Chereads / SUAMI PENGGANTI / Chapter 22 - SERANGAN JANTUNG

Chapter 22 - SERANGAN JANTUNG

Ayah Reyhan tidak sengaja membuka ponsel Reyhan ia sangat terkejut saat membaca beberapa pesan dari Rania yang menolak cinta Reyhan.

"Rania aku sangat mencintaimu, sungguh aku tidak bisa hidup tanpa kamu. Maafkan aku yang telah berani mencintai istri orang." Pesan demikian membuat jantung ayah Reyhan merasakan sakit menahan amarah yang meluap-luap.

Ia membaca pesan Rania, "Maaf Rafa aku tidak bisa menerima cintamu, kita cukup jadi teman saja tidak lebih."

Rafa alias Reyhan tetap saja merayu Rania membuat dada ayahnya semakin sesak menahan rasa marah.

"Aku tahu kamu tidak mencintai aku, tapi biarkan diriku tetap berdiri kokoh untuk mencintai dirimu seorang hingga aku menutup mata."

"Itu hak kamu untuk mencintaiku, aku tidak bisa melarang kamu Rafa, tapi jika tidak mau patah hati maka lebih baik move on dariku." Begitu balasan Rania.

"Aku tahu mencintai tanpa dibalas itu menyakitkan, tapi aku senang jika kamu bahagia dengan Rafli suamimu."

"Terima kasih, Rafa."

"Bukan maksudku mendoakan buruk, tapi jika kamu jadi janda aku bersedia menikah denganmu." Pesan ini membuat ayah Reyhan tidak tahan lagi ia jatuh lemas menahan sakit.

Faktanya nenek Reyhan meninggal terkena serangan jantung apakah ayah Reyhan juga akan meninggal terkena serangan jantung juga.

"Ayah!" pekiknya berusaha membangun kan tubuh sang suami yang kencang di lantai, ia pun mengambil ponsel di tangan suaminya, membaca segala isi pesan Reyhan ke Rania.

"Ayah, bangun! Jangan tinggalkan aku sendirian, bangun lah!" jerit Ibu Reyhan meratapi suaminya.

Reyhan yang sedang mandi ia tidak tahu apa yang terjadi pada ayahnya.

"Ibu, ada apa dengan ayah?" Reyhan bertanya bukan mendapatkan balasan melainkan sebuah tamparan mendarat di pipi kirinya.

"Ibu, apa salah Reyhan?" tanyanya berlinang air mata.

"Ayah kamu tiada karena Rania!" pekik Ibunya dengan keras.

"Innalilahi wainailaihi rojiun," ujar Reyhan memeriksa nadi ayahnya yang telah berhenti, ia tidak bisa berkata-kata apapun selain pasrah jika terus disalahkan ibunya atas kematian ayahnya.

Kakek sebetulnya sudah di Jakarta bukan di Jepang lagi, ia sedang berkunjung di rumah orang tua almarhumah istrinya, setelah mendapatkan kabar putra tunggalnya meninggal dunia, ia tidak bisa terima dengan kejadian tersebut, lalu segera meluncur ke lokasi.

Segala persiapan telah selesai, jenazah akan dikuburkan setelah kakek tiba.,

Kakek Budi Santoso ia merupakan pengusaha sukses yang pensiun lalu tinggal di Jepang bersama istrinya yang asli orang sana, tapi ketika sang istri meninggal dunia kakek Budi Santoso memang ada berencana menetap di Indonesia. Namun siapa sangka kedatangannya ke rumah anak cucu justru menjadi mendadak sebab adanya berita duka yang membuat hatinya merasakan hancur.

"Luna, sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Kakek meratapi kepergian putra tunggalnya yang amat dia sayangi selain istri dan cucunya.

"Aku tidak tahu, Kek. Namun aku menemukan ponsel Reyhan di tangannya, kemungkinan dia kena serangan jantung karena terkejut."

Kakek Budi memeriksa ponsel Reyhan lalu menampar cucu kesayangannya.

"Reyhan kamu harus move on dari Rania, dia sudah jadi istri orang dan kamu begitu bodohnya berharap dia menjadi janda? Konyol!" Reyhan gemetar ia mengaku bersalah dan minta maaf tidak berani melawan kakeknya yang mantan Tentara angkatan laut.

"Sudah kek, lebih baik kita segera kuburkan jenazah Mas Imron, jangan ditunda-tunda lagi, kasihan dia."

Luna meminta Kakek Budi mengurus penguburan dengan segara.

Rania merasakan sakit di dadanya tapi dia tidak tahu apa yang terjadi.

Ia hanya berdoa semoga semua orang yang disayangi selalu baik-baik saja di manapun berada.

Setiap kematian akan pula ada kelahiran.

