Lagi-lagi, basecamp yang berada di bawah kepemimpinan Zeno, harus menerima manusia setengah dewa. Anggota yang terluka kemarin, segera mengobati tubuh mereka masing-masing. Tidak perlu cemas, karena tubuh mereka bisa mengatur menna menjadi obat.
Zeno menatap Cia yang sedang tertidur. Dia rasa, rasa benci ini harus segera dicurahkan. Tidak bisa lagi dipendam begitu lama, akan menjadi bumerang bagi perasaan Zeno sendiri. Lalu, lelaki itu bergerak menaiki ranjang dan ikut berbaring di sisi istrinya. Mereka berhadapan.
Netra Zeno menatap wajah sang istri yang begitu indah. Dia ingatkan kepada diri sendiri, betapa baik sang takdir memberinya mate seorang dewi. Akan tetapi, apakah permasalahan kemarin juga bagian dari takdir itu? Mengingat bagaimana Cia menggila di atas tubuh Vasilio itu sangat menyesakkan.
"Kenapa?" tanya Cia dengan suara setengah berbisik. Wanita itu mendekatkan tubuhnya pada tubuh Zeno dan menenggelamkan diri di sana. "Apa yang kaupikirkan, Zen?"