"Terus ngapain Aluna suruh pulang jam segini. Kan Aluna masih ada 2 jam pelajaran yah" Aluna benar-benar tidak tahu maksud ayahnya itu.
"Abangmu mau berangkat. Nanti kalo kamu nggak di suruh pulang malah nggak ketemu." Ujar Aditama.
"Kok Abang nggak bilang-bilang sama Aluna sih!" Aluna merasa jengkel dengan abangnya, ini sangat mendadak bagi Aluna. Padahal ia belum menghabiskan banyak waktu bersama abangnya ini.
"Udah sekarang kamu siap-siap langsung ke bandara sama Alan. Abangmu nanti menyusul, dia lagi kerumah opah sebentar katanya." Pinta Aditama.
Kemudian Aluna bersiap-siap. Kemudian ia turun dengan Sling bag di sampingnya.
"Abang take off jam berapa Bun?" Tanya Aluna sambil memakai jam tangan mungil.
"1 jam lagi. Tadi abangmu sudah pamit sama bunda sama ayah." Kata Maya sambil merapikan meja ruang tamu.
"Bunda sama ayah nggak ke bandara?" Tanya Aluna.
"Enggak sayang, bunda ada meeting sama desainer." Kata Maya.
"Yaudah Aluna berangkat dulu, assalamualaikum Bun." pamit Aluna sambil menyalami Maya.
"Waalaikumsalam, hati-hati. Jaga Aluna ya Lan."
Kemudian mereka pergi menuju bandara. Selama di perjalanan pun tak ada yang membuka suara. Aluna masih canggung sedangkan Alan, ia malah bodoamat.
***
"Lan gue laper." Ujar Aluna karena ia belum makan siang. Tadinya ingin makan bersama Burhan sebelum ia berangkat, tapi pesawat mempercepat take off jadi mereka tidak sempat makan bersama.
"Alan lo denger ngga sih gue ngomong!" Aluna menggoyang pundak Alan, ia sudah berkali-kali bicara padanya namun Alan hanya diam.
"Dasar bisu!" Aluna benar-benar tidak tahu bagaimana bisa ada manusia seperti Alan. Alan memberhentikan motornya di parkiran sebuah restoran. Kemudian mereka turun.
"Bilang kek kita langsung ke restoran biar gue ngga ngomong mulu!" Lagi-lagi Alan hanya diam, ia tidak memperdulikan gadis itu.
"Ganteng-ganteng bisu!" Gumam Aluna.
"Gue emang ganteng." tiba-tiba Alan menanggapi Aluna. Padahal Aluna sama sekali tidak bermaksud bicara padanya, ia hanya ingin bicara sendiri.
"Idih najis!" Sinis Aluna.
"Silahkan mba." pelayan itu menyodorkan berbagai menu makanan.
Setelah pesanan datang, mereka langsung memakannya dengan lahap. Terutama Aluna, ia benar-benar merasa lapar kali ini.
"Aduh gue udah kenyang." kata Aluna, padahal makanannya belum habis.
Alan beranjak dari tempat duduknya. Ia berjalan ke kasir untuk membayar pesanan Aluna dan dirinya.
Aluna hanya mengekor di belakang Alan, ia tidak banyak bicara karena ia benar-benar kekenyangan.
Perjalanan pulang pun mereka hanya diam, mendengarkan bisingnya kendaraan. Motor CBR150R berwarna merah itu berhenti di gerbang rumah Aluna.
"Makasih untuk semuanya." ucap Aluna setelah turun dari motor Alan. Alan hanya diam. Melepas helmnya pun tidak.
Alan kemudian melajukan motornya pergi dari hadapan Aluna.
"Dasar cowok bisu!udah di kasih mulut nggak digunain. Ciri-ciri orang ngga bersyukur tuh!" Gerutu Aluna sebal Aluna merebahkan tubuhnya di kasur dengan sprei abu-abu. Dirinya benar-benar
lelah hari ini.
Ia memainkan ponselnya, membuka aplikasi Instagram. Beruntung sebelum berangkat ke bandara, handphone berlogo Apple itu langsung di charge.
***
Alan membereskan pakaian Ayu dibantu Bi Sumi karena ayu sekarang boleh pulang. Itu kabar yang sudah di nanti-nanti oleh Alan.
"Alan, kamu ke sekolah aja." perintah Ayu lembut, ia masih terduduk di ranjangnya.
"Enggak Mah. Alan udah minta tolong Gibran ijinin Alan sehari aja." Balas Alan yang masih sibuk melipat baju-baju Ayu.
