Sammy mengeluarkan keringat disekujur tubuh, kulitnya terasa dingin dan lemah, beruntung dadanya masih bernafas stabil meskipun matanya sudah tidak bisa terbuka,
Reisa bingung melihat kondisi sammy. Tangan kanan reisa pelahan penyeka keringat yang mengucur membasahi baju sammy. Apa dia akan baik-baik saja? Tubuh sammy sudah terbaring diruang kesehatan. Reisa duduk termenung menunggu sammy sadar. Rasa bersalah menyelimutiku, andai saja kalung itu tak kuperlihatkan padanya, benda itu yang menjadi penyebabnya, kenapa ia bisa pingsan setelah melihatnya? Setelah melihat foto yang tertempel diliontin itu dia langsung tumbang.
"Sem gawat…", nazil membawa kabar berita, suaranya bernada sangat panik saat menerobos ruangan kelas sammy, tanpa menghiraukan dosen pengajar dikelas semmy, nazil berlari masuk tanpa permisi.
"Apaan?!", sahut semmy mengarah pada nazil. Pak adnan berdiri bertolak pinggang meradang menyemprot nazil. "Kamu anak mana? Kenapa main masuk tanpa permisi".
Nazil bersikap kikuk cengingisan menanggapi pak adnan." Maaf pak darurat", kilahnya.
"Cepat keluar?!", bentak sang dosen.
Nazil taka da pilihan selain mengikuti suruhan pak adnan, saat melangkah keluar gestur tubuh nazil masih sempat memberikan kode dari kejauhan, semmy melihat gerakan mulut nazil.
"Jangan bikin keributan disini, cepat keluar", bentak kedua pak adnan mengusir nazil.
Tangan nazil bergerak menyuruh semmy cepat keluar. semmy mengerti gerakan arahan temannya.
Badan semmy sedikit membungkung minta maaf pada pak nazil lalu kaki nya bergerak lari membuntuti nazil keluar kelas.
"Semmy... berhenti…", teriakan pak adnan tak disahuti semmy sama sekali. Tak hanya sekali dua kali semmy selalu berulah dikelasnya.
Kekacauan itu membuat pak adnan harus semakin mengawasi semmy.
Tak ada yang bisa menghentikan semmy bila sudah menyangkut akan adik semata wayangnya.
Nazil culasan bibir mengungkapkan, sammy pingsan. Hal itu cukup membuat semmy cemas.
"Sammy?", reisa sedikit lega melihat pergerakan badan sammy ada tanda-tanda siuman. Mata sammy pelahan terbuka. "Reisa?"
"Apa kau baik-baik saja?", tanyaku masih agak panik, tubuh sammy berusaha bangkit meskipun agak dipaksakan. Reisa membantu menegakkan punggung sammy.
"Apa kau perlu sesuatu?" ,tanyaku.
Sammy menggelengkan kepala pelan. "Apa yang terjadi?", tanyanya tak mengingat apapun.
"Kau…tiba-tiba pingsan sam", jawabku menceritakan berulang.
"Benarkah?" sammy mengatur nafas, wajahnya menunduk lesu.
Sammy mencoba mengingatnya. "Liontin itu?!", bisiknya teringat. Reisa seperti takut bila kembali menunjukkan kalungnya pada sammy.
"Mana kalung itu?", tanya sammy lirih memandang reisa dengan sorot mata melas.
Reisa merogoh tasnya lalu menyerahkan lagi kalungnya pada sammy.
Tangan sammy menerimanya dan buru-buru melihat liontin dikalungnya.
"Mama?" berdesir ucapan itu keluar dari mulut sammy sampai reisa pun tak bisa mendengar.
Sorot mata sammy beralih seketika memandang foto ditelapak tangannya.
"Apa kak sem tau aku ada disini?"
"Kau ingin aku panggilkan semmy", reisa bersiap membalik badan menuju keluar tapi dengan cepat tangan sammy menarik tangan reisa menghalangi. "Jangan…"
Reisa gugup saat merasakan tangan dingin sammy menempel kulitnya. Sammy menyuruh reisa duduk disisinya. Reisa memberanikan diri. "Ada apa sam?", masih tak melepaskan tangan dari reisa, sammy masih terpaku pada kalung ditangannya.
"Boleh minta tolong", gumamnya lirih. Kuanggukkan kepalaku pelan tanpa bersuara.
"Tolong rahasiakan masalah ini dari kak sem"
Genggaman tangan sammy terasa gemetar meremas tanganku yang tegang. Baru pertama kali kulihat dia begitu lemah tak berdaya. Tatapannya yang kosong saat memandang liontin hati itu seolah sedang memikirkan sesuatu.
"Jangan khawatir sam, aku akan merahasiakannya dari semmy"
Tangan sammy terlepas dan menyibak samping rambutku, mendekati tubuhku, keteganganku semakin bertambah saat kalung itu dipakaikan sammy dileherku, tubuh sammy hanya berjarak beberapa senti saja dari tubuhku, kutahan nafasku agar dia tak merasakan getir nafas dalam kegugupan yang tak bisa kusembunyikan. "Apa ini sam?" Kalung itu sudah melingkar dileherku.
"Bisakah kau menjaganya untukku?", sahut sammy lagi.
