Dimeja kamar reisa tergeletak buku bersampul kuning, didalamnya tertulis bimbingan dari sammy yang selama ini diam-diam dicatatnya, segala arahan sammy kutulis tanpa dia ketahui, otakku emang pas-pasan tapi apapun penjelasannya selalu bisa kuterima dengan baik, julukan jenius itu mungkin sangat cocok untuknya, karena dia jauh lebih baik dari pak handoyo dalam hal mengajarkan sesuatu. Reisa memeluk buku kuningnya. Apa keinginanku akan putus harapan?
Pak handoyoh agak kecewa karena keputusan yang kuambil, tak ada jalan lain atau akan ada orang lain tersakiti karena kedekatanku dengan sammy, dari awal kami memang tak saling kenal jadi untuk apa meneruskan hubungan yang dari awal memang tak ada jalinan. Sammy juga tak akan merasa kehilangan walaupun tak ada diriku disampingnya.
Sammy sengaja hadir dikehidupanku hanya sementara, jauh darinya bukan hal yang sulit untukku.
Sammy berjalan berpapasan dengan reisa, gadis itu hanya berjalan santai melewati dan mengacuhkannya tanpa bertegur sapa, reisa menghindar layaknya orang tak dikenal.
Sammy sudah melihatku keluar dari ruangan pak handoyo, dikantin dan perpustakaan, aku mencoba tak memperhatikan, mengacuhkannya adalah awal diriku ingin menjauh dari sammy. Melewatinya tanpa bertatap muka. Kenapa jadi hatiku yang risau?
Reisa sibuk mengerjakan tugasnya menulis sesuatu diatas buku bersampul kuning, menorehkan sebuah karangan tentang sebuah ikatan, pena nya terhenti, kesulitan untuk meneruskannya. Sosok sammy terbesit dipikirannya lagi. Andai saja dia ada disini, kesusahanku mungkin akan mudah bisa kuatasi. Seharian aku tak berjumpa seperti rasa kesepianku tak bersama shakira. Sadarlah! Ada apa denganmu, reisa.
"Aku ingin bicara sebentar"
Reisa mendongak melihat sammy mendatanginya, berdiri berwajah tanpa ekspresi seperti biasanya. Tak banyak bicara reisa buru-buru memunguti barang-barangnya diatas meja. "Maaf sam…, aku buru-buru masih ada kelas", tutur reisa tergopoh mengakhiri obrolan sammy tanpa bicara panjang lebar lagi.
Satu buku reisa tak sengaja terjatuh di kaki meja, kecerobohan reisa sering terjadi, tangan sammy memungut buku bersampul kuning milik reisa.
Sammy masih berpikiran positif mungkin ada kepentingan mendesak sampai mengharuskan reisa pergi tanpa mau bersikap basa-basi dengannya.
Sammy duduk dikursi tempat favoritnya, membuka buku reisa pelahan dan mencoba melihat isi didalamnya.
Perbedaan.
Sebuah perbedaan bisa saja menghancurkan ikatan kita bersama seseorang.
Kehilangan seseorang terdekat merupakan hal yang paling menyakitkan, dulu ibu meninggal karena sakit jantung, aku masih duduk di SMA dan kira masih disekolah menengah, selama ini aku berusaha menjadi seorang yang dewasa dan tak ingin jadi beban untuk semua orang, apalagi ayah, saat benar-benar memiliki seorang teman yang bisa mengerti diriku apa adanya, rasanya begitu sangat bahagia, Shakira selama ini tak pernah membuatku kesepian dan selalu menjagaku, bila berpikir suatu hari reisa akan kehilangan sahabatnya itu maka apa jadi Dirinya?
Aku selalu berdo'a pada tuhan semoga orang-orang yang kusayangi selalu mendapatkan kebahagiaan meski itu harus menukarkan seribu kebahagiaanku untuk mereka. yang kuinginkan hanya satu, bisakah mereka akan selalu bersamaku setiap putaran hari dimana kami masih bisa bersama? Tuhan tak memberi tau kapan umur kita usai, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya saat bersama mereka adalah satu hal yang harus kulakukan.
Goresan isi hati reisa dituangkan dalam buku.
Sammy membalikkan bagian sisi buku lainnya, semua berisi tentang bimbingan yang selama ini ia ajarkan pada reisa, gadis itu mencatatnya sangat detail sampai sammy terheran untuk membaca semua isi didalam bukunya, setelah puas membaca sammy menutup buku nya.
