantor polisi ini bisa saya adukan karena tidak kompeten. Saya cukup berkuasa untuk menuntut orang ini!" Tunjuk Roan pada Zoltan yang masih belum bergeming.
Seketika petugas itu bangkit. "Saya tahu! Tapi anda tidak bisa menuduh sembarangan. Anda harus memperlihatkan bukti kuat agar kami bisa melihat kekerasan yang di lakukan Mr. Mayers!"
Petugas itu mengisi tempat duduknya lagi setelah meluapkan tekanan yang disebabkan Roan. Zoltan sendiri nampak tenang walau Roan terus mengusiknya.
"Bagaimana dengan anda Sr, apa menerima tuduhan dari Mr. Roan?" tanya petugas yang menangani kasus kekerasan.
"Sebelum saya menerima tuntutan orang itu. Saya akan memberikan penjelasan versi saya!"
"Saya tidak takut. Sudah jelas anda menganiaya saya. Lihat wajah bengkak ini! Apa anda tidak merasa berdosa sedikitpun?" cela Roan, menyeringai kecil, rasa percaya dirinya sangat tinggi.
Zoltan menarik bibir tipisnya ke samping mendengar ocehan itu. Bukan namanya Zoltan bila tidak membuat lelaki sombong ini bertekuk lutut di bawah kakinya.
"Anda terlalu banyak bicara Mr. Roan? Anda hanya mengatakan kesalahan saya, karena membuat anda babak belur. Harga diri anda terluka, lantas bagaimana perbuatan kalian pada saya?"
Zoltan terkekeh tanpa suara menikmati wajah Roan yang hampir memerah. Terus terang Zoltan tidak ingin mengungkapkan aib itu, ia lebih suka membongkar rahasia lain yang di sembunyikan Roan.
Zoltan menggeser tempat duduknya lantas berbisik, di dekat pendengaran Roan, "anda pemakai, dan pengedar, menculik perempuan untuk dijual ke rumah bordil dan membangun judi ilegal. Haruskah saya ungkapkan semuanya?"
Roan terkesiap tak percaya, rahasia besarnya sampai diketahui Zoltan. "Omong kosong! Anda mengancam saya hah?"
Roan bergerak gelisah, tangan dan kakinya gemetar di bawah meja. Keringat dingin bermunculan di atas dahi membentuk buliran kecil. Ia berusaha mencari celah untuk kabur namun gerak dan geriknya terus dipantau Zoltan dan petugas polisi.
"Siapa anda sebenarnya?" Akhirnya Roan curiga mengenai status Zoltan. Ancaman Zoltan berhasil membuatnya takut. Selama ini tidak ada yang tahu tentang bisnis ilegalnya, pemakai narkoba, penjualan perempuan ke rumah bordil, dan menjalankan judi ilegal. Dengan bukti itu mudah sekali menjebloskan Roan ke penjara. Bahkan pengacara tidak akan mampu membelanya.
"Anda akan tahu siapa saya, tapi setelah mendekam di penjara," sambung Zoltan dengan seringainya.
Nasib Roan bisa berubah jika saja tidak menuntut Zoltan. Tapi sayang bisnis ilegalnya akan berakhir karena kecerobohannya. Saat Zoltan ingin memberikan barang bukti berupa diska lepas USB tiba-tiba Guazel datang tergesa tentu saja perhatian mereka tertuju pada wanita cantik itu.
"Hentikan Roan!" Guazel melangkah cepat dengan sorot mata yang mematikan.
Kini Guazel bertatap muka dengan polisi, Roan dan Zoltan. Dan semua orang yang bersangkutan.
"Saya saksi, sekaligus korban orang ini!" Guazel mengarahkan telunjuknya pada Roan. Bukan pada Zoltan.
Roan membeku seketika, saat wanita yang pernah tidur dengannya berbalik menyudutkannya.
"Kenapa kau menunjukku? Guazel! Apa kau sudah gila!" Roan melebarkan matanya tak menyangka Guazel tidak memihaknya.
Zoltan diam menonton sandiwara yang diperankan mantan pacarnya melawan selingkuhannya. Zoltan mengamankan USB tersebut yang awalnya akan diberikan pada polisi. Melihat sandiwara yang menghebohkan di depan mata.
"Hentikan omong kosongmu, Roan! Aku datang untuk memberikan bukti kebusukanmu!" Guazel memberikan rekaman video pada polisi. Tentu saja dalam video tersebut Roan terlihat seperti lelaki brengsek yang berusaha melakukan pelecehan pada Guazel.
Dalam video tersebut memperlihatkan Guazel di paksa melayani Roan. Entah mengapa ada video tersebut. Ide apa yang ada di kepala wanita itu? Bukti ini sudah cukup membuat Zoltan tidak bersalah.
"Mr. Mayers hanya berusaha menyelamatkan saya. Dan si brengsek itu ingin menodai saya! Tolong hukum dia pak!"
