Chereads / Semua TentangMu / Chapter 38 - Rahasia 1

Chapter 38 - Rahasia 1

Reisa merenung sejenak saat adiknya kira bertanya diantara semmy dan sammy siapa yang lebih dia sukai, semmy dengan sikap ramah dan tingkah asyiknya atau sammy yang kaku dan misterius.

"Yaelah…kok malah ngelamun sih kak", gertak kira mengguncang badan sang kakak.

"Kenapa kau tiba-tiba bertanya seperti itu", sewot reisa.

"Enggak apa-apa sih, aku cuma penasaran siapa yang lebih kak reisa pilih", jawab kira enteng menengok wajah reisa dari samping.

Reisa balik menatap adiknya dengan serius. "Yang jelas gak ada yang kusukai dari mereka berdua"

Kira gelagapan mendengar kalimat masuk akal sang kakak. "Serius?! Kak reisa gak becanda kan", tekan kira mendekap kuat tubuh reisa. Reisa melototkan matanya tanda kebenaran.

"Kenapa?" tanya kira masih tak puas, melepaskan pelukan dari kakaknya.

"Apa mereka berdua gak baik?"

Kepala reisa menggeleng. "baik"

"Apa mereka sangat disukai dikampus"

"Sangat"

"Apa mereka kakak beradik yang akur"

"Tentu saja"

"Apa mereka punya kekasih?"

Reisa sedikit berpikir. "Sepertinya tidak"

"Benarkah?", heran kira.

Terjadi kuis tanya jawab beberapa detik, reisa masih fokus dengan pekerjaannya terus menimpali kira yang terus saja melemparkan pertanyaan seputar sikembar.

"Apa bedanya kak sem dan kak sam?"

"Semmy itu sikapnya lebih cenderung ramah sedangkan sammy agak dingin dan ketus"

"Kak rei lebih respeck sama siapa?"

"Semmy"

Reisa terbuai pertanyaan beruntun kira tanpa sadar nyeplos nama semmy. Kira bertepuk tangan menggoda lagi. "Wah…sepertinya kita sudah dapat pemenang"

"Kira hentikan…, kau membuat kakak jadi tak bisa konsentrasi", kesal reisa membanting bukunya diatas meja.

Reisa tak bisa mengerjakan tugasnya dengan benar akibat ocehan kira, sedikit melamun menatap buku ditangannya berakhir melepas nafas panjang dari mulut reisa.

"Dunia mereka tak sama dengan kita, mereka berdua bukan orang biasa, mana mungkin kakak bisa menyukai salah satu dari mereka", celetuk reisa lagi. Disela renungan entah kenapa reisa malah terlukis wajah sammy dibayangan otaknya.

"Alasan yang sungguh kuno sekali"

"Kira…kau gak dengerin kakak?!"

Kira malahan sengaja menutup telinga agar tak mendengar alasan dari reisa.

Reisa merasa pusing meladeni tingkah adiknya.

"Kak reisa berbohong soal kak sammy itu dosen dikampuskan"

Mulut kira dibungkam agar tak membahas tentang soal itu.

"Jangan bicarakan itu, awas kalau sampai ayah tau", ancam reisa, kepala kira mengangguk setuju.

"Apa benar kak sammy pembimbing kakak?", mulut kira tak berhenti nerocos lagi setelah bungkaman mulutnya terlepas.

"Sammy emang pembimbing kakak, dia juga mahasiswa di kampus"

"Benarkah kak sam sangat jenius?"

"Tentu saja…dia itu spesies langka didunia ini", refleks reisa. Kira melongo kaget ternyata diam-diam sang kakak juga sangat memperhatikan sammy.

Reisa tersenyum." Lebih dari itu dia mahasiswa paling jenius diangkatannya"

"Waaw…Aku mulai suka kak sammy", alih kira.

Reisa melihat rubik tergeletak diatas meja, sedikit melamun. Kira memergoki kakaknya memandang mainan didepannya. "Apa rubik ini milik kak sammy?"

"Iya…dia memberikannya padaku"

Bibir reisa mengembang tersenyum tanpa sadar. Kira mendapatkan jawaban dari segala yang ingin diketahuinya. Badan kira bergerak meninggalkan kamar reisa tanpa ada pertanyaan lagi yang keluar dari mulutnya.

Ponsel sammy berbunyi tanda satu pesan masuk. Sammy meraih ponsel yang diletakkan di dashboard mobil, tanpa menghentikan laju mobil ia mengutak-atik layar handpone sambil menyetir dengan menggunakan satu tangan kanan. Satu pesan masuk tertera dari reisa. beberapa detik membaca isi pesan sammy mengeluarkan senyum dibibir, tanpa mengulur waktu melajukan mobil lebih cepat dari sebelumnya.

Reisa mengirim pesan ingin bertemu diperpustakaan seperti biasa, tempat yang selalu dibuat pertemuan, setelah kunjungan kerumah reisa sammy tak mendengar kalimat apapun yang keluar dari bibir reisa kecuali ucapan terimakasih. Menunggu reisa bahkan tak menghubunginya sama sekali meskipun melalui telepon. Rasa was-was sammy sekarang sudah hilang setelah membaca pesan dari reisa.

Sammy masuk parkiran secepat kilat, buru-buru keluar dari mobil, bergegas lari menuju ruang perpustakaan.

