Seorang pemuda membawa sebuah motor ninja berwarna hijau terhenti parkir dihalaman depan rumah menunggu seseorang, berulang kali menengok jam tangan mimik mukanya menggerutu gelisah karena yang ditunggu tak juga menampakkan diri.
Selang satu menit melewati kebosanan seorang gadis memakai seragam sekolah menghampiri dalam kondisi tergopoh. "Sorry gue telat", ucap kira.
Si cowok dongkol menutupi kekesalan.
"Cepetan keburu telat nih", rega bermuka bete menjemput kira tak jauh dari lokasi rumahnya. Setiap pagi kira selalu nebeng rega berangkat sekolah. Hubungan mereka masih terbilang sembunyi-sembunyi dari ardiansyah. Selama kurang lebih dari 1 tahun keduanya backstreet dari keluarga. Baru-baru ini akhirnya sang kakak reisa mengetahui jalinan asmara diantara mereka.
Kira cepat duduk dibelakang, kedua tangannya melingkar diperut rega. Tubuh kira menempel pada punggung rega memeluk pemuda itu dari belakang, diatas motor kira terus berceloteh akan keterlambatannya. Rega malas menimpali kecerewetan kira.
"Hari ini pulang sekolah kita mau kemana?", tanya kira.
"Gue sibuk, hari ini mau latihan karate", sahut rega.
"Boleh gue ikut?", pintaku.
"Terserah loe kalau loe gak buru-buru pulang kerumah"
"Enggak juga"
Rega memutar gas sepeda motornya semakin kencang untuk mengejar waktu keterlambatan, sejoli itu terus berbincang satu sama lain sampai berada dihalaman sekolah. Kira turun dari jok motor mengawasi sekitar. Rega turun memastikan ucapan kira. "Loe beneran mau ikut gue?"
Kepala kira mengangguk. "Kenapa? Gak boleh?"
Tangan rega bermain merapikan rambut kira. "Bukannya gak boleh sayang tapi ntar loe ketahuan lagi sama kakak loe kayak kemarin", jawab manis rega sambil tangannya merengkuh pinggang kira menarik tubuhnya lebih dekat.
"Kak reisa? gak usah khawatir gue udah urus kejadian kemarin, dijamin kak reisa bakal tutup mulut sama ayah"
"Kok bisa?"
Kira menaruh kedua tangannya melingkar dileher rega. "Loe tau cowok cakep kemarin yang loe tantang buat adu balap". Rega mengingat-ngingat orangnya." Siapa? Si semmy?"
Kira menimpali setuju. "Loe kenal sama kak semmy?", tanya kira ingin tahu.
"Tentu saja, siapa yang gak kenal si sempawah ", ujar rega merasa tau.
"Sempawah? Siapa?"
Rega mengalihkan pembicaraan dengan mencium pipi kira. "Iiih…apaan sih?!" manja kira sambil memegang pipi yang dicium rega.
"Oke ntar pulang sekolah gue tunggu disini", tunjuk rega pada tempat sepeda motornya diparkir. Kira tersenyum ditambah membalas mengecup pipi rega. Saking serunya mengobrol mereka sampai melupakan jam sekolah, bel berbunyi keras memenuhi lingkup sekolah. Mereka langsung berlari kedalam kelas masing-masing.
"Ra…kemana aja loe baru nongol?" tanya ami teman sebangku kira. "Aduh…untung gak telat", kira duduk dikursinya dengan nafas tersengal-sengal, untungnya guru yang sedang bertugas belum sampai kedalam kelas duluan.
"Loe berangkat sama kak rega lagi?"
"Iya bawel…, kenapa sih?!"
Ami merasa agak canggung ingin menceritakan sesuatu. "Ehmm…itu ra loe denger gosip disekolah gak sih"
"Apaan?", tanya kira berwajah bloon.
"Sebenernya kakak kelas rega itu cowok yang gak bener", ungkap ami.
Meja dihadapan kira digebrak keras sampai mengeluarkan suara memenuhi ruangan kelas. Ami terkejut tegang. "Siapa yang bilang?!", sambar kira.
"Ra tenang dulu…", ami mencoba menenangkan suasana. Semua anak satu kelas memandang kearah mereka yang menciptakan sebuah keributan. Kira yang tak terima balik memarahi mereka yang ingin kepo mendengar pembicaraannya dengan ami.
