"Reisa…"
Reisa tak merespon panggilan semmy. Terpaksa semmy harus mengoyak sedikit tubuh reisa yang mematung. Semmy menyentuh pundakku. "Reisa?"
Mulutku tak bisa berkata apa-apa akan goncangan yang sedang kulihat didepan mataku.
Kala itu mulutku ingin sekali bertanya, apa dia baik-baik saja? Namun bibirku mengalami kegagapan luar biasa hingga tak sanggup berkata apapun.
"Kau...baik-baik saja", tanya semmy padaku. Kepalaku Cuma mengangguk pelan.
Semmy menarikku keluar dari ruangan. Sementara nazil ditugaskan menjaga sammy yang masih pingsan.
"Kau mau ajak aku kemana sem?"
Semmy terhenti dan membalikkan badan padaku. "Kau mau ke kantin?", sahutnya sambil tersenyum basa-basi.
Semmy berupaya mencairkan suasana mencekam yang baru saja terjadi.
"Tapi sammy...
Guratan senyum yang keluar dibibir semmy seakan pudar. "Loe pasti terkejut melihat kejadian tadi", semmy menarik nafas Panjang. "Gue berharap loe masih mau berteman sama sammy"
Reisa mendengarkan.
"Sebenernya gue sangat gak suka saat ada orang lain melihat keadaan sammy yang seperti tadi"
"Apa dia sakit atau semacamnya?", selaku.
"Itu hanya suntikan obat penenang bukan narkoba atau obat khusus", semmy memahami arah perkataan reisa.
Semmy membuang muka, "Dia tak sakit, hanya saja dia tak bisa menerima hal-hal mengejutkan"
Reisa terdiam. "Gue bingung setelah sekian lama dia gak ngalamin guncangan, apa yang menyebabkan dia syok", semmy menerka-nerka.
Mulut reisa terkunci, teringat kejadian terakhir Sammy siuman dan mendadak kesakitan. kejadian itu berawal dari kalung yang ditemukan reisa, teringat janji yang diberikan pada Sammy, reisa terikat untuk tak membicarakannya pada orang lain.
"Apa loe tau kenapa dia pingsan?"
Kugelengkan kepalaku cepat. Pura-pura tak paham.
Semmy tak berusaha bertanya lebih dan mempercayai reisa.
"Gue seneng saat denger sammy bisa punya seorang teman", alihnya tiba-tiba. "Ya…meskipun itu hanya seorang", dibumbuhi senyum tipis.
"Apa sammy tak punya teman dekat?"
Agak berat semmy menjawab. "Enggak…hanya gue yang dia punya"
Reisa mengingat begitu banyak teman yang dimiliki semmy diluar. Dunia mereka sungguh berbeda. "Sammy orang yang sulit beradaptasi dengan orang lain, dia bahkan lebih suka mengurung diri dalam kamar ditemani sekumpulan buku-buku"
Reisa meraba dirinya sendiri. Aku pun sama seperti dia hanya bedanya dia terlihat seperti orang kesepian. Sikap kasar yang ditunjukkannya pun terkesan untuk menutupi kekurangan diri sammy selama ini. Nyatanya dia hanya seorang pemuda biasa sama seperti kakaknya.
"Tolong jangan jauhi sammy karena masalah ini"
Sorot mata semmy menjelaskan begitu banyak harapan padaku untuk adiknya.
"Apa...yang kau katakan sem? Tentu saja aku gak akan ngelakuin hal itu", jawabku meski sedikit kurang yakin. "Syukurlah..."
Semmy mengeluarkan senyum lega, tanpa sengaja tangan semmy berada diatas kepalaku, mengelus-ngelus rambutku seperti seekor kucing. Badanku kaku tak bisa bergerak.
"Makasih reisa"
Tak bisa kutahan mulutku serasa memberontak dan berucap.
"Hentikan sem…", dengan sengaja kujauhkan telapak tangannya dari kepalaku.
"Aah...sorry...gue kelewatan"
Jantungku terasa berdenyut lebih cepat akibat tindakannya, ia selalu melakukan hal seenaknya tanpa persetujuanku, setidaknya disana aku masih bisa berdiri tegak tak merasa lemas sampai pingsan dihadapannya.
Semmy selalu penuh kehangatan saat bersikap. Menurutku dia lelaki terlembut setelah ayah.
"Sem…", suaraku keluar dengan sendirinya lagi.
"Gue ngerasa kayak lagi sama adik cewek gue", tertawa ngakak ditengah saltingku.
