Nyi Ayu tak bisa menggambarkan rasa ikan asin dan nasi putih saat menyentuh lidah Ali. Ada rasa luar biasa yang ia rasakan, 'ternyata nikmat sekali rasanya,' guman Nyi Ayu dalam hati seraya menikmati perpaduan ikan asin dan nasi hangat, tanpa ragu ia mengepal lagi nasi di piring yang menurutnya buruk, mencubit ikan asinnya, dan malahap lagi. Saat suapan terakhir ia baru menyadari kalau ia masih berada di dalam tubuh Ali, dan keluarga Ali memperhatikannya sejak suapan pertamanya yang ragu-ragu. Ali memaksakan mengulum senyum malu-malu, sesaat ia melupakan jiwa seorang putri raja yang anggun, "hehehe.." gumannya malu-malu.
"Nambah Li, masih banyak nasinya. Nanti Emak gorengin lagi ikan asinnya." Ujar Iin tanpa sungkan.
Mata Ali terlihat berbinar-binar, "benarkah?" ujarnya bahagia.
Iin langsung beranjak ke dapur untuk menggoreng ikan asin lain. Iin merasakan ada rasa bahagia saat melihat ekspresi Ali yang menikmati ikan asin, hingga ia terlihat sangat bersemangat, selama ini Ali selalu mengeluh jika lauk makannya ikan asin.
Dengan girang Iin membawa sepiring ikan asin yang sudah selesai di goreng, Nyi Ayu yang masih berada di tubuh Ali, sudah tak sabar menambah ikan asinnya, tubuhnya terasa bersemangat. Sudah hampir 3 piring nasi lenyap dari piring Ali.
"Beh, itu beneran putri raja?" bisik Adel mendekat pada telinga Sarji, "hushh.." sanggah Sarji pada Adel, ia takut suara bisikan Adel terdengar oleh Ali. Wajah Sarji pun ikut senang melihat Ali makan dengan lahap.
"Ahhhh..kenyang sekali. Perutku rasanya mau pecah," guman Ali saat menyuap kepalan nasi terakhirnya.
Kemudian Ali menatap ke depan dan berkeliling melihat keluarga Ali, ia baru menyadari kalau mereka ternyata memperhatikannya, wajah Ali terlihat memerah karena malu, "hehehe.. terima kasih makannya," ujar Ali malu-malu, hatinya kemudian menggerutu malu, 'dasar bodoh kamu Nyi Ayu, kamu pasti terlihat rakus.'
Ali terus memaksakan senyumannya, dan mereka juga memaksa tersenyum agar Ali tak terlalu malu, seketika suasana di meja makan menjadi canggung, "kalau Lu laper, jangan sungkan bilang sama Emak yah! Emak pasti gorengin ikan asin yang baru," ucap Iin agar Ali tak terlalu merasa malu.
Ali masih memaksakan senyumannya, kemudian mengangguk, "terima kasih, Emak." Ucapnya ragu-ragu.
Nyi Ayu harus membiasakan diri dengan memanggil Emak dan Babeh pada kedua orang tua Ali, dalam senyuman canggung seluruh keluarga Ali, terlihat rona bahagia di wajah mereka.
"Beh, sekarang Bang Ali harus ngapain?" ucap Aji memecahkan suasana canggung di ruang makan.
Mereka semua sontak menatap pada Aji dengan tatapan bingung, Aji menyadari kalau tatapan keluarganya kebingungan, "begini," ucap Aji sambil memajukan kursinya dan mendekatkan tubuhnya ke depan, agar mereka semua dapat mendengar penjelasan Aji.
"Kan di dalam tubuh Bang Ali adalah Nyi Ayu. Jika hanya melihat tubuh Bang Ali, gak ada yang tahu kan? Semua orang pasti tahunya itu bang Ali bukan Nyi Ayu," jelas Aji sembari menatap seluruh keluarganya, tetapi mereka terlihat belum bisa mencerna penjelasan Aji, "maksudnya apa, ji? Yang jelas dong kalau ngomong!" bentak Iin bingung.
Aji mendengkus kesal karena bentakan Iin, sementara wajah Ali sepertinya mulai bisa mengerti penjelasan Aji, "Emak, Nyi Ayu itu putri raja, dan gak tahu benda-benda di jaman sekarang. Sama tv aja Nyi Ayu bingung." Jelas Aji lagi yang mengingat kejadian sewaktu Ali menunjuk tv yang menyala.
"Benar, aku benar-benar bingung. Bahkan dengan pakaian yang kukenakan sekarang ini, aku merasa aneh." Guman Ali sedih, ia merasa hanya dirinya yang berpikiran semua yang dialaminya sekarang aneh.
"Tuh Mak, itu maksudku," sambar Aji yang merasa terbantu dengan penjelasan Ali, "iya Mak, logat bicara Bang Ali aja berbeda." Sambung Adel yang merasakan perbedaan pada Ali.
