"Ra…loe udah selesai tugas Bahasa inggris, gue pinjem catatan punya loe dong"
Ami teman sebangku kira panik belum mengerjakan tugas dari bu sarah sang guru Bahasa inggris, kira yang jago bahasa inggis selalu jadi pelabuhan ami untuk mencontek segala tugas yang diberikan bu sarah. Kira melamun. Tak ada respon.
"Ra…loe dengerin gue gak sih?!", teriak ami bersuara keras ditelinga kira. "Apaan sih?!", bentak kira balik.
"Loe ngelamun ya? Lagi mikirin apaaan sih?", tanya ami sambil mengeluarkan buku tugas dari dalam tasnya.
"Gue lagi gak bisa diganggu", sewot kira malas. Tak ingin membahas pekerjaan rumah bu sarah.
"Jangan gitu dong ra, tugas gue ini lebih penting loh", mohon ami merajuk membujuk kira. Kedua tangan dilipat sembari muka memelas. Tak tega melihat teman sebangkunya sengsara. Ditahan sejenak kira mengubek-ubek dalam tas mencari buku Bahasa inggris miliknya.
"Nih yang loe mau", kira menyodorkan bukunya pada ami. Kegirangan ami saat menerima buku kira." Aaggh…makasih, tanpa melewatkan kesempatan ami langsung menyalin tugas dari bu sarah. Disela Focus menulis tugas kira bertanya pada ami. "Loe dulu pernah bilang mau cerita sesuatu tentang rega sama gue kan"
Ami yang panik tak menghiraukan perkataan kira. "Mi?! Loe dengerin gue gak sih?!", sikut kira minta perhatian ami.
"Ehmm…iya gue dengerin", sahut ami masih sibuk menulis buku tak melihat kearah kira.
"Loe mau bilang apa? Coba sekarang gue mau denger"
Tangan ami memegang pena diangkat, "Bentar…tinggal sedikit nih setelah selesai ntar gue ceritain, okey"
Kira mencoba bersabar mengiyakan temannya itu, beberapa menit mengetuk-ngetuk jari telunujuknya ke meja menunggu si ami selesai dengan tugasnya.
"Oke…selesai…", lega ami mengoreksi sedikit bagian-bagian yang kurang lalu menutup buku bahasa inggrisnya.
"Oke loe tadi mau tau tentang apa, karena gue udah dapet apa yang gue mau jadi loe bisa nanyain apapun sesuka hati loe", bersikap adil ami mempersilahkan kira meminta apapun yang ia inginkan.
"Kebiasaan buruk loe", hujat kira menepuk buku bahasa inggrisnya ke kepala ami. Temannya itu tak melawan malahan bersikap cengingisan.
"Ceritakan apapun yang loe tau tentang rega", pinta kira.
Ami celingukan ragu. Menimang-nimang permintaan kira. "Kenapa diem? Ayo cepetan ngomong", serang kira tak sabar ami yang tak segera bercerita.
"Loe yakin mau tau ra, karena mungkin loe bisa sakit hati dengerin cerita gue ini"
Kira makin dibuat tak tenang. "Yakin…cepetan cerita jangan bertele-tele"
Ami menyuruh kira membesarkan hati, "Oke gue cerita, gini loe kan ceweknya rega, semua murid disekolah tau gimana kwalitas rega" ami bergerak mengisyaratkan,"tanda kutip tentang yang baik-baik tapi loe tau gak akan sisi rega yang dalam tanda kutip buruknya"
Kira menggeleng tak tau apa-apa.
"Rega itu punya tempramen buruk kalau diluar sekolah, suka berkelahi dan minum-minum, semua cewek yang tergila-gila pada rega selalu dijadikan ceweknya dan loe tau mantan rega yang bernama Karin, dia cewek terlama rega sejak duduk dikelas satu, gue awal syok sih loe bisa gantiin posisi karin dihati rega padahal si Karin itu satu-satunya cewek yang bener-bener disukai rega meskipun si rega masih suka main-main sama cewek lain"
Kira merenung mengira-ngira semua cerita yang keluar dari mulut ami.