"Adik cewek?", heranku. Tanpa terasa semmy mengatakan hal lain diluar topik pembicaraan.
"Kau punya seorang adik cewek?"
Sambil mengangkat jari telunjuk dibibirnya, semmy mengatakan "Ini rahasia"
Kalimat terakhirnya membuatku lebih penasaran daripada rasa penasaranku tentang kondisi sammy. Si kembar memiliki adik perempuan, aku bahkan belum pernah sekalipun mendengarnya dari mulut sammy.
****
Kesadaranku mulai hilang, sebuah rahasia yang masih dalam teka-teki di isi kepalaku, bila kenyataan tak sebanding dengan apa yang kupikirkan mungkin saja hatiku bisa kecewa bahkan hancur. Haruskah ku melangkah lebih jauh untuk mengungkap segalanya? Atau lari dari kenyataan yang sesungguhnya.
Semmy mendengar suara biola dimainkan dikamar sammy. Suara merdunya mampu memikat hati seseorang yang tak suka dengan music. Semmy mengintip dari balik pintu kamar sammy yang sedikit terbuka, terdengar suara lantunan lagu sadness and sorrow dimainkan dengan biola yang menyayat hati. Memainkan dengan penuh perasaan. Semmy memahami arti dari senandung yang sedang dimainkan adiknya. Kakinya memberanikan diri untuk masuk kedalam kamar, berdiri memandang tak jauh dari sammy sedang menikmati permainan biola sambil menutup mata. Tak ingin mengganggu semmy mematung ditempatnya. Nada lagu selesai sammy pelahan membuka mata dengan tatapan kosong.
Suara tepuk tangan semmy membuyarkan angan-angan.
"Sejak kapan kau ada disini", sedikit terkejut akan kehadiran kakaknya.
"Maaf kalau gue ganggu loe", sahut semmy balik.
Sammy mengemas biolanya kedalam wadah kotak biola. Menempatkan benda kesayangannya disudut sebelah tempat tidur.
"Permainan biola loe gak pernah gagal meskipun setelah sekian lama loe gak memainkannya,", semmy meneliti biola sammy dari dekat. "Apa benda ini sangat patuh kemauan loe?"
Sammy tak membalas lelucon garing kakaknya. Semmy memperhatikan adiknya sangat acuh.
"Ada apa?", tanya semmy lagi.
"Apanya?"
Semmy menyentuh kotak biola, "Gue tau loe mainin biola hanya pada saat hati loe ngerasa sedih atau gelisah"
Sammy tak menyangkal ucapan kakaknya.
"Apa ada sesuatu yang terjadi?"
Sammy mengingat dirinya tersadar bangun diruang Kesehatan tanpa penjelasan apapun dari kakaknya begitupun sebaliknya.
"Gue gak bertanya bukan berarti gue gak ingin tau sam, penyebab loe terbaring diruang Kesehatan tempo hari"
"Lupakan…aku hanya sedikit kelelahan", pungkas sammy.
Semmy merasa adiknya menyembunyikan sesuatu hal yang sebelumnya sudah terjadi.
"Benarkah itu yang terjadi? Gue juga saat itu bertanya pada reisa tentang apa yang terjadi tapi dia seperti pura-pura tak mengerti"
Sammy membisu. "Ada apa? Apa yang terjadi kakak ingin tau sam?!"
Melihat tingkat sang adik semmy menarik sammy dan saling berhadapan bertatap muka sangat dekat. Semmy melihat sorot mata sammy.
"Tak ada apa-apa", jawab sammy meyakinkan.
Semmy tak mendesaknya lagi sekeras apapun bertanya dia tak akan mendapatkan jawaban . "Oke…kakak gak akan bertanya lagi, kakak akan cari tau sendiri sam"
Semmy tak memperdebatkan lagi dan keluar kamar tanpa keberatan. Sammy bisa bernafas lega setelah kepergian semmy. Semua kejadian yang telah terjadi tak mungkin ditutupi sammy selamanya dari sang kakak. Suatu saat semmy pasti akan tau rahasia yang selama ini sammy sembunyikan.
Masa lalu yang terus menhantui dan mengikuti sammy setelah sang mama telah tiada menyebabkan sebuah tekanan dalam dirinya sampai akhirnya sammy tak bisa mengendalikan segala emosi dan rasa ketakutannya selama ini tak pernah sekalipun diperlihatkan pada orang lain termasuk sang kakak.
Apa yang sebenarnya kau sembunyikan? mama.