Chereads / SUAMI PENGGANTI / Chapter 2 - PENGANTIN PENGGANTI

Chapter 2 - PENGANTIN PENGGANTI

Disisi lain keluarga Reyhan sudah siap-siap untuk ke rumah Rania, mereka membawa persiapan begitu banyak.

"Kamu grogi, ya? Putra mama sudah dewasa sebentar lagi jadi pengantin, pasti kamu sangat bahagia hari ini, kan Reyhan?"

"Reyhan sangat gugup, doain acara pernikahan ini lancar ya, ma?" Ibunya pun memeluk anak tunggalnya itu.

Ponsel ayah Reyhan berdering, ia pun mengangkatnya, saat mendengarkan suara di seberang sana dia terdiam membisu tetapi air matanya mengalir.

"Ayah kenapa?" tanya Reyhan cemas.

"Nenek kamu meninggal," ujarnya menangis bersimpuh di lantai merasa tidak berdaya.

"Maksudnya apa? Bukannya ibu dan ayah kamu akan ke Indonesia, apa yang terjadi?"

"Ibuku meninggal kena serangan jantung, mereka mana mungkin bisa ke Indonesia, kita harus ke Jepang sekarang juga!"

Bagaikan bom yang meledakan hati Reyhan berkeping-keping dia sedih kehilangan nenek tercinta, tapi dia juga tidak mau meninggalkan Rania di hari pernikahannya.

"Ayah, maafkan Reyhan tapi ini hari pernikahan Reyhan jadi mana mungkin aku tinggalkan begitu saja, tolong mengerti lah," kata Reyhan memohon.

"Ayah tidak mau tahu kita harus berangkat ke Jepang sekarang, kamu harus batal menikah!" Ayah Reyhan memaksa anak tunggalnya untuk batal menikah dan terbang ke Jepang hari itu juga menggunakan pesawat pribadi.

"Ayah, aku sangat mencintai Rania aku tidak mau meninggalkan dia," kata Reyhan masih berusaha membujuk hati ayahnya.

"Kamu tidak mencintai nenek kamu? Siapa Rania dia wanita belum lama hadir di kehidupanmu," jelasnya.

"Ingat nenek adalah orang berjasa dan punya ikatan darah sama kamu, kamu harus wajib menghadiri hari pemakaman nenekmu," lanjutnya.

Kartu yang ada dalam ponsel Reyhan dipatahkan jadi dua.

Reyhan pun hanya bisa pasrah dan mengalah pada ayahnya, tapi memang nenek adalah perempuan paling berjasa dalam hidup Reyhan setelah mamanya.

"Baiklah, ayah Reyhan patuh."

"Kamu memang wajib patuh dan menghormati hari kematian nenekmu, jika Rania jodohmu mungkin suatu saat kalian akan bersatu."

Dalam hati Reyhan hanya bisa mengatakan seribu kata maaf untuk Rania.

Keluarga Reyhan meninggalkan Indonesia, mereka tidak mau menunda lagi, rasa sedih, cemas dan gelisah menjadi satu.

***

Rumah Rania mulai rame tamu-tamu undangan sudah datang, makanan katering pun sudah tersusun rapi sejak pagi.

Ayah Rania mulai cemas kenapa calon besannya belum datang juga, padahal acara ijab qobul diadakan jam sembilan pagi.

Rania pun mulai ketakutan terlebih semua chatnya tidak dibaca oleh Reyhan bahkan mencoba menghubungi nomor ayahnya Reyhan justru dimatikan.

"Reyhan kamu di mana!" pekik Rania.

Lifia mendekati Rania ke kamar, "Kenapa lo nangis? Harusnya kamu bahagia dong, kan mau nikah, Gimana sih, Rania!"

"Kak, nomor Reyhan mati, nomor ayahnya aku telpon awalnya tersambung lalu dimatikan," ujarnya.

"Sebenarnya ada apa dengan mereka, mengapa belum datang juga?" Sambungnya.

"Mungkin Reyhan dan keluarganya berubah pikiran, jadi membatalkan pernikahan. Kasihan deh, lo batal nikah!" Lifia berkata sinis lalu pergi.

Rania semakin tak kuasa menahan rasa sakit, sampai jam sebelas siang pun, keluarga Reyhan belum datang, akhirnya mereka memutuskan ke rumah Reyhan, ternyata rumahnya sepi dan kata tetangga mereka semua berangkat ke Jepang tadi pagi.

Hati Rania hancur, hati kedua orang tua Rania pun ikut hancur, jika pernikahan dibatalkan, mereka terpaksa menahan malu dan menerima cibirian semua orang terutama tetangga.