"Apa selama ini loe gak tau akan semua itu?"
Kira menggelengkan kepalanya dan mengangkat telapak tangannya didepan muka ami. "Cukup mi, gue udah terlalu banyak mendengar", kira memalingkan muka tak percaya akan semua kisah rega.
"Ra...Katanya tadi loe gak bakal sakit hati, ujar ami khawatir. "Loe ga pa-pa kan? Kalau loe gak percaya sama cerita gue, loe bisa bertanya sama si Karin, dia pasti sangat mengenal rega, secara mereka sudah berhubungan lama"
Falsback kira ingat akan kakaknya berkata tak menyukai rega menuding rega bukan cowok baik yang bisa dijadikan teman dekat. Kira terus menutupi keburukan rega dan merasa reisa salah sangka akan keburukan sikap rega. Sekarang salah satu temannya juga membuka mata kira untuk melihat kepribadian rega yang sebenarnya.
Reisa menguap, mata nya serasa berat, rasa ngantuk menyerang saat menatap lama layar laptopnya. Beberapa kali kepalanya ingin terjatuh tapi masih mencoba bertahan.
Sammy mengawasi tingkah reisa, gadis itu kelelahan.
"Kau boleh berhenti sebentar untuk istirahat"
"Enggak…aku hanya bosan saja"
Sammy senyum mengejek. "Bola matamu sudah terlihat tak berdaya"
Reisa mengaca dilayar ponsel miliknya. "Benarkah?". Reisa tergopoh, mengoreksi begitu jelekkah mata panda yang ada dibawah matanya.
Sammy berdiri dari kursi lalu berpindah kursi disamping reisa. "Kenapa kau pindah?", selidikku.
Kepala reisa ditarik sammy disandarkan kepundaknya, reisa salting akan tindakan sammy.
"Sam…kau gak perlu…, kepalaku kuangkat tapi tangannya malah menaruh kembali kepalaku dipundak.
Dengan muka datar."Tidurlah sebentar", suruhnya. Kepala sammy menoleh memandangku. "Lain kali aku tak akan meminjamkan pundakku cuma-cuma padamu", tambahnya.
Reisa ragu-ragu dan ingin tersenyum tapi ditahan. Sikap kaku dan cuek sammy tetap tergambar dari sikapnya yang masih bisa perhatian. Jantung dalam dadaku seakan tak bisa terkontrol. Aroma harum yang keluar dari tubuhnya membuatku tertarik untuk tak menolak sikap baiknya. Reisa pelahan menikmati kenyamanan yang ditawarkan sammy.
Sandaran ternyaman yang pernah kudapatkan, apa karena aku kelelahan atau pundaknya memang begitu nyaman. Tak kuasa mataku mulai tertutup tak sadar, baru kurasakan bersandar dipundak cowok itu ternyata sungguh menenangkan. Semenjak kenal si kembar ada beberapa inspirasi yang bisa kupetik untuk dijadikan sebuah cerita fakta menarik tentang segala kemilau dunia mereka. Begitu menarikkah dunia mereka?
Sammy mengatur nafasnya. "Sial…aku jadi gak bisa konsentrasi". Sammy menutup laptop yang ada dihadapannya. Dengan perasaan agak malu-malu memalingkan kepalanya menatap wajah reisa dari dekat, reisa menutup mata, hidung mungil dan bibir berwarna pink memikat, tarikan nafasnya bisa terdengar ditelinga sammy. Ketidaksadaran reisa membuat sammy menelan ludah gugup. Gadis manis itu memenuhi pandangan matanya, rasa tegang menjalar ditubuh sammy. "Kendalikan dirimu sam…" Tak kuat, sammy berusaha menekan hawa nafsu dalam dirinya. "Jika terlalu lama seperti ini aku bisa memakannya hidup-hidup", keluhnya sambil membuang nafas.
