"Ekhemm..Aluna minta izin mah mau ke
konter depan beli paket data." ujar Aluna
yang duduk di depan Ayu.
"Lho disini ada WiFi kenapa mau beli paket
data?" Tanya Ayu heran.
"Emm. Itu kan kalo Luna pergi nggak bisa
pake WiFi." Aluna sedikit gugup, ia bingung
harus bagaimana. Ia sangat membutuhkan
kuota.
"Ya sudah biar kamu diantar Alan saja ya?
Bisa jalan kaki dari sini."
"Nggak usah Mah, biar Luna sendiri aja
ngga apa-apa." Ia sejenak melirik Kearah
Alan yang masih diam mungkin ia fokus
mendengarkan pembicaraan Aluna dan
Ayu.
"Alan tolong yah di anter. Kasian Udah
malem, jalan kaki aja nggak apa-apa." Ayu
bangkit meninggalkan mereka berdua,
sebenarnya Ayu belum begitu pulih.
Jalannya saja Ayu masih pelan, Alan sudah
melarang agar ayu tidak berjalan tanpa
tongkat. Namun ayu tetap kekeuh pada
pendiriannya. Sifat inilah yang menurun
pada Alan.
"Jadi lo mau Anter gue?" Tanya Aluna
sambil menatap Alan.
"Nggak" Jawaban itu yang tidak di
harapkan oleh Aluna, ia ingin ditemani
Alan karena ia tidak tahu dimana letak
konternya.
"Kalo gitu tunjukin gue dimana konternya"
Pinta Aluna.
"Lo belok kiri terus lurus belok kanan
mundur dikit nambrak!" Setelah
mengucapkan itu Alan bangkit dan
berjalan ke atas menuju kamarnya, pikir
Aluna.
"Alan! Yang bener." Aluna sedikit teriak
kemudian ia menyusul Alan untuk
mendapat jawaban yang benar.
Sampai di depan pintu kamar berwarna
putih, Alan membuka dan masuk tanpa
menghiraukan Aluna yang sedari tadi
mengoceh.
"Dasar nyebelin!" Aluna masih terdiam di
depan kamar Alan,bia berniat ingin masuk.
Namun, pintu itu sudah terkunci rapat.
"Sial!" Umpat Aluna, kemudian ia turun
dengan wajah kesalnya.
Ia melihat perempuan paruh baya sedang
membereskan piring. Aluna langsung
menghampirinya.
"Permisi Bi" sopan Aluna.
"Eh ini non Aluna ya? Ada yang bisa
bibi bantu?" Bi Sumi menghentikan
pekerjaannya.
"Bibi tau konter deket sini nggak?" Tanya
Aluna.
"Ohh Tau non. Dari sini belok kanan, nah di
depan kompleks deket Alfamart." Jelas bi
Sumi.
"Makasih bi, Luna pergi dulu." pamit Aluna
kemudian ia mengambil ponselnya dan
dompet. Ia memasukan ke dalam Slingbag
berwarna Gold. Ia memakai Hoodie
maroon dan hotpants. Ia berjalan keluar
dan langsung menuju konter yang di
tunjukan bi Sumi.
"Non Aluna mau kemana?" Tanya Satpam
di rumah Alan.
"Eh ini pak mau ke konter depan sebentar." Kemudian satpam itu membuka gerbang
agar Aluna dapat keluar.
Aluna berjalan sambil menggunakan
headsetnya dan mendengarkan lagu barat.
Ia menikmatinya dengan angin yang
menerpa wajahnya.
Setelah sampai, letak konter itu di sebelah
kiri Alfamart yang dijelaskan Bi Sumi tadi. Terlihat ramai pengunjung,tepatnya ramai
laki-laki yang duduk di depan konter itu.
Karena di depan konter terdapat beberapa
kursi dan meja.
"Hai cantik." Kumpulan laki-laki itu terus
menggoda Aluna namun Aluna tetap tidak
peduli. Ia hanya berniat ingin membeli paket data.
Setelah selesai ia berjalan lagi melewati
kumpulan laki-laki itu.
"Neng mau Abang anter nggak?" Tiba-tiba
lelaki dengan pakaian berantakan dan
Aluna menghirup aroma alkohol. Aluna
langsung buru-buru pergi dari tempat itu
namun tangannya di cekal oleh pemuda
itu.
"Sini dulu dong temenin Abang." Ujar lelaki
itu,ia sangat mabuk.
"Langsung gas aja." Celetuk temannya yang
sedang duduk dan menikmati Alkohol.
Bugh.
