"Tolong jaga sammy untuk gue"
Reaksi reisa campur aduk. "Apa?", tubuhnya berdiri dari tempat duduk, kepala nya menggeleng-geleng tak sanggup.
Semmy menenangkan reisa agar Kembali duduk. "Calm down…kau seperti orang kesurupan"
"Kenapa kau bisa berpikir kayak gitu sem? Aku gak bisa nerima permintaan itu", tolakku.
Semmy berbicara pelan dan tegas, "Dengar… gue cuma pengen loe temenan juga sama sammy"
Runtuh tekad reisa.
"Enggak bisa sem…aku bahkan pengen menghindar dari dia", mulutku keceplosan, tanpa sengaja mengatakan hal yang sejak awal kututupi.
"Kenapa? Sammy buat salah sama loe?", sahut semmy cemas.
Reisa menggeleng, "Justru aku yang salah karena sudah berpikir bisa didekat dia"
"Maksudmu?", semmy tak mengerti arah ungkapan reisa.
"Jadi loe mau mutusin hubungan pertemanan secara sepihak sama sammy?"
Reisa tak menyangkal perkataan semmy.
"Jujur ini gak adil buat sammy", kesalnya.
Reisa tak berdaya. Posisinya berada ditengah sammy dan yuna, maju salah mundur pun semakin salah. Sammy tak melakukan kesalahan, menghindarinya menjadi suatu ketidakadilan.
"Kenapa loe mau menjauh dari adik gue", semmy mulai gregetan memaksa reisa menjawab pertanyaannya kali ini. Gadis itu kebingungan akibat tekanan semmy.
"Loe mau taruhan sama gue?"
Reisa tertarik menatap semmy, "Taruhan?"
"Iya taruhan, jika gue menang maka loe akan jaga sammy buat gue, bila sebaliknya maka loe boleh ngelakuin apapun yang loe suka, gimana?"
Semmy menyodorkan tangan ingin berjabat tangan tanda persetujuan, "Loe berani?", reisa tak langsung mengiyakannya. "Taruhan tentang apa sem?"
Semmy menjelaskan panjang lebar tentang isi tantangannya, reisa awalnya menolak namun akhirnya dirinya lulut dan setuju menjabat tangan semmy tanpa ragu.
Nazil berkeliling kampus berputar menapakkan matanya ke segala arah. Cowok itu mendapat tugas dari semmy untuk mencari sammy, kakaknya berpesan bila sammy taka da disemua tempat tempat terakhirt yang harus dicek oleh nazil adalah perpustakaan.
mendatangi sammy yang ada di dalam perpustakaan dengan nafas terengah-engah sehabis berlari. "Sam…gue…nyari loe…daritadi", ujarnya terbata-bata, nafas nazil sedikit terengah-engah sehabis berlari-lari kecil mencari sammy.
Sammy duduk ditempat favoritnya mengerjakan sesuatu menghadap laptopnya.
"Ada apa?", sammy bertanya cuek tak memandang nazil. "Gue… mau nitip pesan sama loe"
"Pesan? Untuk siapa?", jemari sammy masih sibuk berlari-lari diats keyboard.
Nazil menarik nafas panjang memantapkan bicaranya.
"Semmy…Bilangin tuh ama si sem jangan keluar kampus dijam latihan"
"Kau kan sering ketemu kak sem jadi gak perlu nitip pesan juga kan"
Nazil berdalih, "Meskipun semmy itu dekat sama gue tapi gue gak enak lah harus ngomong kalau dia harus focus latihan dibanding jalan sama cewek, kesannya gue mencampuri urusan pribadi dia"
Sammy mulai tertarik melihat nazil. "Apa kau bilang? Kak sem ninggalin Latihan basketnya hanya untuk jalan sama cewek?", heran sammy.
"Iya tuh…katanya mau jalan sama cewek", sahut nazil berlagak kesal didepan sammy.
Sammy merasa kejanggalan. "Keluar sama cewek? Siapa?"
Sammy mengingat tak ada cewek lain yang menarik hati kakaknya selain aurel, sedangkan gadis itu sedang menjalani masa hukuman agar tak muncul dikampus.
"Entahlah gue juga baru kenal, kalau gak salah namanya rei…reisa"
"Reisa?!", mendengar terkaan nazil, sammy refleks langsung berdiri melepas kacamata bacanya, berjalan cepat keluar perpustakaan meninggalkan segala macam benda miliknya diatas meja.
Nazil tersenyum puas berhasil memancing reaksi sammy. Pemuda itu bahkan tak bertanya lebih jauh lagi.
"Loe udah siap?"