Sammy melirik leher reisa yang memakai kalung pemberiannya, sedikit melamun teringat foto yang ada didalam liontin. Tiba-tiba rasa sedih muncul dalam hatinya. Terlalu sibuk akan perasaannya, sammy sampai melupakan keberadaan reisa. Pemuda itu selalu mengingat akan sesuatu bila melihat liontin itu.
Kepala reisa tergerak akan terjungkal, sammy tersentak dan reflek menahan kepala reisa, tanpa sengaja, telapak tangannya secara kebetulan menempel di bibir mungil reisa. tak bisa bergerak, sammy merasakan sensasi lembut disekujur tangannya. Bibir reisa yang kenyal sudah menusuk telapak tangannya. Ingin sekali membangunkan tubuh reisa tapi tak dilakukannya. Sammy mematung tak berdaya.
Beberapa detik reisa terbangun dengan sendirinya dan beruapaya menyangga kepalanya sendiri, sammy buru-buru menarik telapak tangannya dan bersikap tenang seperti tak terjadi apa-apa.
"Sam…apa aku tidur terlalu lama", bangkit reisa. "Maaf sudah menyusahkanmu", gumamku masih diserang rasa ngantuk.
Sammy mengepalkan tangan kanannya agak gemetar karena grogi. "Aku…harus pergi sebentar", timpal sammy.
"Kemana?", selidikku. "Mau pergi kemana?", reisa merasa ada yang aneh pada sammy. Sikap pemuda itu kelabakan tak memandang reisa buru-buru ingin pergi.
"Ke toilet", jawabnya singkat.
Sammy bangkit dari kursinya bergegas keluar perpustakaan. Reisa menduga sammy pasti sedari tadi menahan diri ingin ketoilet, reisa merasa sedikit tak enak hati karena kelakuannya yang lancang bersandar dipundak sammy diwaktu yang mungkin cukup lama.
Sammy mencuci muka diwestafel luar kamar mandi, didepan cermin dirinya merenung.
"Kau pasti sudah gila sam…", gumamnya sendiri seperti orang tolol. Sammy meneliti tangan yang sudah menyentuh bibir reisa, disana ada garis samar warna pink membentuk bibir tertinggal ditelapak tangannya, Sammy melongo melihatnya dan dalam keadaan setengah sadar pelahan mendekatkan warna pink itu berniat menempelkan dibibirnya.
"Sial…ini benar-benar menggangguku", diurungkan keinginan sammy. Kran westafel dihidupkan, sammy langsung mencuci tangannya sampai noda bekas lipgloss reisa hilang dari telapak tangannya.
Sammy melihat reisa memegang ponselnya menempelkan ditelinga asyik berbincang dengan seseorang, reisa menyambut kemunculan sammy lega. "Sam…untunglah kau datang"
"Ada apa? Siapa yang kau ajak bicara?", tanya sammy mengintrogasi. Reisa tak memutuskan panggilannya.
"Ini kira, dia sedang bertanya padaku dimana semmy, apa kau melihatnya?"
Tak langsung menjawab sammy malahan bertanya hal lain. "Kenapa kira mencari kak sem?"
"Entahlah…dia hanya bilang ingin ketemu semmy"
"Dia bisa mencariku kenapa mencari kak sem", gerutu sammy sangat lirih tanpa terdengar telinga reisa. "Sam…apa kau lihat semmy?" tanyaku lagi. Reisa masih menerima telpon kira menunggu jawaban sammy.
Sedikit dongkol sammy mengintip jam tangan lalu menjawab, "Jam segini kak sem tak dikampus, dia lagi kerja paruh waktu dikafe klasik"
Mode speaker ponsel reisa diaktifkan, kira berada jauh bisa mendengar informasi sammy.
Kira sangat mengenal tempat yang dimaksudkan Sammy.