"Sayang.." ujar Jatmiko kepadaku di mobil setelah pulang dari makan bersama.
"Iya Suamiku." jawabku.
"Sepertinya setelah mengantar kamu pulang, aku harus pergi ke Aceh" ujarnya.
"Lho.. Kenapa tiba- tiba begitu suamiku? Ada apa?" tanyaku kaget dan campur bingung mendengar rencana tiba- tiba pak Jatmiko hendak pergi ke Aceh.
"Buruh pabrik di Aceh demo sayang.. Mereka menuntut agar bertemu saya untuk menyampaikan beberapa aspirasinya.. Kalau ga mereka mengancam tidak mau bekerja" Jatmiko menjelaskan alasannya mengapa harus pergi ke aceh tiba- tiba begitu.
"Kenapa ga minta direksi saja yang urus si suamiku?" tanyaku sekaligus memberi saran.
"Demo ini sebenarnya sudah berlangsung seminggu, tapi direksi menutup- nutupi kejadian yang sebenarnya bahkan sampai membayar media setempat agar tidak di 'blow up' berita kekacauan disana yang barusan saat makan siang, saya mendapat laporan via telepon kalau sampai sudah terjadi 5 korban nyawa buruh dan pihak keamanan karena baku hantam dan suasana yang tidak kondusif antara pihak keamanan pabrik dan buruh tadi pagi. Padahal saya sebagai pemilik perusahaan mendapat kabar terakhir dari pihak direksi, mereka ngakunya bahwa demo sudah berhasil mereka tangani 2 hari lalu dan keadaan sudah sangat stabil." ujar Jatmiko menjelaskan panjang dan lebar alasan ia harus kesana.
"Hah.. Ya ampun kok separah itu. Apa aku ikut saja menemanimu suamiku? tanyaku menawarkan diri.
"Jangan.. Aku tidak ingin kamu kenapa- kenapa. Lagipula aku kesana dengan tim lengkap pengawalan pribadiku dan juga ditambah Kapolres beserta pasukannya. Jadi lebih baik kamu tinggal dirumah saja" ujarnya melarangku.
"Baiklah.. Tapi kabari aku selalu selama kamu disana ya, jangan bikin aku kwatir" pintaku pada suamiku.
"Pasti.. Aku akan selalu mengabari. Tenang saja" ujarnya menenangkanku yang sangat jelas menunjukan kekuatiranku di wajahku.
"Kira- kira berapa lama kamu akan disana?" tanyaku pada suamiku.
"Paling lama besok pagi aku sudah sampai, lagipula aku kan sudah janji besok kita akan pergi honeymoon ke Bali" ujarnya menjawab sekaligus mengingatkan rencana kami besok untuk pergi berbulan madu.
"Ok sayangku, aku akan tinggal dirumah, menunggu dan mendoakan agar semua masalah kamu segera bisa selesai dan kamu bisa pulang ke rumah dengan aman." jawabku sembari mengelus2 tangan kirinya nya, yang berada diatas paha kananku, menggunakan kedua tanganku dengan maksud menenangkannya yang walau berusaha terlihat tenang dan tegar terlihat sedikit kekwatiran dan kerisauan dibola matanya.
"Terimakasih sayangku, aku memang tepat memilihmu menjadi pasangan hidupku" ujarnya memujiku.
Tak terasa kami sudah sampai dikediaman baruku untuk pertama kali, rumah megah dengan luas tanah hingga 1.5 hektar dikelilingi pagar kokoh dari beton setinggi 3 meter, dan pos penjagaan 4 sisi sudut dan 4 titik tengah dari masing- masing sisi rumah, total 8 pos penjagaan dengan masing- masing pos berisi 4 sampai 5 petugas keamanan.
Didalam tembok itu berdiri dengan megah rumah bergaya eropa 3 tingkat keatas dan satu ruang bawah tanah dengan luas bangunan menempati tanah sekitar 30x 25 meter persegi, sedangkan untuk luas bangunan itu sendiri mencapai total 2650 meter persegi dengan kamar tidur sebanyak 6 buah dengan kamar mandi dalam , 1 kamar tidur utama dengan kamar mandi dalam, 1 kamar kerja, 1 kamar berisi alat olahraga dengan set alat fitnes lengkap, 1 kamar berisi multimedia penuh tehnologi canggih nan moderen, 1 ruangan yang didayagunakan sebagai perpustakaan, 1 ruangan mini teater, 1 ruangan diperuntukan sebagai studio musik dengan alat lengkap dan alat rekam dengan kelengakapn seperti studio profesional dan tak lupa 5 kamar di lantai bawah tanah untuk pembantu, supir yang total berjumlah 20 orang.
"Aku pamit ya, kamu dirumah saja ya sampai aku kembali" ujar pak Jatmiko kepadaku sembari mencium keningku.
"Iya pak.. Eh suamiku.. Kabari aku ya kalau sudah sampai Aceh" ujarku kepadanya.
"Ok.. Pasti aku akan memberi kabar.. Kamu kan sudah resmi jadi istriku. Oh iya ada yang saya lupa beritahu. Nanti sore Kevin, anakku datang. Jangan berantem- berantem dengannya ya.. Bagaimanapun kamu ibunya sekarang.. Ok? Love you" ujar Pak Jatmiko memberitahukan anaknya yang sudah jadi pengusaha muda sukses di Jakarta akan berkunjung pulang.