"Kau…ingin aku menjaga kalung ini?"
Mata sammy berkedip sekali. "Tapi ini barang berharga milikmu", merasa tak enak.
"Itu sudah kuberikan padamu", tuturnya.
Aku memegang liontin berbentuk hati sudah tergantung dekat dadaku, kuberanikan diri lancang bertanya akan gambar yang tersimpan.
" Boleh kutau foto siapa yang ada didalam liontin ini?", kutanyakan pelan saat masih berada disebelahnya.
"Foto mamaku", bisiknya sangat pelan. Telingaku masih bisa menangkap ucapan sammy. Foto pasangan kedua orang tuanya. "Jadi ini foto mamamu? Berarti laki-laki sebelahnya adalah papamu? Pasangan yang sangat serasi", sanjungku mengingat dua orang yang ada difoto termasuk perempuan cantik dan lelaki tampan, wajah tampan nya bahkan sungguh mirip dengan sem dan sam.
Sammy memegangi kepalanya, sedikit rintihan rasa sakit keluar dari mulutnya. Reisa refleks berdiri bergeser dari sammy, tak menduga kata-kata reisa akan membuat sammy kena serangan kembali.
Suara pintu terbuka dibanting keras, menyusul dua orang masuk tergesa-gesa dalam ruang Kesehatan.
"Sammy…", reisa tersentak akan suara kemunculan semmy berteriak menuju sammy.
Sang adik Kembali dalam keadaan tak stabil. "Sam…loe tak apa-apa?"
Adiknya masih memegang kepala kesakitan. "Tenang sam…kakak disini" semmy berniat ingin menenangkan sammy sambil mendekap badannya. "Menjauh dariku", sammy mendadak menggila menyingkirkan semmy.
Kedua mata reisa menyaksikan kekacauan kondisi sammy, pemuda yang biasa tenang berubah menjadi brutal dan tak terkendali.
Reisa tak menyangka sammy akan mengalami tekanan hinggan membuat jiwanya tak stabil. Semmy pun tak sanggup membuat sammy tenang.
"Zil…"
"Apaan?!", nazil ikut terpengaruh panik bediri disebelah semmy.
"Tolong jagain sammy sampai gue kembali", ketakutan semakin bertambah. "sem…loe mau kemana?", teriakan nazil sia-sia.
Tanpa banyak kicauan semmy keluar ruang kesehatan meninggalkan aku dan nazil ditengah keberadaan sammy. Tak adakah yang bisa kulakukan? Situasinya sungguh buruk.
"Sammy…"
"Hey…jangan sentuh sammy", nazil melarang reisa mendekati posisi sammy.
"Sammy dalam keadaan tak baik sekarang jadi jangan mengusik dia", pinta nazil.
"Apa sammy sering seperti ini?"
Nazil menundukkan kepala memandang sammy kacau." Entahlah, itu hanya semmy yang tau"
Reisa menahan diri diposisinya, gelagat nazil tak jauh berbeda sama seperti dirinya. Heran dan tak tau apa yang sebenarnya terjadi.
Semmy berlari cepat menuju ruang ganti anak basket, membuka sebuah loker mengambil barang berupa kantong kain berwarna hitam yang merupakan wadah sebuah obat.
"Maaf sam gue harus ngelakuin ini sama loe", gumam semmy sambil meremas erat obat ditangannya.
Tak mengulur waktu semmy bergegas berlari kembali menuju ruang kesehatan.
Reisa bernafas lega melihat semmy kembali. Semmy buru-buru membuka kantong berwana hitam itu mengeluarkan sebuah suntikan dan cairan berwarna putih didalam botol kecil.
"Sem…loe mau ngapain?!", tanya nazil agak merinding. Tangan semmy sedikit gemetar mengeluarkan cairan itu dari botol menggunakan alat suntik. Reisa berdiri mematung tak bisa berkomentar.
"Zil pegang tangan sammy", seru semmy. nazil langsung bergerak mengikuti arahan semmy.
Semmy dengan sangat hati-hati lalu menancapkan jarum suntik disalah satu tangan sammy yang dipegang erat nazil. Sammy berusaha memberontak tapi nazil menahan pergerakan tubuh sammy juga. Cairan putih itu sudah berhasil masuk.
Pelahan tubuh sammy melemah dan tergeletak lemas, rasa sakit yang dialami sammy mulai mereda sampai akhirnya sammy pingsan lagi tak sadarkan diri.
Semmy mengatur nafasnya ngos-ngosan saat setelah beberapa detik sammy pingsan semmy ikut melemas ambruk dilantai menatap adiknya dalam kondisi terburuknya membuat tekanan besar untuk dirinya juga.
"Sem…loe gak pa-pa?", penuh perhatian nazil membantu semmy berdiri bangun. "Apa yang sebenarnya terjadi sama sammy?", tanya si nazil.
"Dia sudah tenang, setidaknya untuk satu jam kedepan", sahut semmy.
Semmy melupakan disana ada reisa berdiri diantara dirinya dan nazil. Gadis itu melihat semua yang terjadi pada sammy, saat ini mungkin reisa juga mengalami ketegangan akibat kejadian yang baru disaksikan didepan matanya.
"Reisa..."