Di setiap tangisan ada pula tawa, begitu bayi lahir ke dunia ia akan menangis dengan keras sedangkan yang menanti kehadiran sang buah hati akan tertawa bahagia menggendong sang bayi yang menangis tersebut.

Kebalikannya dengan kematian, ia bisa saja meninggalkan dunia dengan senyuman sebab masa hidupnya di dunia sudah habis apapun jalan kematiannya sudah menjadi takdir yang maha kuasa. Sementar yang ditinggalkan akan menangis merasa kehilangan orang yang disayangi pergi untuk selama-lamanya.

Ayah Reyhan meninggal sejak subuh, sebelum dimakamkan mereka membacakan surat Yasin, posisi jenazah sudah dimandikan setengah jam dari kematiannya oleh orang yang sudah biasa memandikan jenazah kemudian dibantu Reyhan dan ibunya. Setelah liang lahat sudah gali dan siap maka jenazah akan dishalatkan di masjid terdekat lalu segera dimakamkan.

Ketika orang meninggal dunia alangkah baiknya tidak menunda proses penguburannya itu yang disunnahkan.

***

Di perjalanan menuju tempat kerja Rania tiba-tiba bertanya ke Rafli, "Kita kan sebentar lagi pisah secara agama dan negara, kamu siap tidak menyandang status duda keren?"

Rafli terbatuk lalu menimpali, "Kamu sendiri siap tidak menyandang status janda muda atau janda ting-ting?"

Rafli balik bertanya membuat Rania cemberut ia pun berteriak, "Rafli kebiasaan buruk jika ditanya justru bertanya balik!"

"Terus aku harus apa tuan putri? Baiklah akan aku jawab, sebetulnya aku malu jika menyandang status duda."

"Malu kenapa?" Rania melirik.

"Itu artinya aku gagal jadi imam dalam rumah tangga, makanya aku malu."

"Kamu ngaco! Kita nikah berdasarkan kesepakatan, berpisah untuk mencari kebahagiaan sejati, itu sudah keputusan benar," herdik Rania.

"Itu menurutmu Rania, sedang menurut orang lain aku gagal," ujar Rafli.

"Kamu tidak gagal, justru aku yang gagal menjadi seorang istri."

"Bukan kamu, tapi aku yang gagal menjadi suami," kata Rafli.

Mereka berdua bertengkar hanya merasa gagal masing-masing. Padahal Rania dan Rafli sama-sama orang baik yang ingin bahagia dengan caranya sendiri.

Rania dan Rafli sudah sampai restoran mereka bekerja seperti biasanya.

Menjalankan rutinitas yang melelahkan tapi tidak akan ditingkatkan begitu saja.

Rafa mengirimkan pesan ke Rania, "Rania maafkan aku mengganggu hidupmu, ini terakhir kalinya aku menghubungimu. Aku adalah Reyhan yang menyamar jadi Rafa, cintaku padamu sejak dulu sampai detik ini masih sama. Namun keadaan yang selalu saja memisahkan cinta kita, tapi kali ini mungkin aku akan benar-benar pergi dari hidup kamu. I love you Rania dariku Reyhan laki-laki pengecut."

Lutut Rania lemas, ia tidak percaya jika Rafa adalah Reyhan, jadi mimpinya semalam benar jadi kenyataan. Air mata itu lagi-lagi tumpah tanpa komedo.

"Reyhan mengapa cintamu selalu membawa duka dalam hidupku?" Rania terisak-isak di dalam kamar mandi, ia tidak ingin ada yang tahu jika dirinya menangis meratapi nasib.

"Siapa di dalam?" Kanaya mengetuk pintu kamar mandi.

"Tuli apa budek, ya? Ditanya malah diam saja, gantian dong!" pekik Kanaya memegang kemaluannya yang sudah tidak tahan lagi menahan pipis.

"Gantian dong! Buka pintunya, aku sudah tidak tahan lagi ingin pipis, nih!" jerit Kanaya mengetuk-ngetuk pintu.

Rania perlahan membuka pintu, matanya merah.

"Rania kamu kenapa? Tetap di sini jangan pergi, aku setor panggilan alam dulu selama lima menit." Kanaya menutup pintu dia merasa legah menyesuaikan hajatnya.

"Kamu cepat sekali Kanaya, masih bau ompol ini?" ujar Rania.

"Jujur sama aku siapa yang buat kamu menangis? Apa itu Rafli?" Kanaya introgasi Rania.

"Bukan kok, boleh aku peluk kamu?" Rania memeluk sahabatnya Kanaya.

Mereka saling berpelukan tanpa bicara apapun, sampai Arsha datang.

"Kalian kenapa peluk-pelukan? Sudah kerja ke tempat masing-masing sana!" ujar Arsha memerintah kekasih dan Rania untuk kembali kerja.

Kanaya dan Rania pun langsung menuruti permintaan atasannya tersebut.