"Maaf aku...gak bisa sam", tolaknya. Reisa menolak pertemanan dari Sammy.
Sammy terpaku tak lagi menahan reisa bangun dari kursi lalu berjalan melewati sammy tanpa berbasa-basi lagi.
Sammy merelakan kepergian reisa.
Dalam hati reisa berkecamuk. Aku tak ingin melakukan apa yang disuruh semmy, menjadikan sammy teman untuk sebuah taruhan adalah sebuah kesalahan, walaupun sadar aku telah kalah taruhan, bagaimana aku bisa lari dari perjanjian yang sudah menjeratku sekarang.
Tangan reisa tiba-tiba ditarik paksa seseorang setelah melewati gerbang pintu ruang kesehatan.
"Semmy?!"
Pemuda itu menarik paksa reisa kasar.
Semmy dari awal berada dibalik pintu ruang kesehatan menguping pembicaraan antara reisa dan sammy. Segala pembicaraan mereka terdengar jelas ditelinga semmy.
Reisa diseret semmy seperti anak domba yang lulut. "Sem…kau mau bawa aku kemana?"
Tak ada sahutan. Semmy menggelendeng reisa jauh dari ruangan kesehatan.
"Apa yang kau inginkan?!", seru semmy langsung keinti permasalahan. lagaknya menunjukkan kekesalan
"Apa maksudmu sem", reisa pura-pura tak paham. Bola mata reisa berbinar ketakutan.
Semmy melepaskan genggaman tangannya, meredam amarah. "Sorry…gue harusnya gak bisa maksa loe temenan sama sammy"
Reisa bersalah mendengar ungkapan semmy, janji yang diucapkannya tak bisa ia tepati.
"Maaf sem aku gak bisa ngelakuin itu pada Sammy karena aku gak mau…"
"Gue tau loe pasti merasa syok karena kejadian tadi", potong semmy tak memberi kesempatan reisa menjelaskan.
"Gue juga gak nyangka sammy bakal bereaksi berlebihan seperti itu"
Prediksi yang luput dari pemikiran semmy, "Maaf rei… gue gak berhak menyuruh loe dekat sama sammy, gue gak akan maksa lagi, loe bebas menentukan apa yang loe inginkan". Secara tak langsung semmy memutuskan taruhan dan kesepakatan yang sudah ditentukan dari awal, menghargai reisa tanpa menekan apa yang sudah jadi keputusan gadis itu.
Reisa bergeming takjub untuk kesekian kali. Semmy yang brutal dan sammy yang dingin.
Tak kusangka saudara kembar itu mau bersikap bijak dengan meminta maaf disaat posisi mereka dipihak yang salah, rata-rata orang yang suka diagungkan akan memiliki sebuah kearogansian karena berpikir diri mereka merasa hebat, sedangkan mereka sebaliknya, awal aku mengenal mereka, disaat itu aku tau ada sebuah keistimewaan yang tak bisa digambarkan dalam diri mereka masing-masing sebagai orang biasa. Sem dan sam, mereka tak buruk untuk sekelas anak orang kaya.
"Kak reisa"
Kira mengejutkan kakaknya melamun didepan teras rumah. Reisa teriak menyentuh detak jantungnya terpacu kencang. "Kira ?!"
Sang kakak refleks memukul pundak kira. "Kau mengagetkan kakak"
"Aauu…sakit kak ?!", balas kira memukul kakaknya. " Kira apaan sih ?!"
Mereka berduel satu sama lain saling membalas pukulan. Kira tak sengaja menampel barang yang dicengkeram reisa.
"Apaan tuh kak ", kira memungut sebuah mainan jatuh tak jauh dari kaki sang kakak.
"Kira balikin ", reisa berupaya merebut kembali dari tangan kira, si adik malah menggoda menjauhkan mainannya. "Kira ?! jangan uji kesabaran kakak", ketus reisa. Terpaksa mengalah, muka masam kira menyodorkan mainan itu balik ketangan reisa. "Nih…dasar pemarah", nyinyir kira.
Reisa mengelap membersihkan mainan itu sedikit berdebu.
"Perasaan kak reisa ga punya benda kayak gitu", ulas pikiran kira.
Reisa tak menimpali ocehan adiknya. Melamun lagi memandangi rubik ditangannya.
"Apa sih menariknya mainan itu", keheranan kira memandang sang kakak terbius mainan yang menurutnya tak bernilai. sambil menampel rubik yang dipegang reisa hingga terpental jatuh ke lantai.