"Dengar cerita gue dulu", pinta ami. Kira mencoba menuruti ami dengan muka sebal, sebelum membuka mulut ingin mengoceh pak andi guru matematika keburu masuk kedalam kelas menggagalkan cerita ami. Kira mendengus makin badmood tak dapat mendengar kisahnya. Melewati pelajaran pertama dengan perasaan penasaran.
Seorang cewek berwajah manis bertubuh tinggi langsing mencegat rega ditengah pintu menghalanginya masuk kedalam kelas.
"Minggir gue mau lewat", maunya.
"Gue mau bicara sama loe", ujar si cewek sembari menghalangi tubuh rega.
"Apaan sih rin?!". Rega mendengus risih tak membiarkannya masuk.
"Gue mau bicara serius sama loe"
Menarik tangan rega mengajaknya ketempat yang sepi, area lingkungan sekolah sudah mulai sepi, semua siswa masuk kedalam kelas melewati pelajaran pertama.
Didekat toilet laki-laki perseteruan mereka dilanjutkan. "Loe mau ngomong apaan sih rin? Hubungan kita udah selesai"
"Enak aja loe habis seneng-seneng ama gue trus loe mau ninggalin gue gitu aja"
Karin teman sekelas rega yang berstatus mantan pacar nya sebelum rega menggandeng kira sebagai kekasihnya.
"Trus mau loe apa?", ketus rega.
"Loe harus tanggung jawab, dasar brengsek", Karin menampar pipi kanan rega keras.
Rega sontak kaget memegang pipinya. Karin berteriak menangis sembari melemparkan sebuah benda kecil dari tangannya. Rega mencoba memungutnya. Benda sensitive berukuran sekecil sapu lidi dengan Panjang satu jari. "Apaan nih?", tanya rega tak paham.
"Itu tespack, loe tau dua garis merah yang muncul disitu artinya positif"
"Maksud loe apa?", sengit rega. Tangisan Karin semakin keras mendorong tubuh rega.
"Jangan belagak sok lupa ya loe, ini semua kan akibat dari perbuaan loe?!", balas Karin menjelaskan.
Selama menjadi kekasih rega, hubungan rega dan Karin sangat dekat sampai terjadi hal yang tak dikehendaki yakni sampai pada hubungan terlarang.
"Pokoknya gue mau loe tanggung jawab", seru Karin.
"Kita ngelakuin itu karena suka sama suka jadi gue gak salah disini", elak rega.
"Bajingan loe! Jadi loe gak mau tanggung jawab?!"
Rega buru-buru membungkam mulut Karin takut suara teriakan-teriakan nya didengar orang dari luar. Karin bersikap tenang agar rega tak melakukan kekasaran.
"Dengerin gue", ucap rega ditelinga Karin. "Jangan sampai ada satu orang pun yang tau masalah ini, awas kalau sampai loe bocorin, habis loe ditangan gue", ancam rega.
Karin tak bisa membalas ataupun mengelak, rega memperlakukannya semena-mena. Kehormatannya pasti dipertaruhkan disaat orang lain mengetahui tentang segala masalahnya. Hati Karin hancur bila memikirkan segala resiko yang akan dia hadapi bila mulut embernya bocor pada orang lain. Rega yang dikenal anak orang penting disekolah pasti akan bebas dari hukuman dengan mudah. Ancaman rega tak bisa diabaikan mengingat dirinya pasti memiliki banyak dukungan dari orang sekitarnya, apalagi kedua orang tuanya pasti akan melindungi citra buruknya dengan segala kemungkinan. Salah satunya dengan uang, orang yang memiliki banyak uang bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan termasuk untuk membeli orang lain.
Karin meratapi nasibnya begitu menyesal telah berhubungan dengan rega, andai saja ia tak memiliki sikap ambisi ingin memiliki seorang pacar yang popular dan kaya raya mungkin segala yang dialaminya sekarang tak menjadi sebuah musibah. Nasi sudah menjadi bubur. Apalah daya semua kejadian sudah terjadi dan tak bisa lagi dielak taupun dihindari.
Semuanya tinggal renungan dan penyesalan bagi diri Karin dalam mengahadapi masa depan.