Chereads / SUAMI PENGGANTI / Chapter 4 - WELCOME YOGYAKARTA

Chapter 4 - WELCOME YOGYAKARTA

Rania sejenak melupakan luka di hatinya ia sangat senang ketika sampai di Yogyakarta.

Mereka memilih makan di tempat sederhana, ya gadis ayu itu memilih menu gudeg dan ayam goreng, serta sambal. Namun ketika memakan gudeg yang rasanya terlalu manis Rania merasa hidupnya tak semanis makanannya, lalu apapun makanannya minumnya teh manis.

"Ternyata gudeg itu rasanya manis, ya?"

"Iya, sangat manis semanis janji Reyhan untuk menikahi kamu tapi habis itu hilang ditelan bumi berubah deh, jadi pahit."

"Kok, bawa-bawa Reyhan, tapi ia juga sih, janjinya terlalu manis dan dia banyak hutang sama aku, menyedihkan," ujar Rania mengaduk teh manisnya.

"Hutang berapa juta?" Rafli melotot terkejut.

"Hutang janji," kata Rania tersenyum.

"Ya, ampun kirain hutang uang, dasar kamu Rania!" Rafli menoyor kepala gadis itu.

Namun kita tidak boleh menganggap enteng sebuah hutang janji sebab namanya hutang harus dibayar hingga ke akhir nanti, termasuk hutang janji, jadi jika tidak mampu jangan kebanyakan janji.

Usai kenyang mereka kembali melanjutkan perjalanan agar segera sampai di kos-kosan Rafli tentunya.

"Kira-kira nanti malam banyak nyamuk tidak ya, aku tidak bisa tidur jika digigitin nyamuk, aku benci sekali makhluk itu, membuat tubuhku jadi gatal-gatal. Seandainya mereka menggigit tanpa meninggalkan jejak, alias gatal-gatal aku sih, tidak masalah," kata Rania.

"Kalau digigit aku mau tidak?" ledek Rafli.

"Digigit kamu? Nanti aku balik gigit, kamu nangis. Serem ah, kaya vampir aja main gigit-gigitan," kata Rania tertawa.

"Rafli yang benar itu, Jogjakarta atau Yogyakarta sih?"

"Benar semuanya, hehe … banyak yang menyebut kota Jogjakarta, ada juga yang menyebut Yogyakarta." Rafli ngemil keripik sambil menyetir pelan-pelan.

"Ngemilnya nanti ih, hati-hati nyetirnya!" pekik Rania yang ketakutan.

Kedua suami istri melakukan perjalanan dengan santai, mereka begitu menikmati perjalanan dengan beberapa kali beristirahat, Rafli ada rencana mengajak Rania ke Pantai Parangtritis, tapi bukan sekarang karena sudah terlalu lelah menempuh jauhnya perjalanan.

"Rania besok pagi mau tidak kita jalan-jalan ke pantai? Aku kan kuliah tinggal menyelesaikan skripsi saja, jadi bisa santai. Mau tidak?" tanya Rafli melirik ke Rania, ternyata gadis itu sudah tidur, percuma Rafli bicara dari tadi tidak ada yang mendengarkan.

Setelah sampai di kos-kosan Rafli memarkirkan mobilnya di teras pemilik kos-kosan, ia menyambut hangat kedatangan Rafli sekaligus terkejut melihat wanita cantik bersamanya, "Maaf Bu, saya tidak sempat memberikan kabar jika melangsungkan pernikahan, ini Rania istri saya"

Rafli mengenalkan Rania ke Bu Tania janda cantik kaya raya meskipun umurnya tidak muda lagi, tapi penampilannya masih bak gadis terlihat anggun dan mempesona.

"Istri? Jadi Rafli sudah menikah, selamat ya kalau begitu. Salam kenal Rania, aku Tania nama kita mirip ya, hanya beda huruf didepan," ujar janda muda tersebut yang satu tahun lalu ditinggal meninggal sebab sakit komplikasi.

"Hai, senang kenal sama kamu, Bu kos," kata Rania tersenyum sambil mengucek-ngucek matanya yang masih mengantuk itu.

"Duh, jangan Bu kos deh, manggilnya berasa tua banget akunya. Kamu panggil Tania saja," ujar Tania tersenyum.

"Oh, begitu baiklah. Senang kenal sama kamu Tania, kami pamit dulu ya, maklum lelah habis perjalanan jauh," kata Rania izin pamit.

Rania sangat terkejut mendapati kamar Rafli yang begitu rapi, padahal ia membayangkan kamar yang kotor dan berantakan, banyak cucian kotor, dan nyamuk di mana-mana.