Ali memanyunkan bibirnya karena merasa sedih. Mereka menatap wajah Ali bingung.
"Untung aja, hari ini minggu Mak. Besok Bang Ali ada kuliah pagi, gimana kalau ketemu temen-temennya di kampus?" ujar Aji membayangkan suasana kampus.
"Kampus apa?" tanya Ali bingung sambil memajukan kepalanya dan menatap satu persatu anggota keluarga Ali. Mereka terlihat berpikir.
"Gampang, kita ajarkan pelan-pelan seluruh benda di rumah ini, dan seluruh kegiatan Ali!" ucap Sarji bersemangat, matanya berbinar-binar.
"Tapi, Ali jangan sampai keluar rumah dulu!" tambah Iin, Ali menatap Iin bingung, "di luar sana banyak benda-benda yang gak ada di dunia Lu." Tambah Iin agar Ali tak kebingungan.
"Kita langsung jelaskan aja!" ujar Iin bersemangat, seperti seorang guru yang menyambut murid baru, "Ali, gak apa-apa yah, kita panggil Lu Ali?" tanya Iin sebelum mulai penjelasannya.
"Akan aku biasakan." Jawab Ali sambil tersenyum, ia mengerti tujuan keluarga Ali.
Sebelum Nyi ayu mengunakan tubuh Ali, ia juga harus memahami keberadaan Ali agar ia tak merubah kehidupan Ali. Nyi Ayu juga harus bisa menjaga tubuh Ali, kehidupan Ali dan juga keluarga Ali yang menjadi tempat jiwanya bersemayam. Nyi Ayu menatap satu persatu wajah keluarga Ali melalui mata Ali, terlihat jelas wajah bahagia mereka, kekompakan keluarga Ali sangat ia kagumi. Keluarga Ali tak seperti keluarganya, walaupun berwawasan dan berkuasa tetapi ayahanda dan ibundanya jarang sekali bercanda dan berkumpul seperti ini. Untuk makan bersama saja jarang sekali, keluarga kerajaannya akan makan bersama jika ada acara kerajaan saja.
"Li, Ali! Malah bengong," teriak Iin menyadarkan lamunan Ali, Ali pun tersadar dari lamunanya, "maafkan saya." Jawab Ali sambil tersenyum ramah.
"Nih, dari semua benda di atas meja makan ini, apa yang belum pernah kamu temui?" tanya Iin bersemangat sembari menujuk isi meja.
Ali terlihat berpikir, lalu ia menyebutkan satu persatu benda-benda yang ada di atas meja makan, dari piring, sangku nasi, gelas, sendok, garpu, mangkuk tempat cuci tangan, bahkan isi lauk dan sayuran yang sisa sedikit masih diketahui Nyi Ayu. Mereka terlihat girang saat Nyi Ayu yang berada di tubuh Ali menyebutkan semuanya dengan benar, mereka bertepuk tangan mengapresiasi usaha Ali.
Aji menarik tangan Ali menuju ruang tengah, tempat mereka menonton tv, "sini Bang, ikut gua!" ajak Aji bersemangat dan menujuk tv, "itu namanya televisi atau disingkat tv, panggil aja tv lah!" jelas Aji bersemangat.
Nyi Ayu memang paling penasaran dengan tv. Aji lalu menyalakan tv tersebut menggunakan remot.
"Waaaawww..." Ali terkejut saat layar tv tersebut menyala, ia bahkan hampir terjengkang ke belakang.
Aji terlihat menahan tawanya, "Bang, Lu bisa melihat apa saja di tv. Lu mau nonton berita, film, video, dengerin musik, pokoknya ada semua di tv," jelas Aji bersemangat, "nih, Bang Ali bisa ganti-ganti saluran tv pakai remot!" tunjuk Aji pada remote di tangannya.
Ali menatap takjub pada benda pipih berukuran 32" tersebut. Tiba-tiba mata Ali membulat penuh saat layar tv tersebut menampilkan iklan shampo rambut. Adegan dari air memancur membasahi rambut seorang perempuan, tergambar jelas si perempuan merasakan aliran airnya yang membasahi dari atas kepalanya dengan gaya sexy, lalu berpindah pada si perempuan meremas rambutnya dengan busa shampo dengan gerakan eksotis, adegan tersebut disalah artikan oleh Nyi Ayu yang berada di dalam tubuh Ali.
Dalam benak Nyi Ali, perempuan tersebut sedang beradegan tidak senonoh karena menunjukan aktivitas memakai shampo, wajah Ali memerah emosi dan kesal, "dasar perempuan tak senonoh," pekik Ali penuh emosi.
Secepat kilat tangannya merebut remot di tangan Aji, dan melesatkan remot tersebut pada layar datar yang sedang menampilkan iklan shampo, brakkkkk...