Malam itu, malam yang ditunggu oleh Giavana dan keluarga kecilnya yang terdiri dari ibu dan kakak perempuannya. Dikarenakan, malam itu sang pangeran calon suami Magdalyn akan datang.
Bu Jena sudah meminta dengan sangat agar Giavana memakai gaun yang pantas, tidak berpakaian seenaknya seperti biasa yang hanya celana pendek serta kaos atau kemeja longgar.
"Berpakaianlah yang serasi seperti kakakmu agar kau terlihat anggun dan tidak memalukan kakakmu." Demikian Bu Jena saat memilihkan salah satu gaun terusan selutut warna putih dengan hiasan bordiran bunga-bunga kecil di ujung bawah dan lengan panjang yang berbentuk tulip dengan kerutan di ujungnya yang sangat jarang dipakai Giavana yang lebih menyukai pakaian trendi.
"Tsk, Ma … yang bakalan menikah itu kan Kak Lyn, bukan aku." Giavana mengerang saat dipaksa ibunya memakai gaun terusan yang sudah begitu lama teronggok di sudut lemarinya. "Kenapa aku harus pakai pakaian yang sama dengan Kak Lyn? Nanti malah tunangan Kak Lyn bingung, yang mana calon dia."
"Huss! Mulutmu!" Mata Mama segera mendelik ganas mendengar celetukan putri bungsunya. "Jangan bicara sembarangan! Kalau didengar malaikat bagaimana?"
"Ups! Oke, maaf, maaf yah Ma!" Tangan Giavana segera menepuk-nepuk bibirnya sendiri seakan dia memang sangat menyesal sudah mengeluarkan perkataan semacam itu.
"Mama minta kamu dandan rapi dan anggun itu bukan tanpa alasan. Siapa tahu Vigo punya teman yang bisa dikenalkan ke kamu, kan itu bagus sekali!" Bu Jena pun tersenyum simpul.
Segera, raut wajah Giavana pun suram. "Huh, ternyata ada udang di balik tepung!"
"Enak, ya kan? Udang di balik tepung! Kesukaan kamu, pula!" balas Bu Jena membuat Giavana diam tak bisa menjawab lagi dan pasrah memakai gaun yang dipilihkan ibunya.
Dan ketika mereka akhirnya bertemu dengan sang pangeran yang selalu dipuji-puji Bu Jena setiap bercerita, mata Giavana malah membeku begitu dia melihat sosok Vigo itu.
Ternyata, lelaki bernama Vigo yang menjadi tunangan kakaknya itu adalah Gyarendra atau yang biasa dia panggil Ren! Ya, Ren yang merupakan mantan pacar Giavana saat di Australia! Lelaki yang sudah mematahkan hati Giavana dengan begitu rupa karena Ren ketahuan selingkuh saat Giavana tak sengaja memergokinya di sebuah kelab malam.
Yang lebih menyakitkan adalah, Giavana memergoki Ren ketika lelaki itu keluar dari ruang VIP bersama perempuan rambut pirang yang sibuk membenarkan pakaian minimnya, sangat menandakan apa saja yang telah keduanya lakukan di dalam ruang VIP itu.
Giavana tidak bodoh dan keras kepala untuk mengerti apa yang terjadi pada Ren dan si pirang di dalam ruang VIP meski Ren menyangkalnya berulang kali. Maka, sejak itu, Ren terlarang muncul di dekat Giavana. Bahkan ketiga temannya yang juga ikut melihat sendiri perselingkuhan Ren, membantu agar Giavana tidak bisa didekati lagi oleh Ren.
Hubungan Giavana dan Ren alias Vigo selama di Australia cukup lama, sekitar 2 tahun dan lelaki itu merupakan cinta pertama Giavana.
Dan kini … lelaki yang itu pula … ya, yang selingkuh itu … menjadi tunangan sang kakak. Lelaki yang dipuja dan puji oleh ibunya setinggi langit ….
Bagaimana Giavana tidak syok?
Namun, bagian paling berat dari itu adalah … membuka mulutnya untuk mengatakan pada semua orang di ruang itu bahwa lelaki tersebut tak layak untuk sang kakak. Sangat amat tidak layak!
Sayangnya … ketika mata beku Giavana sudah bisa bergerak dan melirik ke arah Magdalyn, dia mendapati wajah penuh cinta Magdalyn yang sedang memandang Ren alias Vigo.
Mampukah Giavana menghancurkan hati Magdalyn dengan mengatakan apa adanya mengenai siapa dan seperti apa lelaki di hadapan mereka saat ini?