"Aku tak yakin sem"
Sementara itu semmy dan reisa ditengah parkiran bersiap ingin meluncur menggunakan motor semmy, starter sudah dihidupkan tinggal memutar kendali laju kendaraan. Reisa terus saja berisik. "Sem…haruskah kita ngelakuin ini?", reisa tak yakin melakukan taruhannya. "Loe gak bisa mundur sekarang", sela semmy melarang reisa turun dari belakang jok motor semmy. berboncengan motor kedua kalinya. Reisa berniat turun dari motor mengurungkan taruhan konyol yang dijalankan itu, semmy menahan reisa tak bisa memutuskan perjanjian sepihak.
"Kak sem…" ditengah serangkaian rencana yang sudah tersusun akhirnya target yang dikehendaki telah datang. "Hay sam… sedang apa loe disini?"
Sammy pergi untuk mengecek kebenaran cerita nazil.
Dibelakang jok motor kakaknya ada bayangan cewek manis berambut terurai sebahu yang sangat dikenalnya. Reisa.
Sammy menemukan kakaknya bersama reisa sudah duduk diatas motor bersiap akan keluar.
Reisa melongo tak percaya sammy benar-benar datang sesuai apa yang jadi taruhan semmy.
Kalah! Semmy sudah memenangkan taruhannya. Harusnya aku tak meragukan insting seorang kakak terhadap adiknya. Reisa menyesali perbuatannya menerima taruhan semmy. sekrang dirinya bahkan tak bisa lari dari semmy maupun sammy.
"Awas minggir kakak mau lewat", usir semmy bernada mengusir.
Sammy mengeluarkan wajah tanpa ekspresi lagi, berjalan mendekat padaku dan mengangkat tubuhku seperti karung beras, apa aku seringan itu? Berat badan ku memang hanya 48 kg bagiku itu sudah ideal untuk ukuran tinggi 155 seorang cewek. Bodohnya lagi aku hanya mematung pasrah mengalami kejadian yang tak terduga itu.
Sammy mengangkat tubuh reisa turun dari jok motor hingga membuat gadis itu teriak. "Sam…"
Wajahnya agak kesal memandangku tak senang. Tangan kuatnya masih memegangiku.
"Sam lepasin…", brontakku menepis kedua tangan sammy setelah dipaksa turun dari motor.
Deg! Jantungku menabuhkan genderang merasakan tangan besarnya itu sengaja menyentuh tubuhku. Dia memang susah ditebak, terkadang baik kadang juga kasar dan wajah tanpa ekspresi itu sangat misterius (sesuatu dibalik kediamannya).
"Sam… Loe apaan sih?!", sang kakak berpura-pura kesal.
Kakaknya mematikan mesin lalu menyenderkan motor, semmy ikut turun motor menyambar tangan reisa. "Loe gak bisa ngelarang dia pergi ama gue"
"Kak sem gak bisa bawa reisa", gertak sammy.
Sammy menepis tangan kakaknya dari reisa, "Lepasin?!", reisa ditarik sammy menempatkan gadis itu dibelakang punggungnya.
"Kakak lupa sama kejadian kemarin?!", sammy bernada tinggi.
Semmy paham kejadian yang coba diungkit adiknya. Ingatan tentang reisa dibawa kekantor polisi masih membekas dibenak sammy akibat mengikuti sang kakak.
"Aku gak akan ngebiarin hal itu terjadi lagi", tepis semmy.
Tangan sammy brutal seketika menarik kasar jaket semmy dengan tangan kirinya.
semmy menahan diri saat adiknya berubah emosional. "Kubilang tidak apa kau tak dengar", hembusan nafas sammy terasa bergitu dekat diwajah semmy bernada mengancam.
Detik itu semmy merasa yakin keberadaan reisa bukan sesuatu yang biasa untuk sammy.
"Sam lepasin…tanganku sakit", dibelakang reisa meonta kesakitan menarik tangannya dari sammy, Memegangku sangat erat sampai tak bisa terlepas. Oh tuhan! Apa yang sebenernya terjadi? tanganku terasa sangat sakit berada digenggamannya.
"Oke…kakak mengerti", semmy mengalah. "Sekarang lepasin reisa". Semmy ikut memberontak menyuruh adiknya melepasakan reisa merintih kesakitan akibat pergelangan tangannya dipegang oleh sammy.
"Sammy ?!", bentakan kakaknya membangunkan alam bawah sadar sammy.
Tangan sammy melepas cengkeraman dari jaket semmy, setelah itu memandang reisa, matanya berkaca-kaca kesakitan, sammy sudah benar-benar lepas kendali.
Tangan sammy melepaskan cengkeraman, amarah yang dikeluarkannya berubah mencair setelah menatap raut wajah reisa, penyesalan telah terjadi.
"Reisa ? aku gak bermaksud...
reisa menahan rasa sakit ditangannya.
Kepalaku hanya menunduk tak menyalahkan, genggaman sammy begitu erat sampai meninggalkan bekas merah dikulitku. Harusnya aku juga tau dari awal kalau memang dia orang yang kasar dan tak berperasaan, tak lagi bisa dipungkiri.
Kakiku pelahan menuntunku agar segera berlari menghilang dari bayangan si kembar.