Kevin memindahkan aku ke atas kasurnya, berjalan ke lemari besar 4 pintu, membuka salah satu pintunya dan setelah terbuka didalam lemari itu ada kulkas mini dan beberapa gelas kaca kecil 300ml berukir bentuk kristal yang terlihat mewah bertumpuk. Dia mengambil dua gelas berukir itu mengisinya dengan cairan bening dari botol bertuliskan balkan 176 dan beberapa butir es batu.
Dia membawakan 2 gelas itu sembari berjalan mendekatiku yang sedang berbaring dengan betis masi menggantung disamping dipan sembari kepalaku mengikuti arah kemana Kevin bergerak. Setelah dia berada didepanku dia meminum air bening yang sepertinya soda itu sekali teguk dengan tangan kirinya lalu gelas ditangan kanannya disodorkan ke aku yang masi setengah berbaring sembari meneguk air soda ditangan kirinya.
"Kamu mau?" tanyanya sembari menyodorkan gelas ditangan kanannya setelah meneguk air di tangan kirinya.
Aku bangun dari posisi berbaringku lalu mengambil gelas dari tangan Kevin, menegaknya sekali minum mengikuti apa yang dilakukan Kevin, terasa minuman itu pahit sekali, ada sensasi terbakar lalu ditusuk- tusuk dari tenggorokan hingga ke perut. Rasa aneh dan bau agak menyengat ini mirip soda yang aku minum sebelumnya tapi sensasi terbakar dan ditusuk- tusuknya lebih keras dan lebih perih seperti minum obat kumur yang sangat keras.
"Apa ini? tanyaku penasaran kepada Kevin.
"Vodka. Kenapa?" tanya Kevin kepadaku.
"Aku baru pertama kali minum alkohol. Ga enak" ujarku menjelaskan.
"Pertama kali? Yang tadi di ruang tamu kamu sudah meminum alkohol juga kok." Seru Kevin bingung.
"Oh ya..Hahahahahaha" Entah kenapa aku malah ketawa mendengarnya dan merasakan sesuatu yang lucu walau setelah aku sadar dari pengaruh tidak mengerti kenapa aku tertawa.
"Mau meneruskan permainan kita di ruang tamu?" tanyanya menawarkan kepadaku melanjutkan kegiatan terlarang kami di ruang tamu sebelumnya.
Aku mengangguk sembari menurunkan dan melepaskan celana dalamku tanpa membuka dasterku hingga jatuh kelantai. Melihat apa yang aku lakukan, reaksi Kevin adalah menjatuhkan gelas kosongnya ke lantai yang dilapisi karpet tebal, sehingga gelas itu tidak pecah karena tebalnya karpet itu menahan benturan keras gelas dengan lantai marmer. Setelah itu dia membuka kancing dan resleting celana panjang jeans hitamnya lalu menurunkan celana panjang jeansnya ke lantai sehingga terlihat celana dalam hitam dengan tonjolan besar ditengah.
Aku berbaring, mengangkat pahaku dan menekuk betisku sehingga ak berpijak ditepi kasur lalu melebarkan pahaku dan mengangkat ke atas dasterku memamerkan kemaluan yang masih perawan kepada Kevin sembari berkata "kamu ga pingin menjilat dan menikmati rasa vagina mama tirimu Say? Berani ga? Hahahaha.." Tantangku kepada Kevin dengan penuh nafsu birahi.
"Siapa takut" ujar Kevin yang kesadarannya juga sudah dikuasai alkohol sembari berlutut sehingga sekarang posisi bibirnya berada didepan 'bibir bawahku'.
Sluuurrrp.. Sluurrrpp.. Sluuuuurrrrp.. Sluurrrppp.. hisapan rakus Kevin ke kemaluanku. Kevin menjilat, menghisap dan menyedot dengan buas kelaminku, aku menikmati jilatannya yang sangat lihai, bahkan lebih lihai daripada mantanku, Junaedi.
Aku memang masih perawan, kemaluanku belum pernah dimasuki kejantanan laki- laki manapun. Tapi itu bukan berarti aku tidak pernah melakukan hubungan badan, walau itu hanya sebatas saling memberikan kepuasan birahi melalui permainan bibir dan lidah dengan posisi 'enam sembilan' dan menggesekan kelamin mantanku dengan klitoris dan kelaminnya atau 'petting'.
Kembali ke situasi saat ini, aku makin mendesah keras "Aaahhhh... Aaaaahhhh... Enaaakk bangeeeet... Jilatin terus sayaaang... Aaaahhh... Sedotan kamu bikin kemaluan mama kamu tambah geliii... Aaahhh... Aaahhh... Terus sayang!!"
