Chereads / My Date'S Sister In-Law / Chapter 12 - Harus tepat waktu, sebelum dia datang.

Chapter 12 - Harus tepat waktu, sebelum dia datang.

"Kau sendirian? Lalu di mana Jose?" tanya Zoltan. Merasa aneh adik kesayangannya itu tidak ada di tempat di saat sang kekasih membutuhkan.

"Um ... Anu, Jose menerima telepon di luar," balas Enola sedikit ambigu.

Enola merengut melihat pancake dan alatnya gosong. "Bagaimana ini? Semua gosong, Jose pasti memarahiku."

Zoltan yang masih berdiri di samping Enola terdiam. Menatap gadis delapan belas tahun itu tengah kebingungan.

"Begini saja, biar aku bantu membuatnya lagi."

"Tapi aku pasti merepotkan kakak ...," ucap Enola mengambang, menggigit bibirnya karena pikirnya salah.

"Jangan sungkan, anggap saja aku kakakmu," balas Zoltan tersenyum manis memperlihatkan lesung pipi yang dalam.

Enola nyengir. Dalam hati merasa lucu sebab di saat jadi Quinn Shada harus memanggil nama Zoltan bukan sebutan kakak. Anehnya Enola lebih nyaman memanggil nama saja. Entahlah mungkin terbiasa dengan karakter dewasa.

Akhirnya Zoltan mengajari Enola membuat pancake. Interaksi keduanya tidak ada masalah, sebaliknya Enola merasakan yang tidak pernah ia rasakan. Perhatian, dan kehangatan pria lesung pipi itu membuat jantung Enola bergetar.

Diam-diam Enola selalu mencuri pandang saat Zoltan fokus membuat pancake.

"Sekarang sudah mengerti? Setelah adonan di tuang ke teflon, jangan dulu dibalik. Biarkan sampai adonan matang dan memiliki lubang kecil. Kemudian bisa dibalik tetapi jangan terlalu lama mendiamkannya. Angkat dan sajikan di atas piring. Setelah semua matang, bisa taburkan krim vanilla atau madu sesuai selera. Bagaimana mudah bukan?" jelas Zoltan sembari praktek agar Enola dapat mengerti.

"Terima kasih, sekarang aku mengerti." Enola tersenyum lebar, melihat pancake kesukaannya sudah siap. Untung saja ada Zoltan sehingga pekerjaan Enola membuat pancake berhasil dan cepat.

Selagi Enola fokus pada pancake buatannya, Zoltan sering melirik benda pipihnya yang memang tergelatak di atas meja. Mungkinkah Zoltan menunggu pesan atau panggilan dari Quinn? Tapi perempuan yang ia pikirkan ada bersamanya saat ini.

Penampilan cupu Enola berhasil membuat Zoltan tidak mengenalinya. Tetapi jika Enola melepas kacamatanya mungkin saja Zoltan dapat mengingat wajah itu.

"Oh, Kakak! Kenapa di sini?" Tiba-tiba Jose muncul entah darimana. Terheran sebab Zoltan bersama pacarnya.

"Hei, kau lama sekali? Lihat! Kakak dan Enola sudah membuat pancakenya. Kau harus memberikan hadiah pada pacarmu."

"Woah, benar sekali. Jadi semua buatan Enola?" Jose tak berkedip melihat pancake yang katanya buatan gadisnya.

Beberapa saat kemudian setelah Jose membagi pancake jadi empat piring. Jose dan Enola saling berhadapan dengan Zoltan juga Guazel. Mereka menikmati pancake dan minuman. Bedanya hanya Zoltan dan Guazel menikmati anggur merah. Zoltan juga terpaksa membuka koleksi anggur mahalnya karena Guazel terus berisik.

Dua milk tea hampir tersisa setengahnya. Enola dan juga Jose sangat menikmati milk teanya. Mereka tidak mabuk jika menghabiskan satu gelas milk tea, sebaliknya Guazel mabuk setelah menghabiskan satu botol anggur.

"Kalian cepat lah lulus dan menikah. Aku dan Zoltan akan menikah secepatnya! Kami sudah merencanakan bayi mungil." Guazel tiba-tiba saja berteriak. Pengaruh alkohol membuat dia bicara omong kosong padahal Zoltan sudah wanti-wanti sebelumnya.

"Kau mabuk Guazel. Sebaiknya kau tidur." Zoltan meraih tangan perempuan itu menaikan sebelah tangannya di atas bahu namun tingkah Guazel tidak terduga.

Guazel mendorong tengkuk Zoltan hingga bibir mereka melekat bagai dilem. Perbuatan Guazel telah mengakibatkan kilat dan petir yang menghantam perasaan Enola seketika itu. Bagaimana tidak kecewa menyaksikan aksi sentuhan bibir itu. Jose tentu saja senang pikirnya keadaan itu terlihat romantis.

"Apa kau gila hah!" Zoltan memekik dengan wajahnya merah padam menahan malu sebab sikap mantan pacar.

"Maaf sayang ... Bibirmu sangat manis sekali. Sudah lama kita tidak melakukan sentuhan. Aku merindukan kamu."

"Kau mabuk Guazel. Ikut aku sekarang juga! Jangan coba-coba berbuat gila lagi jika tidak ingin aku lempar ke luar rumah!"