Apalagi melihat ibunya yang sangat memuja calon menantunya ini … sanggupkah Giavana mengungkapkan tingkah laku calon menantu Beliau sebenarnya?
"Ahh, jadi ini adiknya Lyn, yah!" Suara berat dan dalam dari lelaki itu menyergap pendengaran Giavana, membuat gadis itu segera tersadar dari lamunannya.
"Va, aihh bocah ini kenapa malah melamun begitu, sih!" Bu Jena rasanya ingin sekali mencubit lengan putri bungsunya yang malah bereaksi aneh begitu di depan calon menantu kebanggaannya.
"Va?" Suara lembut Magdalyn pun membelai telinga adiknya, menyebabkan sang adik pun mulai tersadar secara penuh.
"Hah? Ehh? Ohh … umhh, ya." Giavana berusaha menangkap apa yang ingin dilakukan Ren alias Vigo.
Tapi, lelaki itu alih-alih berkata mereka sudah saling mengenal, dia malah mengulurkan tangan ke arah Giavana dan berkata, "Kenalkan, saya Vigo, Alvigo Rahagi. Kamu … Vava?"
Pandangan Giavana bertemu dengan Ren dan gadis itu termangu. Apa lelaki brengsek itu bilang? Dia mengajak berkenalan? Lelaki itu berlagak mereka tidak saling kenal?
Ohh, ternyata ini merupakan sesuatu yang harus lekas ditanggapi dengan tepat oleh Giavana atau semuanya bisa runyam, apalagi ketika mata menatap tajam dirinya itu sebagai kode dari Ren untuknya.
"A-Ahh, iya, aku adiknya Kak Lyn, namaku Vava, Giavana Devira." Mau tak mau, Giavana terpaksa mengikuti sandiwara yang sudah dibangun oleh Ren. Tangannya diulurkan ke lelaki itu dan mereka saling berjabatan seakan asing satu sama lain.
Padahal tidak! Ugh! Rasanya Giavana ingin sekali menjerit kuat-kuat saat itu untuk membuka kedok busuk Ren.
"Ternyata Lyn punya adik yang manis begini. Apakah masih SMA?" tanya Ren setelah jabat tangan itu disudahi oleh Giavana terlebih dahulu.
Ingin sekali Giavana muntah mendengar pertanyaan Ren. SMA? Pintar sekali lelaki itu bermain akting! Bahkan pintar pula membuat narasi dan dialog! Harusnya lelaki itu bekerja saja di industri film. Atau jangan-jangan itu memang pekerjaan aslinya?
"Oho ho ho … dia sudah lulus kuliah, Nak Vigo." Bu Jena menjawab untuk putri bungsunya yang masih saja banyak mematung seperti orang linglung. Di benak Beliau, hanya berpikir mungkin putri bungsunya sedang terpana dengan ketampanan Vigo. Siapa tahu di Australia sana tidak ada lelaki setampan Vigo.
"Wah, sudah lulus kuliah rupanya!" Vigo alias Ren itu pun mengangguk-anggukkan kepala, sungguh kental sekali aroma basa-basi dari gerakannya.
Giavana lekas memulihkan dirinya dari linglung bagai orang tolol dan dia memberanikan diri bertanya ke Vigo a.k.a Ren. "Ohh! Apakah nama Anda hanya Alvigo Rahagi saja?"
"Va! Apaan sih pertanyaanmu itu?" Bu Jena mendesis ke putri bungsunya yang bertanya sesuatu yang aneh dan terkesan kurang ajar.
"Ohh, nama lengkapku Gyarendra Alvigo Rahagi." Lelaki itu pun akhirnya membuka semua nama yang dia punyai.
Mendengar itu, dagu Giavana secara tak sadar naik dengan napas panjang diambil secara perlahan. Sesuai sudah. Ternyata lelaki ini sungguh adalah Ren.
Andai saja Magdalyn punya foto Ren dan Giavana bisa melihatnya lebih dulu, tentu malam ini Giavana bisa beralasan apapun untuk bisa pergi keluar dari rumah sampai lelaki itu selesai bertemu kakaknya.
"Nak Vigo ini kerjanya di bidang supplier alat medis, kan yah!" Bu Jena menepuk pelan lengan calon menantunya.
"Ahh, ya benar, Ma. Kebetulan aku memegang bagian itu." Ren menjawab dengan nada sopan namun memperlihatkan kedekatannya dengan si calon mertua.
"Nah, Vava kan baru lulus kuliah, bisa tidak kalau dia dimasukkan ke kantor Nak Vigo?"
Mata Giavana seketika mendelik ke ibunya.