Chereads / Miss Gentleman / Chapter 3 - Berubah

Chapter 3 - Berubah

"Nyi Ayu, makanlah! Sejak kemarin Nyi Ayu belum makan." Pinta Dayang Sarti.

Nyi Ayu tak bergeming, seperti pura-pura tak mendengar permintaan dayangnya, matanya menatap kosong sebuah taman yang terlihat dari balik jendela kamarnya.

Sudah 2 hari, Nyi Ayu melakukan mogok makan, berharap ayahandanya merubah keputusannya.

"Nyi Ayu, keputusan Paduka Raja sudah benar. Nyi Ayu harus menikah, agar bisa menambah kekuatan kerajaan!" Dayang Ratih bersuara, memberi penjelasan pada Nyi Ayu.

"Jadi. Kalian berdua, mendukung keputusan Ayahanda?" tanya Nyi Ayu lirih, dia masih duduk bersandar menghadap jendela, kedua dayang itu terdiam tak bersuara.

"Bagaimana, aku harus menikah dengan lelaki yang tidak aku cintai?" ucapnya lagi dengan suara lemas.

"Nyi Ayu, belum bertemu dengannya. Jika sudah bertemu dengannya, saya yakin Nyi Ayu akan jatuh cinta padanya." Ucap Dayang Ratih meyakinkan.

"Saya mendengar berita. Pangeran itu sangat tampan dan gagah, dan banyak gadis di kerajaannya tergila-gila padanya." Dayang Sarti meyakinkan, dengan nada penuh semangat.

"Aku, tidak mencari lelaki tampan dan gagah." Sanggah Nyi Ayu, lalu kembali menatap taman di luar jendela.

Tok..tok..tok... Pintu kamar Nyi Ayu ada yang mengetuk, Dayang Ratih menghampiri pintu dan membukanya, terlihat Nyai Ratu yang datang, "Nyi Ayu masih belum mau makan?"

"Nggeh Nyai Ratu, badan Nyi Ayu sekarang terlihat lemas." Jelas Dayang Ratih.

Nyai Ratu menghampiri Nyi Ayu yang masih termenung, Nyi Ayu hanya melirik sinis pada ibundanya dan kembali menatap keluar jendela.

"Berhentilah merajuk! Aku dan Ayahandamu, sudah menetapkan hari dan tanggal pernikahanmu. Kamu ini Putri Raja, tidak bisa seenaknya, mengambil keputusan tanpa persetujuan para Adipati dan rakyatnya!" tegas Nyai Ratu dengan suara cukup keras.

Kemudian Nyai Ratu berbalik meninggalkan kamar Nyi Ayu. Nyi Ayu, hanya memandangi punggung ibundanya, sampai keluar pintu dan pintu kamarnya kembali tertutup. Butiran bening terlihat memaksa keluar di kedua sudut matanya.

Esok harinya Dayang Sarti terlihat sedang berlari di dalam istana, mencari-cari Paduka raja dan Nyai Ratu diseluruh istana, lalu berlari ke samping istana, terlihat yang dicarinya sedang berbincang di pendopo istana.

"Padukaa...ketiwasan Paduka, ketiwasan!" teriaknya terdengar panik.

Dayang Sarti, berhenti sekitar satu meter jaraknya dari Raja dan Ratu itu duduk, Paduka Raja dan Nyai Ratu sedang meminum teh di pendopo itu.

"Ada apa Dayang Sarti? Kenapa kamu terburu-buru dan berteriak?" tanya Nyai Ratu pada Dayang Sarti.

Dayang Sarti lalu menunjuk-nujuk area istana dalam, mulutnya terasa susah berucap, nafasnya masih terengah-engah karena berlari tadi.

"Tenanglah, Dayang Sarti! Aturlah dahulu nafasmu dan coba jelaskan!" ucap sang Raja memberi perintah.

Dayang Sarti mengatur nafasnya, menarik nafas dan menghembuskanya. "Nyi Ayu paduka, Nyi Ayu bunuh diri."

"APAAA...?" Nyai Ratu berteriak kaget.

Cangkir emas yang digenggamnya terjatuh, karena kaget mendengar ucapan Dayang Sarti, lalu berlari menuju istana dalam, diikuti paduka Raja. Saat Paduka Raja dan Nyai Ratu sampai di kamar Nyi Ayu, tubuh Nyi Ayu sudah berada di ranjang kamarnya, tak sadarkan diri dengan baju basah kuyup.

"Bagaimana bisa begini?" tanya Nyai Ratu, air matanya mengalir melihat tubuh putrinya tak berdaya.

"Panggil Tabib kerajaan!" teriaknya lagi memberi perintah.

Dayang Sarti yang mendengar perintah Nyai Ratu, berlari keluar mencari Tabib kerajaan.

"Ngapunten Paduka. Nyi Ayu berkata ingin mandi di kolam, lalu meminta kami memetikan bunga segar untuk taburan kolamnya. Setelah, saya dan Sarti kembali membawa bunganya, Nyi Ayu sudah mengapung di atas kolam." Ucap Dayang Ratih yang merasa bersalah.

