Chereads / Kepergian Tak Akan Menghalangi Cinta / Chapter 6 - Kantin Sekolah

Chapter 6 - Kantin Sekolah

Kringgggg....

Semua murid berhamburan keluar karena bel istirahat sudah di bunyikan. Mereka rata-rata langsung ke kantin takutnya tidak kebagian tempat duduk.

"Akhirnya kita kebagian tempat duduk juga." Ujar Laura bersyukur dari kemarin memang mereka bertiga Laura, Aluna dan Dara tidak kebagian tempat duduk.

"Gue yang pesen sini" Ujar Aluna.

"Gue batagor yang pedes ya, minumnya es teh aja." ujar Laura.

"Lo apa Ra?" Tanya Aluna. Dara masih terlihat bingung ingin memesan apa.

"Apa yah bingung." Dara masih berusaha berfikir apa yang akan dimasukan kedalam perutnya agar tidak merasa lapar.

"Cepet ntar keburu penuh, gue nggak mau ya

ngantri lama-lama." Aluna sudah gelisah, ia tidak mau nantinya dorong-dorongan dengan anak bahasa. Apalagi bertemu dengan Jenny cewek bahasa yang suka cari ketenaran.

"Samain aja deh sama Laura." putus Dara.

"Pengen gue makan aja lo. Lemot banget, ntar gue aduin si Gibran tau rasa!" Aluna kesal sudah di tunggu-tunggu malah samain.

Aluna lagi-lagi kebagian di belakang, untung bukan paling belakang. Tapi tetap saja ia merasa sial hari ini, di belakangnya itu gerombolan cowok-cowo

IPS.

Termasuk Si bisu alias Alan. Aluna tidak menghiraukan itu, namun tiba-tiba ada yang memanggilnya di belakang. Padahal ia tidak mau

menghadap ke belakang, kenapa ada yang

memanggilnya. Ah Aluna merasa sial hari ini.

Gibran ternyata.

"Dara di mana?" Tanya Gibran di tengah bisingnya orang-orang mengantri.

"Di meja pojok, lo kesana aja kalo mau." Kemudian Aluna membalikan badannya karena tepat di belakang Gibran adalah Alan.

Aluna kemudian membawa pesanan kedua sahabatnya itu.

"Anjir lo lama bener." protes Dara.

"Ini juga gara-gara lo tadi" Sinis Aluna.

"Eh tadi lo di cariin Gibran" Ujar Aluna yang tengah makan siomay kesukaannya.

"Tuh di duduk di belakang kita" Balas Laura santai.

Aluna menoleh, ternyata benar. Gerombolan cowok-cowok itu ada di belakangnya.

"Eh kalian gabung aja sini, bertiga masih cukup." celetuk Lio.

"Iya sini aja." ujar Gibran menyetujui.

"Nggak usah disini aja" balas Laura.

"Eh Si Gibran sama si Dara udah jadian kan ya? Mana PJ?" Ucap Lio.

"Iya nih PJ-PJ " Tutur Rai.

"Tiap hari juga gue sama si Alan yang bayarin. Ngapa minta PJ. Ngga!" Judes Gibran. Ia sudah sering mentraktir sahabatnya dan mereka tidak pernah mentraktir dirinya.

"Yah peritungan banget sama sahabat sendiri" gerutu Lio.

"Bodo." Gibran terus menikmati makanan di depannya.

Jenny datang dengan Kenya dibelakangnya.

"Gue gabung ya nggak kebagian tempat" Tanpa basa-basi Jenny langsung duduk di sebelah Rai di ikuti Kenya.

Jenny memang sering ikut gabung di kelompok Rai, Gibran, Lio dan Alan. Mereka sudah berkali-kali menghindar namun Jenny selalu saja mendekat. Ia hanya berniat mencari ketenaran, secara gerombolan lelaki itu adalah most wanted

di sekolah ini.

"Lo bisa nggak sih nggak usah nongol!" Tegas Gibran,Gibran sudah memperingati berkali-kali namun tak pernah di hiraukan.

"Kan gue nggak kebagian tempat duduk" ujar Jenny manja, ia memang suka mencari perhatian para cowok. Namun bukannya cowok-cowok itu tertarik tapi malah muak dengan wanita ini.

"Eh itu anak IPA ya? Ohhh kapten tim basket!" Jenny bermaksud memanggil Aluna, namun ia enggan menyebutkan namanya.

"Apa lo tukang bully!" Ketus Aluna.

"Beliin gue makanan. Gue cewek terhormat disini!" Perintah jenny. Dia memang sering menyuruh siswa-siswi disini. Jika tidak mau, Jenny akan membully tanpa ampun.

"Ogah!" Aluna sama sekali tidak takut pada Jenny.