Reisa menengok bolak-balik jam tangan dipergelangan tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul 9 dan sammy tak juga kelihatan batang hidungnya.

Dari arah jam 3 sammy sampai perpustakaan, pemuda itu berhenti ditengah pintu merapikan penampilan, membenarkan bajunya yang kusut dan mengatur nafas agar tidak tampak kacau setelah berlari dari parkiran sampai ke perpustakaan. Reisa sudah berada ditempat duduk yang biasa dibuat pertemuan mereka.

"Maaf lama", sambar sammy tiba-tiba dihadapan reisa.

"Ada apa denganmu", kulihat dia agak berantakan tak seperti biasanya.

Reisa menatap keringat sammy bercucuran dari kening dan lehernya, rambutnya juga sedikit acak-acakan. "Kau habis jogging?" tanya reisa lagi. Sammy panik memeriksa penampilannya. Ditengah sibuk merapikan diri reisa menyodorkan sebuah sapu tangan pada sammy. "Pakailah buat ngelap keringatmu"

Sammy menerima tanpa ragu menyeka keringatnya. "Makasih"

Sammy duduk ditempat favoritnya.

"Maaf sudah tiba-tiba menyuruhmu kesini, apa kau ada kelas?"

"Tidak…", jawabnya sambil melihat jam ditangan. "mungkin nanti siang"

Reisa berpikir masih ada kesempatan untuk berbicara.

"Ada apa kau ingin bertemu? Apa ayahmu mengatakan sesuatu?"

Tangan reisa mengibas-ngibas. "Enggak…ini bukan tentang itu", sangkalku.

"Lalu?", sammy mengintrogasi.

Reisa mengorek-ngorek tas miliknya mencari sesuatu, sammy memperhatikan ada sebuah botol berisi air didalam tas reisa. "Apa itu air minum?"

"Apa", tanyaku tak paham fokus pada isi tasku. Sammy tanpa izin reisa menarik botol minumannya dari tas reisa. "Eh…? Apa yang kau ambil"

"Minta sedikit", tanpa pikir Panjang lagi dalam posisi kehausan setelah berlarian sammy langsung meneguk air yang ada didalam botol.

"Jangan diminum", larangan reisa terlambat.

Reisa tak bisa berkata-kata saat bibir sammy menyentuh lubang botol minum nya. Sammy menghabiskan semua air reisa.

Reisa menggaruk-garuk kepalanya kikuk.

"Maaf kuhabiskan, nanti kuganti", celetuk sammy enteng sambil melepas dahaga.

Reisa bereaksi tak biasa.

"Kenapa? Ini bukan arak kan?", gurau sammy mengangkat botol minumannya.

"Bukan sam, bukan itu masalahnya"

"Apa sih", sammy mengembalikan botol reisa tanpa merasa ada keanehan.

"Minuman itu kan bekas dari…, reisa tak sanggup mengungkapkan dan hanya menunjuk bibir dengan jarinya. Sammy syok seketika terbatuk-batuk lagaknya seperti tersedak minuman yang sudah ditelannya.

"Sam…kau tak apa-apa?!", reisa panik berdiri menghampiri sammy, memukul-mukul punggung sammy. "Apa kau butuh minum lagi?", tambahku.

"Enggak…aku baik-baik saja", sahut sammy menolak. Reisa menatapnya cemas dari dekat sammy malah salting fokus ke bibir reisa, bulu kuduknya merinding menelan ludah manis. Berpikiran tanpa sengaja secara tak langsung bibir reisa sudah mengenai bibirnya, menerawang jauh sammy terbayang hal yang sensitive.

"Benar kau tak apa-apa?", tanya reisa lagi.

"Ah… iya aku baik", sadarnya menyuruh reisa kembali untuk duduk. Reisa yang polos merasa agak bersalah karena kejadian barusan.

"Kau tadi ingin bicra sesuatu kan, cepat katakan", alih sammy masih rada salting.

Reisa kembali merogoh tasnya, benda yang dicarinya ditemukan.

"Ini…, aku mau memberikan ini padamu"

Sebuah kalung berliontin hati diserahkan reisa. "Apa ini?", tanya sammy tak paham.

"Ini kutemukan didalam rubik milikmu, sam", terang reisa. "Apa kau tak tau kalung ini ada dalam rubik itu?"

Kepala sammy menggeleng, tangannya menggamit liontin tanpa banyak bertanya.

"Ada foto seseorang didalam liontin hatinya", ucap reisa menyuruh membuka liontin.

Sammy mematung memandangi foto yang ada dalam liontin berbentuk hati itu, mendadak ia memegang dada sebelah kiri, menyentuh jantung.

"Sammy?", reisa berteriak, tubuh sammy tiba-tiba tumbang terjatuh dari kursi.

"Sam…kau baik-baik saja?!", reisa panik mengoyak-ngoyak tubuh sammy tapi tak ada pergerakan. Reisa mencoba menguping detak jantungnya. Terdengar denyutan masih bereaksi. reisa berusaha berteriak meminta pertolongan.

Orang-orang sekitar reisa langsung sigap membantu saat reisa berteriak meminta pertolongan. Tubuh sammy dibopong menuju ruang kesehatan tak sadarkan diri.