Pemuda mabuk itu langsung tersungkur ke
tanah. Aluna terkejut karena pemuda itu
menjatuhkan beberapa kursi.
"Lo nggak usah ganggu dia!" Tegas laki-laki
itu yang tadi menendangnya.
"Kita pulang!"
"A..Alan?" Gumam Aluna, bagaimana bisa
Alan berada di sini?
Setelah jauh dari tempat itu, Aluna masih
berfikir bagaimana bisa Alan tadi ketempat
Aluna berada.
"Lo tadi ngapain di situ?" Tanya Aluna
heran.
"Beli kuota" Balas Alan santai, ia terus fokus
pada langkahnya.
Flashback on.
Alan sudah memakai jaket kulitnya
dengan celana jeans panjang, ia keluar dari
kamarnya karena tadi Ayu meminta Alan
untuk menemani Aluna pergi ke konter.
Setelah turun ia melihat sekelilingnya
mencari keberadaan Aluna, namun ia tidak
melihat gadis itu. Kamudian melangkahkan
kakinya menuju kamar tamu yang aluna
tempati.Tidak ada Gadis itu, ia berfikir jika
Aluna sudah pergi ke ke konter.
Ia menanyakan pada satpam
rumah, ternyata benar jika Aluna sudah
pergi sendirian ke konter depan. Alan
tahu jika di area tersebut banyak pemuda
mabuk-mabukkan. Alan tidak mau jika tunangannya itu terjadi apa-apa, ia juga
akan di salahkan oleh Ayu mungkin juga
oleh bonyoknya kalo Aluna sampai lecet. Ia
langsung lari dengan cepat karena jarak
konter hanya 100 meter.
Benar apa yang alan khawatirkan, Aluna
sedang di kerumuni pemuda yang sedang
mabuk-mabukkan. Ia langsung bergegas
menghampiri Aluna.
Flashback off.
Tunggu. Apa? Alan khawatir? Bagaimana
bisa Alan memiliki perasaan khawatir
pada Aluna? Entahlah, hanya Alan yang
tahu.
"Cieee lo khawatir ya sama gue?" Aluna
terus menggoda Alan,ia sedikit senang jika
laki-laki di sampingnya itu peduli padanya.
"Sorry ya. Gue nggak pernah khawatir
sama lo!"
***
Sudah hampir istirahat namun baju
olahraga yang Aluna titipkan pada Alan
belum juga sampai. Tadi ia berangkat
pagi-pagi karena ia harus menjalankan
tugas piketnya. Ia menitipkan baju
olahraga pada Alan karena Alan sudah
biasa berangkat siang, tadi saat Aluna
akan berangkat saja Alan masih didalam
mimpinya.
Kring
Kring
Kringgggg....
Bunyi bel istirahat membuat siswa-siswi
bergegas menuju Kantin. Jam olahraga
akan terlaksana tepat setelah
istirahat, Aluna langsung buru-buru
menuju kantin karena biasanya ia melihat
Alan bersama teman-temannya di kantin.
Laura, Dara dan Aluna sudah duduk
di pojok. Mata Aluna terus mencari
keberadaan Alan. Namun yang ia lihat
hanya murid-murid lain.
"Gengnya tuh." tunjuk Laura pada tiga
laki-laki yang baru masuk. Yang tak lain
adalah Lio, Gibran dan Rai.
Namun dimana Alan? Apa mungkin ia
belum berangkat atau tidak berangkat?
Jika tidak berangkat tamatlah riwayat Aluna. Ia akan kembali di hukum lari 50 putaran seperti dulu lagi.
"Coba telfon aja Lun." Usul Dara melihat
wajah cemas Aluna.
"Dari tadi kek" balas Laura menyenggol
lengan Dara.
Panggilan pertama tidak terjawab. Aluna
mendecak kesal kemudian ia terus
berusaha menghubungi tunangannya itu.
Panggilan kedua hanya suara operator, ini
benar-benar menyebalkan. Aluna terus
mendecak kesal dan terus menyumpah
serapahi Alan. Ia sudah sangat kesal
tingkat tinggi.
"Awas aja tu orang kalo ketemu, gue bikin
dodol sekalian!" umpat Aluna.
"Lun." Bisik Dara yang duduk di depan
Aluna karena ia melihat lelaki bertubuh
tinggi yang berjalan ke arah mereka sambil
membawa paper bag di tangan kanannya
dan tangan kirinya di masukan ke dalam
saku celana.
"Apa! Gue emosi tau nggak! Itu manusia
bisu emang nggak bisa di andelin tau!"
Kesal Aluna bahkan sangat kesal.