Roan berusaha mengelak tuduhan, namun Guazel tidak memberikan kesempatan membela. Hingga akhirnya polisi memutuskan menangkapnya dan Zoltan tidak di kenakan denda apapun. Sebaliknya bukti sudah aman di tangan lima pengacaranya. Zoltan dapat keluar bebas, semua masalah Roan di atasi lima pengacaranya. Kini Zoltan melenggang pergi diikuti Guazel.
"Zo! Tidak kah ada ucapan yang ingin kau sampaikan?" celetuk Guazel meraih pergelangan tangan Zoltan.
"Ucapan seperti apa yang kau inginkan?"balas Zoltan lalu melepaskan tangan Guazel dengan tatapan dingin.
"Bukankah kau bisa lolos berkat pertolonganku? Aku sengaja membuat video itu seolah si brengsek itu melakukan pelecehan. Bukankah aku hebat? Jadi aku ingin ucapan terima kasih darimu." Begitu percaya diri, wanita yang pernah membuat Zoltan sakit hati tidak merasa bersalah atas pengkhianatannya.
Seringai kecil menghiasi bibir tipis Zoltan. Siapa yang salah? Siapa yang membuat semuanya rumit. Perempuan ini tidak tahu diri dan tidak sadar dengan tempatnya.
"Pacar gelapmu akan di penjara seumur hidup. Itu bukan karena video palsu yang kau kirimkan. Tetapi, karena dia memang pantas dihukum karena pelanggaran yang tidak bisa di toleransi lagi." Zoltan sengaja mendekatkan bibirnya di dekat daun telinga Guazel lantas berbisik, "judi ilegal, pemakai obat, dan penjualan perempuan. Aku rasa dia tidak bisa lepas dari hukum."
Guazel kaget setengah mati. Sayangnya Zoltan berlalu pergi sebelum dia melayangkan pertanyaan lagi.
Rupanya Zoltan sudah ada di dalam mobil saat itu lah benda pipih di saku jasnya berdering cukup nyaring.
Panggilan dari Guazel, yang meminta balikan. Perempuan itu tidak tahu malu meminta Zoltan melamarnya lagi. Nasi sudah jadi bubur, bila bubur itu sudah basi maka harus dibuang. Untuk apa memakan bubur yang sudah busuk, pilihan terbaik membeli bubur yang baru.
Zoltan sudah memutuskan akan berkencan dengan Enola, dan ketika hubungan itu berjalan dengan baik maka tidak menutup kemungkinan akan menikahi Enola secepatnya.
~~~
Jose tengah merengek pada Nyonya Herbert perihal keinginannya yang belum terlaksana. Sejak Zoltan bermalam di luar pikiran Jose tidak tenang berharap tidak ada hal buruk yang menimpa kakak kandungnya itu.
"Nek, sudah telepon Kakak? Tanyakan bagaimana lamarannya? Apa sukses?"
Nyonya Herbert menggeleng melihat antusias cucunya bila menyangkut sang kakak.
"Sudah Nenek bilang, Kakak-mu akan pulang cepat sore ini. Tanyakan langsung padanya hem."
"Kenapa tidak sekalian saja tadi ditanyakan! Kasian gadisku menunggu lama?" jose cemberut, sikapnya benar-benar seperti bocah. Bagaimana dia akan menikah jika sikapnya saja seperti itu.
"Jose ... Nenek mau bertanya. Apa kau pernah membawa calon istrimu ke rumah untuk diperkenalkan pada Nenek?"
Jose menggeleng cepat. "Belum pernah Nek. Tapi Jose berjanji akan memperkenalkan pada Nenek dan Kakak. Sebaiknya Nenek bersiap dengan jamuannya."
Jose senyum-senyum membayangkan kedatangan wanitanya. Lantas seperti apa perempuan yang sudah membuat Jose Mayers tergila-gila.
~~~
Seharian ini Enola rebahan di kamar. Seluruh tubuhnya merasakan sakit, apalagi si manis intimnya masih ngilu di bawa bergerak. Kini ia menatap Black Card pemberian Zoltan.
"Haruskah aku ke dokter? Seluruh tubuhku sakit semua. Tetapi ... Mana ada orang habis malam pertama ke dokter? Bagaimana jika dokter itu menanyakan status-ku?"
Rumitnya Enola memikirkan semua itu, kelojotan tak karuan di atas ranjang. Sampai dering pemanggil mengalihkan perhatiannya. Tanpa melihat pemilik nomor asing di layar ponselnya. Dia menerima panggilan tersebut.
"Halo," sapa Enola pertama.
"Quinn bagaimana kabarmu?"
Pupil Enola membesar suara tegas khas lelaki membuatnya tersadar bahwa pemanggil itu adalah lelaki yang sudah mengambil kesuciannya. Pangeran lesung Pipit yang sudah mengoyak seluruh tubuhnya hingga ngilu semua. Karena Zoltan, Enola bolos sekolah beberapa hari
Enola belum siap bicara dengan Zoltan. Dia memilih menutup panggilan itu secara sepihak.