"Kira mainannya rusak ", panikku mendapati rubik itu terbelah sedikit ada renggangan menjadi dua, satu bagian sisinya sedikit ada celah.
"Apa sih kak orang tadi gak diapa-apain juga"
Reisa tergopoh makin tak tau harus berbuat apa.
"Gimana ini ? ini bukan milikku ", bingungku, disela kerisauanku kira merampas rubik itu lagi dari tanganku.
"Coba sini lihat". Kira sekuat tenaga membelah kedua rubik itu menjadi dua sisi.
"Kira apa lagi yang kau lakuin ?!"
" Wah…bagus banget kak", kira menemukan benda lain dari dalam rubik.
Sebuah kalung putih berliontin bentuk hati.
Reisa tercengang melihat tangan kira mengangkat kalungnya.
Tanpa persetujuan lagi kira mengotak-atik kalung.
"Kira berikan pada kakak", pinta reisa tak digubris. Kira membuka paksa liontin bentuk hatinya hingga terbuka menjadi dua bagian.
" Cantik banget nih cewek". Sebuah foto perempuan dan lelaki terpajang didalam liontin nya.
" Kira jangan lancang ?! kakak mau lihat, sinikan kalungnya", rampas reisa.
Kira menyodorkannya, reisa menerka-nerka foto siapa yang terpajang, seorang perempuan cantik bak bidadari bergaun putih dengan rambut panjang bergelombang, mata nya mirip si kembar (sem dan sam).
"Kak rei lihat ! cowok disebelahnya juga ganteng banget" komen kira menerka-nerka,
"Kayak ngingetin aku sama seseorang"
Pria disebelah wanita difoto itu terlihat gagah dan tampan memakai setelan jas berwarna hitam.
Reisa mengingat ucapan semmy bahwa begitu berharganya rubik yang diberikan sammy padanya. Sang kakak bahkan dilarang menyentuh rubik itu, didalam benda kesayangan sammy, kalung ini pasti sangat berharga.
"Itu milik siapa sih kak ?", kira meneliti kembali rubiknya, terdapat inisial S disalah satu rubik warna putih. "Huruf S ?! jangan- jangan ini punya kak sem", tebak kira sok tau.
Reisa tak ingin berdebat menyangkal.
"Oh…pantesan cowok yang ada didalam foto ngingetin aku sama kak sem ", kira dengan ulasannya sendiri.
Reisa setuju perkataan kira, lelaki dan wanita difoto itu pastilah kedua orang tua sammy. Persamaan dari keduanya menggambarkan karakter fisik yang dimiliki semmy dan sammy.
"Lalu mereka yang ada difoto siapa ? apa kakak tau ?", tambah kira.
Kita terus bertanya mempertanyakan hal yang tak bisa dijawab reisa.
"Kalian sedang apa ?", ardiansyah keluar menemukan kedua putrinya asyik mengobrol tentang sesuatu. Reisa cepat sigap menyembunyikan benda ditangannya. Kira memperhatikan tingkah sang kakak.
"Kita gak lagi ngapa-ngapain kok yah", sahut kira mengalihkan pandangan ayahnya.
"Cepat pergi mandi sudah sore", suruh ardiansyah.
Reisa yang pertama masuk menerima perintah sang ayah, diikuti kira dari belakang.
Keduanya tanpa membantah bergegas melaksanakan arahan ardiansyah.
Reisa buru-buru masuk bilik kamarnya.
Sekali lagi menatap beberapa detik liontin yang ditemukan dibalik mainan rubik sammy, foto didalamnya lebih menarik perhatian dari pada kalung mahal itu, terpikirkan reisa harus segera mengembalikan benda itu pada sammy. Mungkin saja cowok itu tak mengetahui bahwa didalam rubiknya terdapat sebuah kalung tersembunyi.
Reisa mengambil ponsel menatap layar handphone mencari kontak sammy, dirinya terbesit ide menghubungi sammy, nama sammy sudah tertera dilayar ponsel tapi jemari reisa sulit ingin menekannya. Kejadian dikampus hari ini mengingatkan penolakan ajakan pertemanan sammy pada reisa. Ia akan menjadi seorang gadis yang paling tak tau diri bila menghubungi sammy.
Reisa menahan diri mengurungkan niatnya dan menaruh ponsel kembali diatas meja.