"Assalamualaikum." ucap seorang gadis tiba-tiba diambang pintu.
"Waalaikumsalam." jawab Ayu, semuanya menoleh ke arah pintu.
"Saya Ayla Tante." tutur Ayla pada Ayu, ia menyalami ibu tirinya itu.
Alan hanya melirik sekilas, ia tidak pernah suka dengan keberadaan anak ini.
Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar, seorang lelaki paruh baya dengan pakaian jas rapi disampingnya wanita seumuran Ayu dengan dress yang ketat dan pendek.
"Apa kabar, Yu?" Sapa Adam, lelaki itu adalah Adam Fidelyo Mantan suami Ayu.
"Baik." Ayu hanya tersenyum singkat, ia menyalami keduanya.
"Saya seneng mendengar kabar bahwa mba Ayu bisa sembuh." Ujar Revina, istri
Adam.
"Terimakasih sudah berkunjung." Tutur Ayu, kemudian ia bangkit dari tempat tidurnya.
"Biar Alan bantu mah."
"Alan kamu sapa dulu bunda kamu." tegur Adam.
Kemudian Alan menyalami Revina sebagai tanda hormat.
"Apa kabar kamu Lan." Tanya Revina.
"Baik Tante." Tanpa basa-basi Alan langsung mendorong kursi roda Ayu membawanya pergi dari tempat itu.
Ia sama sekali tidak berharap dengan kedatangan Adam, Revina dan Ayla.
"Bi, biar saya bantu." Revina mengambil tas yang sedang di pegang oleh BI Sumi Alan yang mendengar itu, ia langsung merebut tas milik Ayu dan membawanya sendiri.
"Alan kamu itu harus hormat sama bunda! Ini juga ibumu sama seperti Mamah kamu ini!" Tegur Adam, ia sudah berkali-kali menasehati putranya agar lebih menghormati Revina.
Alan hanya diam, ia melanjutkan mendorong kursi roda Ayu.
"Ayu ya ampun, maaf baru dateng." heboh Maya. Ia datang sendirian.
"Baik May, kamu apa kabar?" Ayu menyambut Maya dengan senang hati.
"Alhamdulillah baik, Yu" Maya kemudian menggantikan posisi Alan. Jadi Maya yang
mendorong kursi roda Ayu.
"Anakmu sudah besar sekarang May. Sudah seperti Alan." tutur Ayu sambil mendongakkan kepalanya.
"Aluna? Dia ternyata satu sekolah sama si Alan. Kemarin Aluna dianter Alan ke Bandara. Si Burhan ke Amsterdam." kata Maya.
"Oh ya? Aku pengen ketemu sama Aluna May. Terakhir kan dulu waktu umur 2 tahun ya? Sebelum kamu pindah."
"Iya nanti malam aku, Aditama sama Aluna kerumah mu Yu. Kangen kumpul-kumpul kaya dulu." Ayu dan Maya sudah sangat akrab dari dulu.
Alan yang melihatnya ikut bahagia, akhirnya Ayu bisa tertawa kembali setelah mengalami koma hampir 2 tahun.
***
"Nasib orang cantik mah gini. Baru post foto aja udah pada bacot." ujar Aluna setelah membaca komentar di Instagramnya.
"Aluna?" Teriak Maya di balik pintu kamar Aluna.
"Iya Bun bentar." Aluna kemudian bangkit dari tempat tidurnya dan membukakan pintu kamarnya.
"Nanti malem kita ke rumah Tante Ayu. Kamu harus ikut tadi bunda udah bilang ke Tante Ayu kalo kamu mau ikut." jelas Maya.
"Jam berapa Bun?" Tanya Aluna pada Maya.
"Nanti sekitar jam setengah 7. Kamu siap-siap sekarang aja." kemudian Maya turun ke lantai bawah meninggal Aluna yang masih berdiri di ambang pintu.
Aluna dengan dress Biru tua itu turun dari kamarnya ke lantai bawah karena sedari tadi Maya sudah berteriak-teriak memanggil namanya.
Mereka langsung berangkat karena takut nanti kemalaman. Selama perjalanan hanya lagu dangdut kesukaan Aditama, padahal Aluna sudah memberi tahu ayahnya agar tidak memutar lagu
itu. Namun Adinanta tidak perduli dengan ocehan putrinya.
Mobil BMW merah itu berhenti di depan rumah megah Ayu yang tak lain rumah Alan.
"Silahkan masuk, sudah di tunggu nyonya." sapa perempuan paruh baya yang tak lain adalah bi Sumi.