"Tutup semua istana! Jangan sampai ada berita keluar istana, tentang Nyi Ayu dan panggil semua Adipati untuk membicarakan ini!" perintah Paduka Raja dengan suara keras.

Lalu beberapa penjaga, yang di luar kamar Nyi Ayu berlari mengikuti perintah Paduka Raja.

Kemudian Dayang Sarti datang dengan seorang Tabib. Tabib itu dipersilahkan masuk dan memeriksa Nyi Ayu. Lalu mengeluarkan alat-alat pengobatannya dan memeriksa Nyi Ayu.

"Bersyukur pada Dewa, Paduka! Nyi Ayu masih selamat, hanya tak sadarkan diri saja. Saya akan menyiapkan obat, agar Nyi Ayu segera Siuman." Jelas si Tabib, membuat suasana yang tadinya tegang berubah menjadi tenang.

**

Nyi Ayu, masih enggan membuka matanya, tapi suasana di luar, terdengar sangat berisik sekali tak seperti biasanya, biasanya kamarnya selalu tenang, dia mengubah posisi tidurnya meringkuk kesamping, memeluk bantal, tetapi dia merasakan ada yang salah di tubuhnya, saat memeluk bantal tadi. Dia merasa antara bantal dan dadanya berbeda, dia meraba dadanya, kenapa dadanya terasa rata?

Lalu dia membuka matanya dan terlihat warna sarung bantal. Kenapa kain sarung bantalnya terasa kasar? Siapa yang menggantinya? Dia mencoba memeriksa sarung bantalnya dengan tangannya. Nyi Ayu, terkaget melihat ukuran tangannya. Kenapa tangannya jadi berubah besar? Jari-jarinya pun tidak lentik? Dan bulu tangannya lebat.

Lalu Nyi Ayu beranjak duduk, menyingkirkan selimut di tubuhnya dan matanya langsung tertuju pada ukuran serta bentuk kakinya. Kenapa kakinya seperti kaki seorang lelaki? Dan melihat sekeliling tempat tidurnya.

"Di mana ini?" tanyanya pada diri sendiri.

Kamarnya terasa aneh baginya. Nyi Ayu teringat, kalau dia sudah bunuh diri dengan menenggelamkan tubuhnya di dalam kolam, mungkin ini rumah tabib? Dan tubuhnya berubah, karena terlalu lama terendam air kolam, jadinya tubuhnya mengembang? Nyi Ayu kembali melihat-lihat sekelilingnya, tiba-tiba terasa ada dorongan di bawah perutnya dan tak bisa ditahannya, rasa ingin buang air kecil.

Nyi Ayu turun dari kasurnya. Saat bangkit berdiri, dia makin heran dengan pakaian yang dikenakannya, terlihat aneh sekali di matanya. Kaos oblong dan celana boxer pendek, tapi hasrat ingin buang air kecilnya sudah terlalu tinggi.

Nyi Ayu mendorong sebuah pintu di sana, langsung terbuka dan keluar dari ruangan yang menurutnya sangat aneh. Lalu ada pintu lain lagi di depannya, tanpa melihat sekelilingnya lagi, langsung membuka pintu itu. Untungnya, itu kamar mandi.

Ruangan itu kecil ada sebuah penampung air seperti di kamar mandinya, tapi gayungnya terlihat berbeda, kemudian Nyi Ayu membuka celananya dan berjongkok untuk melepaskan hajat kecilnya.

"AAAaaaaa....." Teriakannya seketika menggema.

"Kenapa ada di sini?" tanyanya sendiri, dengan nada heran.

Bagian inti pembuangan air kecilnya, berubah menjadi panjang dan keluar air seni dari saluran panjang yang menempel di tubuhnya.

Dia tahu benda itu, tapi kenapa ada di tubuhnya? Dia kan seorang perempuan.

Cepat-cepat dibilas dan ditutupnya, dinaikan celana yang nampak aneh untuknya, lalu menengok ke samping kanan, di kanan ada cermin yang menggantung di dinding.

"Aaaaaa..." Nyi Ayu berteriak lagi.

Dia nampak kaget saat menatap cermin, wajahnya berubah menjadi seorang laki-laki, dia melihat lagi setiap sudut kamar mandi itu, banyak sekali benda-benda aneh yang belum pernah dilihatnya.

Nyi Ayu, memberanikan diri melihat ke cermin lagi, memastikan apa yang dilihatnya tadi. Ternyata sama, wajah seorang laki-laki di dalam cermin itu, lalu meraba cermin itu dan memeriksa lagi. Nyi Ayu, mengintip ke dalam celananya, kemudian mengintip balik bajunya untuk melihat isi dadanya.

"Tidak ada?" Nyi Ayu bertanya sendiri, dan kembali tersadar suaranya juga berubah.

Nyi Ayu mengecek kembali vita suaranya, "Aaa...aaa.aaa..aa."

Apa yang terjadi? Dia tidak mengerti, "Apakah aku sedang disihir, karena tidak mau menikah?"

Air matanya memaksa keluar, "Hikss...hikss..hikss..."

Nyi Ayu yang sudah berubah menjadi laki-laki, menangis kencang.

Klekk.. terdengar seperti seseorang membuka pintu dari luar, Nyi Ayu yang meringkuk dan tengah menangis langsung kaget.