Sepuluh menit sudah kemaluanku dijilati Kevin. Aku semakin fokus ke rasa nikmat jilatan Kevin, aku merasa puncak kenikmatanku semakin dekat, aku mendorong dan meremas kepala Kevin menggunakan kedua tanganku ke arah kemaluanku. "Keviiinnn!! Sayaaaang!! Aaahhh!!! Aaahhhh!! Aku keluaaaarrr!! Aku keluaaaaarrrr!!! Keluarr Sayaaaaangggg!!! Aaaaahhhhhh!!! tubuhku menggelinjang hebat dan muncrat banyak cairan dari dalam kemaluanku.
Pinggiran kasur Kevin keliatan basah penuh dengan cairan lendir beningku, aku merasa senang bisa mencapai puncak kenikmatan melalui mulut Kevin, namun aku merasa belum puas, aku masih ingin merasakan lagi kepuasan birahi lagi darinya.
"Gantian sayang.. Kamu ga pengen merasakan kontolku ini?" tanya Kevin menawarkan keperkasaannya kepadaku sembari kembali berdiri dan menurunkan celana dalam hitamnya ke lantai.
Aku yang dipamerkan keperkasaannya dihadapanku, meningkat lagi nafsu birahiku, aku turunkan betis dan pahaku sehingga kakiku memijak lantai kamar dan bangun dari posisi berbaringku sehingga sekarang posisiku duduk diatas kasur Kevin sembari mulai meraba-raba dada bidangnya. Aku meraba mengelus dada, lalu turun ke perut 'six pack'nya dan mulai sampai ke daerah selangkangannya.
Sembari mulai mengelus- elus kelamin Kevin dengan tangan mungilku yang satu genggaman tanganku hanya mampu memegang setengah panjang kelaminnya saja, aku mulai berlutut didepan Kevin sembari berkata "Hai kontol, kenalkan aku ibu tirinya Kevin aku akan membuatmu merasakan nikmat".
Aku membuka mulutku mencoba memasukan seluruh kelamin Kevin kemulutku namun hanya masuk setengahnya saja. Sluuurrrp.. Sluurrrpp.. Sluuuuurrrrp.. Sluurrrppp.. sedotan rakusku ke kemaluan Kevin. Aku menjilat, menghisap dan menyedot dengan buas sembari mengocok ujung batang kenikmatannya yang tak terjangkau mulutku dengan bantuan tanganku serta kadang- kadang diselingin menjilati sekitaran 'sunhole' dan dua buah zakarnya dengan permainan lidahku. Terlihat Kevin menikmatinya, tapi tetap berusaha agar pertahanannya tidak jebol.. "Eunggh.. Sssh.. Aaakh.." desahnya menikmati permainan mulutku.
Pakk.. pakk.. pakk.. pakk.. pakk.. pakk.. pakk.. Kevin setelah 15 menit aku kulum penisnya makin brutal memaju mundurkan gerakan pinggulnya hingga terkadang kelaminnya sampai beberapa cm masuk kedalam kerongkonganku. Aku yang kesadarannya sudah dalam pengaruh kuat alkohol walau beberapa kali tersedak mau muntah tetap terus mengulum dan mengocok kelaminnya dalam mulut mungilku dan hanya bisa mendesah tertahan karena mulutku disumpel kemaluan Kevin yang besar. "Mmmhhh... Mmmhhh... Hoeekk.. Hoeekk... Mmmhhh... Mmmhhh.." desahku.
15 menit berlalu namun belum ada tanda- tanda Kevin mau mencapai puncaknya, padahal biasanya mantan- mantanku aku berikan layanan oral dengan mulutku paling lama hanya bsrtahan 5menit, karena kata mereka geli sekali permainan mulutku seperti pemain film porno profesional kata beberapa dari mereka. Aku yang memberikan hisapan, sedotan dan jilatan kelamin Kevin makin terangsang dan kelaminku makin terasa basah dibawah sana, rasanya ingin sekali diobok- obok menggunakan kejantannya. Aku membayangkan pasti terasa sangat nikmat disodok dan di goyang dengan kelamin sebesar ini yang aku taksir sekitar 16 atau 17 senti karena sepanjang handphone samsung a70 milik mantanku, Junaedi.
Karena makin ga tahan dengan nafsuku aku memutuskan untuk melepas keperawanku, dan berhenti untuk mengulum kemaluan Kevin lebih lanjut. "Kok berhenti" protesnya kepadaku yang tiba- tiba melepas kuluman kejantanannya yang besar itu sembari bangun dari posisi berlututku yang sekarang berdiri saling berhadapan dengan Kevin.