Guazel berhasil diam, setelah mendapatkan ancaman sengit dari Zoltan. Mendadak perempuan itu patuh. Kali ini Zoltan berhasil memapah Guazel sampai kamar tamu.

Zoltan langsung melempar tubuh perempuan itu ke atas king size. Tidak membutuhkan lama perempuan itu terlelap. Saat itulah zoltan berhasil meninggalkannya.

Zoltan kembali ketempat semula. Lelaki berparas menawan itu nampak tenang setelah Guazel diamankan. Tangan besarnya mengotak-ngatik benda pipihnya. Zoltan tidak dapat melupakan janji dengan Quinn Shada

Enola terlonjak kaget handphone-nya berbunyi , layar handphone memperlihatkan nama kontak si penelpon. Nama pemanggil itu ternyata Zoltan. Tentu saja panggilan itu langsung direject.

"Kenapa dimatikan?" Zoltan kebingungan sendiri teleponnya di tolak. Bukan Zoltan namanya bila cepat menyerah.

Zoltan kembali menelpon, dan kali ini Enola bergegas minta ijin ke kamar kecil, tentu saja itu hanya alasan semata.

Enola langsung ngacir setelah mendapat ijin dari Jose. Merasa nyaman di kamar kecil barulah menerima panggilan tersebut. Enola menetralkan pita suaranya agar Zoltan tidak berpikir yang macam-macam.

"Halo Zo, ada apa?" Dengan napas tersenggal Enola bicara lewat telepon.

"Kenapa panggilanku tadi direject? Kau baik-baik saja bukan?" Nampaknya Zoltan lebih mencemaskan keadaan Enola daripada curiga tentang hal lain.

"Tentu saja aku baik, maaf tadi ada panggilan lain dari orang tua," jelas Enola bohong. Berbohong demi kebaikan bersama.

"Syukurlah, bila baik-baik saja. Oh! Sekarang kau ada di mana? Jika sudah siap aku akan menjemputmu."

Enola yang berada di kamar kecil jelas saja gelisah. Bagaimana tidak, Zoltan akan menjemputnya sedangkan dia masih terjebak di kamar kecil.

"Aku sedang merapihkan penampilan. Aku tunggu di depan gerbang rumah," jelas Enola sambil menutup bibirnya.

"Baiklah, aku mengerti. Enola, sebelumnya terima kasih karena ingin menemuiku lagi setelah perlakuan aku malam itu. Saat kita bertemu aku ingin mengatakan sesuatu serius kali ini." Tak henti lelaki berwajah rupawan itu memancarkan sinar kebahagiaan.

"Baiklah sampai ketemu tiga puluh menit lagi."

Enola orang pertama yang mengakhiri obrolan sebab terdesak oleh waktu yang mengharuskannya pergi segera.

Sebelum Enola muncul dari kamar kecil, Zoltan lebih dulu pergi. Dan meminta pada sang adik untuk mengawasi Guazel. Saat Enola kembali pada Jose, Zoltan sudah tidak ada di tempat.

"Jos sepertinya sekarang aku harus pulang. Lain kali kita bertemu. Terima kasih pancake-nya sangat enak, aku pamit."

"Tunggu En! Biar aku antar kamu ya?" Jose menawarkan diri ingin mengantar Enola sampai rumah.

"Tidak usah Jos. Aku bisa naik taxi ko. Sudah ya aku gak banyak waktu lagi."

Pada akhirnya Enola pergi tanpa menerima ajakan Jose. Enola sangat cepat sampai Jose tidak bisa mengejarnya. Gadis itu melesat bagai wonder woman. Menyetop taxi yang kebetulan melintas.

Sementara itu Zoltan sedang dalam perjalanan. Sayangnya jalanan malam di new York city sangat ramai. Sekumpulan manusia berjalan membuat kemacetan lalu lintas. Zoltan harus bersabar menunggu jalanan leng-lang.

Keadaan taxi yang ditumpangi Enola tidak berbeda jauh dengan Zoltan. Taxi itu berhenti sebelum jalan setengahnya.

"Pak, saya turun di sini saja!" Enola merogoh dolar amerika, lalu memberikan pada si supir taxi.

Keadaan jalan sungguh tidak memungkinkan hingga mengharuskan Enola lari maraton agar sampai ke tempat yang dimaksud.

Dalam pelariannya tak henti melirik arloji yang melingkar di sebelah pergelangan tangan kirinya.

"Semoga Zoltan belum sampai."

Hampir dua puluh menitan Enola lari hingga akhirnya sampai di tempat tujuan. Mencari toilet perempuan disekitar untuk merubah penampilan. Untung saja ia sigap membawa pakaian ganti dan beberapa alat perangnya seperti 'make-up'

Dalam hitungan sepuluh menit Enola ke luar. Penampilannya sudah berubah jadi perempuan dewasa yang cantik dan seksi. Mini dress merah menyala dan riasan yang memiliki aura kuat membuat penampilan gadis delapan belas tahun itu terlihat berbeda dari sebelumnya.

Yupz Enola tepat waktu sebelum Zoltan datang dia sudah mejeng di depan gerbang tinggi. Sebuah rumah mewah bahkan Enola tidak tahu pemilik rumah tersebut. Dia asal memilih rumah palsunya.

Sebelum gadis muda itu mengatur napas mobil yang dibawa Zoltan menepi tepat di depannya. Tentu saja Enola kaget sebab Zoltan datang setelah dia tiba dua detik kemudian.