"Mau tambah lagi?" tanya Kevin menawarkanku menuangkan minum lagi ke gelasku yang sudah kosong dengan ramah.
"Boleh" jawabku sembari memberikan gelas kosongku padanya, entah mengapa aku menjadi lebih rileks setelah minum air soda anggur itu, mungkin aku dehidrasi sehingga setelah minum aku menjadi lebih rileks.
"Ok, sebentar aku ambilkan lagi" jawabnya sembari mengambil gelas kosong dari tanganku dengan lembut lalu berjalan ke meja bar kembali.
Dia menuangkan air soda itu ke gelas kosongku dan beberapa butir es batu, setelah itu dia membawa gelas yang sudah berisi penuh air soda dan botolnya sekaligus. Setelah itu dia duduk didepanku lalu menyerahkan gelas air soda itu kepadaku.
"Ini Des.. Silahkan" ujarnya menyerahkan gelas itu kepadaku.
Aku menegak segera tanpa sisa air soda itu hingga habis lalu menaruh gelas kosong itu ke meja tamu didepanku. Entah kenapa perasaanku menjadi lebih gembira tiba- tiba dan juga merasa lebih percaya diri selain aku juga merasa lebih hangat.
"Kamu sampai di airport jam berapa Kev? Kesini naik apa? Kok ga ngabarin kalau sudah sampai? terus kamu berapa lama akan tinggal disini? Kamu kok ga bawa apa- apa? Capek ga perjalanan tadi? Gimana bisnismu di Jakarta? Katanya sukses besar dan meraih dekacorn ya? Gimana perasaan kamu meraih dekacorn? Pasti bangga ya? Kamu tinggal di Jakarta dimana? Katanya di daerah pondok Indah ya? Tinggal sama siapa disana? Oh iya, aku follow akun tiktok dan instagram kamu lho, follback aku dong.." ujarnya memberondong banyak pertanyaan kepada orang yang aku baru temui untuk pertama kali. Harus aku akui aku sendiri bingung dengan sikapku ini, baru kali ini aku cerewet dan banyak omong seperti aku tidak punya rasa malu. Dan entah kenapa aku merasa bahagia sekali, padahal tidak ada hal spesifik yang membuatku menjadi bahagia tiba- tiba seperti ini, rasa bahagia ini pun muncul tiba- tiba saja dari diriku.
"Jam 18.30, naik taksi online, aku ga tau telponmu, sampai tubin kalau tidak ada perubahan, aku ga bawa apa- apa karena semua sudah ada disini, ga terlalu capek, sudah biasa, lancar bisnisku, iya betul dapat dekacorn, jelas senang dan bangga, betul dipondok indah, di kompleks belakang pondok indah mall, tinggal sendiri, iya nanti aku follow." ujap Kevin membalas semua pertanyaanku.
"Kamu tau sesuatu?" tanyaku sembari berjalan memutari meja sehingga aku sekarang berdiri persis didepannya.
"Apa?" tanya Kevin kepadaku sembari mendongakan kepalanya ke arahku yang sedang berdiri.
"Aku ngefans berat kepadamu, ahahahaha" ujarku jujur mengungkapkan kata hatiku sembari duduk dipangkuannya saling berhadapan mukaku dengan mukanya dengan jarak hanya beberapa sentimeter darinya.
Entah dorongan apa membuat ku hilang nalar dan muncul keberanian tambahan pada diriku sehingga aku berani merangkul bahunya saat duduk diatas pangkuannya dengan posisiku saling berhadapan dengan Kevin.
"Kamu ganteng.. Aku suka" ujarku padanya sembari mendekati mukanya hendak melumat bibirnya.
Aku menyentuh bibirnya memakai bibirku, terasa lembut bagai kapas bibirnya, aku merasakan nafsuku meningkat tinggi saat bibir kami saling bersentuhan, lalu aku mulai melumat bibir atasnya, dia merespon ciumanku dengan menjulurkan lidahnya menjilati langit- langit mulutku. Lidahnya yang asik membasahi langit- langit mulutku aku respon dengan menghisap bibirnya, dan setelah itu kami saling balas menggigit, menghisap dan menari dengan lidah kami di seluruh mukosa mulut sesama kami.