Bayangan Rania justru sebaliknya, kamar Rafli bersih, bahkan wangi, tidak ada nyamuk.

Bahkan dia pasang AC sendiri, meskipun kamarnya sempit setidaknya ada kamar mandi, sehingga jika ingin pipis malam-malam tidak takut lagi.

"Wow, Rafli aku kagum sama kamu, ternyata kamu termasuk cowok langka, sepanjang sepengetahuanku kamar bujangan seringnya selalu berantakan, tapi beda denganmu. Ini keren sekali, aku bisa tidur nyenyak di atas kasur yang empuk ini, kamu tidur di situ!" Rania menunjuk ke bawah.

"Iya, paham!" kata Rafli.

"Bagus kalau begitu, biarkan nyonya Rania tidur nyenyak malam ini. Selamat malam suamiku yang ganteng," ujar Rania.

"Malam juga istriku yang cantik" gumam Rafli lirih, lalu mereka tertawa kecil.

Menganggap suami atau bukan, di hati Rafli tetap mencintai Rania, dia rela melakukan apapun berkorban demi kebaikan Rania wanita yang ia cintai itu.

Rafli duduk ada meja kecil tempat laptop, di sana ia membuka laptop tersebut melihat poto-poto lama bersama Rania sejak dulu mereka memang sangat dekat meskipun hubungannya sebagai sahabat.

"Rania, seandainya aku bisa jujur padamu jika aku mencintaimu dan tidak mau bercerai denganmu apa mungkin ada kesempatan untuk bersama denganmu selamanya sebagai suami dan istri seperti sekarang," gumam Rafli lirih sebab ia takut jika Rania mendengar pengakuannya, ia terlalu takut untuk ditolak.

Sebenarnya Rafli juga tahu bahwa dirinya adalah laki-laki bodoh yang tidak berani menyatakan perasaannya, sejak ditolak Kanaya dulu bahkan dia tidak ingin mengalami patah hati untuk kedua kalinya, rasanya sakit cinta bertepuk sebelah tangan itu, siapa yang bisa mengalami rasa sakit itu? Jika belum pernah merasakan penolakan cinta.

Andai saja ada sedikit saja keberanian mungkin Rafli akan jadi pemenang cintanya Rania, dulu ketika melihat Reyhan pacaran dengan Rania hati Rafli hancur ia sama sekali tidak mau jatuh cinta, meskipun begitu dia berusaha menyembuhkan lukanya.

Dia berusaha dengan cara membiarkan para wanita berusaha mendapatkan hatinya termasuk Bu kos Tania yang naksir sama dia, tapi karena umur yang terpaut jauh dan juga statusnya janda Rafli mikir seribu kali, dia tidak mau dicap menikahi janda kaya hanya untuk numpang hidup saja.

Ada berkah dibalik tragedi batalnya pernikahan antara Rania dan Reyhan, ia jadi bisa menikah dengan gadis pujaan hatinya, tapi untuk apa jika hanya mendapatkan status suami tanpa mendapatkan cintanya, ini bisa dibilang menyakitkan.

Namun setidaknya ada kesempatan selalu bersama, selalu berdua selama tiga bulan, dan dalam waktu itu mungkin kah Rafli bisa membuat Rania jatuh cinta? Entahlah.

Rafli tak sengaja memandang poto Kanaya, gadis cantik yang menolak cintanya di masa sekolah dulu, ia masih belum move on seratus persen, walau bagaimanapun Kanaya cinta pertama Rafli.

"Kanaya kamu benar sudah putus dengan Revan, tapi mengapa? Bukannya dulu kalian saling mencintai, bahkan dengar-dengar mau menikah, tapi mungkin memang belum jodoh saja, semoga kamu bisa menemukan jodoh yang lebih baik dari Revan, ya."

Rafli mengusap wajah Kanaya di komputer, dia menyimpan semua poto-poto teman SMA di file, agar tidak lupa ia membuat album dan memberikan keterangan di setiap poto agar jadi kenangan sekaligus pengingat jika bertemu suatu hari nanti.

Rafli haus ia mengambil air minum dingin di kulkas, ia memandang Rania yang kelelahan dan sudah tidur dengan begitu pulas bahkan kadang terdengar suara mendengkur.

"Kamu mau tidur, mau ngapain aja tetap terlihat cantik, Rania." Rafli tersenyum sendiri tak bosan-bosannya memandang wajah Rania yang tidur terlelap bak putri tidur itu.