"Ayah, bagaimana ini? Ibu tidak sanggup menghadapi tamu undangan terutama para tetangga, kasihan kamu Rania yang sabar dan ikhlas ya," kata Ibu Maya menggenggam jemari putrinya yang membeku itu.

"Reyhan, kamu jahat! Ini tidak mungkin! Kamu hilang begitu saja, aku tidak akan maafkan kamu!" pekik Rania lalu dipeluk ayah dan ibunya mereka pun kembali ke rumah, dan ternyata benar tamu-tamu salah mengira jika Rafli adalah calon pengantin terlebih nenek sudah mengenalkan pada mereka. Ibu Maya pun mempunyai ide jika Rafli dijadikan pengantin pengganti.

Rafli di panggil ke kamar ayah dan ibunya Rania bicara serius padanya.

"Kamu mau tidak menikahi Rania?" Bagaikan disambar petir, laki-laki itu terkejut tapi hatinya gembira.

"Kalian jangan bercanda, dimana Reyhan dan keluarganya?" tanya Rafli.

"Mereka ke Jepang, membatalkan pernikahan tanpa bicara apapun," kata Rania dengan mata memerah.

"Innalillahi, kamu yang sabar Rania, aku bersedia jadi suami kamu kok, tidak akan aku biarkan sahabatku menderita," ujar Rafli menggenggam jemari Rania.

"Terima kasih kamu sahabatku yang baik, tapi kamu harus tanda tangan ini."

Rania memberikan surat perjanjian diatas materai, kemudian Rafli membacanya ia sangat sedih, isi perjanjian tersebut Rania meminta bercerai setelah menikah tiga bulan. Namun Rafli terpaksa menandatangani pernikahan kontrak tersebut.

"Baiklah, Rania aku setuju."

"Terima kasih, Rafli."

Mereka pun bersiap melakukan acara ijab qobul, dan jari manis Rania dipakaikan cincin pemberian dari neneknya, dan nenek sangat gembira melihat cucunya menikah.

Rafli anak sebatang kara setelah neneknya meninggal, ia bisa kuliah karena dia memang jenius hingga dapat beasiswa.

Setidaknya keluarga Rania terselamatkan dari rasa malu dan terselamatkan dari gunjingan para tetangga, itu yang diharapkan. Namun kenyataannya tetap saja digunjingkan, terlebih Lifia sendiri yang menyebarkan kalau Rania batal menikah dengan Reyhan lalu menikahi sahabatnya sendiri si Rafli.

"Ya, ampun di undangan tulisannya Reyhan tapi nikahnya sama Rafli, kocak."

"Eh, iya baru sadar. Itu laki-laki beda sama yang diundangan ya, aduh kok, bisa ya? Aneh! Reyhan kira-kira kabur kemana? Atau jangan-jangan tidak mau menikah Rania karena sudah hamil anaknya Rafli kali, ya?"

"Idih, amit-amit pantes aja kabur, masa mau nikah sama cewek yang sudah hamil anak orang, pantas lah Rafli tanggung jawab sudah menghamili," ujar tetangga yang paling berbisa kek ular mulutnya.

"Kalian jangan bicara sembarangan, nanti jatuhnya jadi fitnah. Muhammad Rafli itu anak berprestasi, akhlaknya juga mulia mana mungkin dia menghamili Rania, soal Reyhan batal menikah dengan Rania saya memang tidak tahu. Namun saya yakin jika Rania dan Rafli anak-anak yang baik, jadi tutup mulut kalian!" ujar Ustadzah Kulsum.

Semua orang yang julid pun tutup mulut setelah di skak oleh Ustadzah Kulsum.

Seharusnya malam pengantin adalah malam yang ditunggu oleh kedua insan yang saling mencintai, akan tetapi Rania tak henti-hentinya menangis di malam pertama pernikahannya, ia sudah tidak peduli lagi dengan segala perkataan orang lain.

Ternyata batal menikah atau pun menikah sama saja resikonya, mereka tetap saja jadi bahan cibiran bahkan tega menuduh hamil duluan, keji sekali lidah tak bertulang itu.

"Rania yang sabar ya, kamu pasti kuat melalui cobaan ini, kamu tenang saja sebagai sahabat aku tidak akan pernah meninggalkan kamu dalam keadaan suka maupun duka," gumam Reyhan mengusap air mata di pipi Rania.

"Terima kasih Rafli, kamu memang laki-laki yang sangat baik. Aku beruntung memiliki kamu sebagai sahabat yang seperti kakakku sendiri selalu menjaga dan melindungiku sejak dulu, sekali lagi makasih ya," kata Rania seraya memeluk Rafli.