Aku tidak tahu setan apa yang merasukiku sehingga aku menjadi binal selama ini, Desiwati Putri yang terkenal pemalu dan pendiam tiba- tiba menjadi bertingkah seperti pelacur, gilanya ini aku lakukan kepada anak tiriku yang baru beberapa jam statusnya. aku merasa beda, dan tidak bisa menahan nafsu birahiku, dan aku merasa sangat senang dan bersemangat melakukan 'french kiss' dengan Kevin, anak tiriku yang tampan dan gagah.
Aku makin larut dalam nafsu birahiku, selagi kami asik berciuman hangat, kedua tanganku yang sebelumnya merangkul memeluk Kevin erat sekarang sedang membuka satu persatu kancing kemeja ungu katun yang rupanya bermerk 'Tom Ford' dengan seri 'Tonal Lilac Slim Fit' dengan harga dua kali lipat gajiku sebulan saat ku masih menjadi seketaris. Sedangkan kedua tangan Kevin hanya merangkul memeluk pinggulku yang sepertinya menjaga agar aku tidak jatuh terjerembab dari pangkuannya sembari menikmati ciuman kami.
Setelah aku berhasil melepaskan semua kancing kemejanya, aku membantu Kevin melepaskan kemeja ungunya dari badannya, sekarang dada bidang dan perut 'six pack' Kevin sudah terpampang jelas didepanku tanpa sehelai kain pun menutupinya. Tangan kiriku merangkul memeluknya bahunya kembali, sedangkan tangan kananku membelai dada dan perut 'six pack' Kevin dengan penuh nafsu.
"Kamu membuatku nafsu, kamu yakin mau melakukan ini denganku?" tanya Kevin disela- sela ciuman kami.
"Ya!! Tentu sayangku!! Kamu sangat tampan!!" ujarku disela-sela ciuman kami lalu meneruskan omonganku "Gendong aku ke kamar sayang, kita selesaikan dikamar, aku sudah ga tahan lagi ingin mencicipi Kontolmu"
"Iya sayang" jawabnya sembari mengangkat tubuhku, dengan memeluk menahan pantatku agar aku tidak jatuh dari pelukannya dengan kedua tangannya yang berotot.
Aku pun tidak tinggal diam, aku merangkul memeluk dengan kedua kakiku melingkari pinggangnya dengan ketat begitu juga tanganku melingkari bahu bidangnya dengan erat, tanpa menghentikan aktivitas ciuman kami.
"Kenapa berhenti?" tanyaku padanya saat Kevin berhenti berjalan sembari menggendongku di depan meja bar.
"Ambil botol minum dulu biar memeriahkan suasana" ujarnya sembari mengambil botol dengan cairan bening bertuliskan 'balkan 176'. dengan tangan kirinya.
"Ok" ucapku tak peduli dengan botol minuman jenis apa yang dia ambil dan lalu melumat bibir Kevin dengan penuh nafsu.
Kevin berjalan santai sembari menggendongku dengan hanya menggunakan 1 tangan menjaga badanku tetap stabil, walau aku pun memeluk erat ke badannya dengan melingkarkan ke dua tangan dan kaki memeluk badannya, sembari tangan kirinya memegang botol ditangan kirinya.
Ia melangkah menaiki anak tangga utama menuju ke lantai dua membawa aku, yang mempunyai berat badan 48kg, tanpa ada ekspresi ataupun tanda kelelahan sedikitpun. Ia berjalan sembari tetap membalas permainan bibir dan lidahku yang liar dengan sangat baik dan penuh kehangatan.
Tidak terasa kami telah sampai di kamar yang dia tuju, rupanya dia membawaku ke kamarnya, kamar terbesar kedua setelah kamar pak Jatmiko, ayahnya. Dia membuka kamarnya dan terpampanglah kamar yang sangat rapih dan sederhana, tampak hanya berisi kasur ukuran super king size 200x200 dengan dipan kayu jati, sebuah lemari besar dengan 4 pintu yang menjulang hingga ke langit kamar, 2 meja ambalan yang ditaruh imac 27 inchi dan keyboard serta sebuah ampli marshall dan hardcase gitar bertuliskan fender.