"Udah deh tinggal lo beli sendiri aja. Lo punya kaki kan? Kenapa nggak digunain!" Tegur Lio.

"Apa sih Yo. Apa lo mau beliin makanan buat gue?" Balas jenny sambil menatap Lio.

"Ogah gue mah!" Lio memutar bola matanya malas.

"Heh lo nggak mau beliin gue makanan!?" Jenny menggebrak meja Di depan Aluna. Ia marah kali ini, Jenny memang tidak suka di bantah oleh siapapun.

Aluna sontak kaget, ia beranjak dari duduknya. Emosinya memuncak.

"Gue bukan pembantu lo!" Aluna menatap tajam Jenny. Ia sama sekali tidak takut pada wanita di depannya.

Tiba-tiba jenny menumpahkan es teh ke badan Aluna, Jenny benar-benar marah kali ini.

"Jen lo kok ngga sopan banget sih jadi cewek!" Tegur Laura, ia membantu sahabatnya membersihkan bajunya yang basah.

"Lo jangan kasar dong jadi cewek!" Jenny mendapat tatapan tajam dari Dara. Ia tidak terima sahabatnya di perlakukan seperti itu.

"Apa?! Lo nggak suka?" Jenny seperti tidak merasa bersalah sedikitpun.

"Cuma gara-gara jabatan bokap lo. Lo jadi semena-mena sama murid-murid lain Jen. Lo bener-bener kelewatan!" Gibran memaki-maki Jenny.

"Apaan si kok jadi belain dia!" Jenny merasa di pojokan, ia tidak terima itu.

Alan yang sedari tadi hanya diam dan menyaksikan drama itu, ia tiba-tiba beranjak dari tempat duduknya dan menarik Aluna pergi dari kantin.

"Heh apa-apaan ini!" Aluna terus berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Alan.

Alan hanya diam, ia manarik Aluna membawanya pergi dari tempat itu.

"Alan kenapa bawa dia!" Teriak jenny tidak terima. Ia bahkan berkali-kali mencari perhatian Alan namun selalutak dianggap.

Tapi ini, Aluna hanya diam malah Alan menariknya membawa entah kemana. Jenny tidak terima itu.

"Heh bisu ngapain lo tarik-tarik gue sih!" Alan terus menarik Aluna paksa. Entah apa yang dimaksud Alan.

Tiba-tiba Alan menghentikan langkahnya di depan toilet wanita. Ia melepaskan tangan Aluna.

"Bersihin baju lo!" Perintah Alan tanpa melihat wajah Aluna.

"Lo mau mesum ya!" Ucap Aluna penuh kecurigaan.

"Nggak tertarik." Ketus Alan.

Aluna masih bingung apa maksud Alan, ia langsung masuk kedalam toilet untuk membersihkan diri.

"Dasar cowok aneh!" Gerutu Aluna Ia sudah selesai membersihkan diri. Saat ia keluar, Alan masih berdiri kokoh di depan toilet itu.

"Lo ngapain? Nungguin gue?" Tanya Aluna penuh tanda tanya.

"Ikut." lagi-lagi Alan menarik Aluna paksa.

"Ngapain sih!" Aluna tidak bisa di paksa seperti itu. Ia menghentikan langkahnya sebisa mungkin agar lelaki di depannya itu tidak memaksa dirinya.

"Bokap lo nyuruh gue anterin lo kerumah." Aluna mendapatkan tatapan tajam dari Alan, ia langsung menunduk.

"Sumpah ganteng-ganteng nyeremin" batin Aluna.

Sampai di parkiran, Alan menyalakan motornya.

"Tapi bokap gue nggak bilang ke gue tuh. Lo

boong ya?" Aluna mencurigai Alan, ia takut

jika dirinya di culik. Ah pikiran Aluna sudah terlalu jauh.

"Naik." perintah Alan ,kata itu sangat dingin. Aura menyeramkan bagi Aluna.

***

"Assalamualaikum, yah emang bener aku disuruh pulang." tanya Aluna tiba-tiba.

"Waalaikum salam. Kamu duduk dulu sayang" balas Maya.

"Iya tadi ayah udah telepon kamu. Tapi handphone kamu ngga aktif jadi ayah minta tolong Alan." jelas Aditama.

"Yakan bisa minta bunda telepon Laura atau Dara, Yah." Aluna kesal, kenapa harus si bisu itu bukan minta tolong sahabatnya.

"Iya ayah tau, tapi kan sekalian biar kamu diantar sama Alan. Biar kamu selamat sampai tujuan. Alan baik kok, ayah sudah kenal lama sama dia." Aditama berusaha menjelaskan maksud dirinya agar Aluna tidak salah paham.