"Iya suamiku.. Love you too" ujarku, lalu turun dari mobil berdiri di depan teras rumah kami yang besar sekali melambaikan tangan ke mobil bmw yang membawa suamiku ke Aceh hingga hilang dari pandanganku.
Kevin Aprilio Kusuma, siapa yang tidak kenal dengannya, pria berwajah rupawan masih berusia 30 tahun namun sudah menjadi ceo perusahaan game 'Do-Lanz' yang menjadi perusahaan startup game buatan anak bangsa yang dalam 3 tahun sudah menjadi level Decacorn. Selain itu dia juga atlet basket saat masih berusia 14-18 tahun dan bahkan pernah mewakili tim basket Sumatera Utara saat usia 16 tahun walau gagal juara tapi tetap membanggakan, walau memilih pensiun dini karena mau fokus dipendidikan tingginya.
Selain itu karena ketampanannya, dia juga menjadi model beberapa brand fashion sampai sekarang. Namun uniknya walau tampan, kaya dan terkenal, dia belum pernah terlihat menjalin hubungan dengan perempuan manapun, bahkan desas desusnya dia adalah 'penyuka sejenis' karena tidak pernah berpacaran.
Aku sendiri sejujurnya adalah fansnya, aku termasuk salah satu dari 10 ribu followersnya di tiktok dan instagram. Bahkan beberapa kali mencoba ikut kuis agar bisa ikut meet n' greet bertemu dia tapi selalu gagal menang kuis, akan tetapi malah sekarang aku bisa ada kesempatan bertemu dengannya walau lucunya sebagai ibu barunya, takdir memang unik dan tidak bisa ditebak.
‐-------
Malam itu, aku duduk di sofa bawah sembari mebaca beberapa majalah lama,yang aku ambil dari ruang perpustakaan, hanya memakai daster mini dan celana dalam katun tanpa mengenakan bra. Aku selalu tidur 'braless' karena selain lebih nyaman untuk tidur dan lebih lega bernafas saat berbaring, yang aku tahu tidur tanpa bra juga mencegah terjadinya kanker payudara dan mencegah payudaraku kendur.
Saat aku sedang duduk berselonjor kaki diatas sofa sembari membaca buku, tiba- tiba aku mendengar suara kunci pintu utama depan diputar dan suara pintu terbuka 'kreeek'.
"Siapa itu?" Responku bertanya kepada sosok yang membuka pintu depan rumahku.
Sosok itu masuk kedalam, lalu melihatku, aku yang duduk disofa dengan posisi sofa menghadap ke pintu depan pun menengok ke arahnya sehingga kami saling beradu pandang. Rupanya itu, Kevin, anak tiriku yang selalu aku idola- idolakan karena ketampanannya dan sekarang menjadi anakku. Kami diam berpandang- pandangan selama hampir 2 menit, hingga akhirnya dia mulai hilang rasa canggungnya, menutup dan mengunci pintu lalu memulai membuka pembicaraan padaku.
"Kamu Desi ya?" tanya Kevin padaku setelah mengunci pintu depan.
"Mmmm.. Iya.. Betul.." Jawabku dengan deg- degan karena melihat ketampanan idolaku dari jarak dekat.
"Papa dimana?" tanyanya.
"Papa?" tanyaku bingung lalu setelah beberapa detik aku baru sadar maksudnya papa adalah suamiku, pak Jatmiko, lalu menjawab "Ke Aceh, ada urusan kantor." jawabku.
"Sampai kapan?" tanyanya lagi padaku.
"Katanya besok pagi pulang." jawabku sembari tetap memandangi wajahnya yang tampan.
"Oke.. Aku haus, kamu mau minum? Kalau mau aku ambilkan minum untuk menghangatkan suasana, bagaimana?" tanyanya menawarkan minum kepadaku.
"Boleh" jawabku singkat.
"Kamu suka rasa anggur atau strawberry?" tanyanya lagi
"Anggur" jawabku, yang memang lebih suka anggur daripada strawberry.
"Oke.. Sebentar, aku racikan buat kamu minuman rasa anggur" ujarnya berjalan ke arah dalam rumah, ke meja bar, yang berada di sisi kanan antara ruang tamu besar di rumah ini dan ruangan keluarga, yang penerangannya agak gelap karena lampu utamanya sengaja aku matikan.
Walau agak gelap namun tangan Kevin tetap gesit meraih botol di laci belakang meja bar yang mungkin karena dia sudah hapal dengan posisi barang- barang disana. Lalu setelah selesai menuangkan air dari botol dan beberapa es balok ke gelas mug besar kaca berukuran 700ml, dia berjalan membawa dua gelas itu ke arah sofa tempatku duduk.
"Ini.. Silahkan.. Mari temani aku minum" ujarnya memberikan gelas ditangannya untuk mengajakku menegak minuman yang diambilkannya.
"Terimakasih" jawabku sembari menerima gelas mug kaca itu dari tangannya.
"Cheers" ujarnya lalu menegak minuman ditangannya.
"Cheers" jawabku lalu menegak habis air yang diberikan kepadaku karena kebetulan aku juga haus