Gadis aneh itu sungguh ingin belajar mencapai harapan dan keinginannya.
"Reisa?"
Semmy melihat gadis itu sendirian melamun disekitar taman kampus, duduk termenung memikirkan sesuatu memainkan sebuah benda ditangannya, Semmy mencoba mendekatinya, "reisa…" tangannya mengibas-ngibas depan muka reisa. Kedatangan semmy tak juga dirasakan reisa, masih sibuk main rubik ditangan. Semmy menundukkan tubuhnya berjongkok melihat wajah reisa dari dekat. "Kau…melamun?"
Seketika mata reisa langsung terbelalak mendapati wajah semmy berjarak beberapa inci dihadapan wajahnya. "semmy?!"
Penampilan semmy hari ini memakai outfit berkemeja flannel dengan kancing tak ditutup dari atas sampai bawah beserta celana jeans yang sengaja disobek dibagian lutut. Menenteng tas ransel disatu sisi punggung.
Jantungku rasanya mengalami ledakan, untungnya aku masih hidup untuk tetap bernafas mengendalikan emosiku. "Sedang apa kau disini sam?"
Semmy mengulang ucapan reisa, "sam?"
Reisa salting mendengar panggilannya salah," Maksudku…sem, maaf…"
Semmy mengeluarkan senyum manis seperti biasanya, "Loe…sedang mikirin si sammy?", goda semmy.
Reisa gugup, "Eng…nggak…, aku gak mikirin sammy"
Semmy menyikut pelan lengan reisa naik keatas duduk disebelah reisa, "A…apa"
"Wajah loe mengatakan hal yang sebaliknya", ujar semmy lagi.
"Apa tergambar jelas diwajahku?"
Semmy tertawa keras, "Loe emang cewek unik, pantas aurel suka sahabatan sama loe"
Kegembiraan sangat jelas terbingkai diwajah semmy saat berbicara tentang Shakira.
"Loe pasti kesepian nungguin masa hukuman dia selesai", tambah semmy cengingisan.
"Aurel tiap hari mengirim pesan agar gue mengawasi loe biar gak sendirian"
Mendengar nama aurel disebut dari bibir semmy menarik rasa penasaran reisa untuk bertanya.
"Sem… boleh kutanyakan sesuatu?"
Kepala semmy mengangguk. "Kenapa kau memanggil Shakira dengan nama aurel?"
"Apa itu buruk? Gue lebih suka aurel"
Reisa menyetujuinya tanpa berdebat, "Apa kalian punya hubungan istimewa?"
"Hubungan istimewa", semmy memandangi langit lalu tersenyum tipis, "Hubungan kami rumit"
Reisa tak heran mendengar perkataan semmy, dari awal bertemu mereka seakan meiliki hubungan rahasia (tak semua orang tau), apalagi mendengar panggilan special yang diberikan semmy pada Shakira. "serumit itu kah?", tanyaku tak puas.
Kepala semmy hanya mengangguk bisu, "Sekarang giliran gue bertanya", Reisa menoleh "Apa?"
"Apa si aurel gak pernah bercerita tentang keluarganya padamu?"
Beberapa detik reisa terdiam, Shakira bahkan tak pernah mengajak bermain kerumahnya walaupun sebatas mampir, reisa menggelengkan kepala nya.
"Kami berteman lama tapi kami tak pernah membahas tentang keluarga masing-masing"
Semmy sedikit berangan-angan. "Apa ada masalah sem?"
"Enggak… gue cuma iseng tanya aja", sangkal semmy.
"Apa kau senang berteman dengan aurel?"
Reisa tersenyum ceria, "Bagiku dia istimewa"
"Syukurlah…gue jadi tenang kalau dia sama loe"
Reisa tertegun, semmy mengkhawatir kan Shakira? Hubungan rumit apa yang menjadi rahasia mereka? Aku tak mampu berani bertanya sejauh itu. Mulutku terkunci.
"Sammy…", teriak kakaknya menyadari sammy tak jauh dari sana mengawasi kakaknya dan reisa duduk berdua disekitar taman. Reisa terkejut ikut menoleh pada sammy.
Pemuda itu membidikkan matanya pada reisa, semmy melambaikan tangan memanggil mengajak sang adik bergabung, Langkah sammy acuh menghilang tanpa berbalik arah.
"Ada apa dengannya?", heran semmy. mata semmy melirik reisa murung menggenggam erat mainan ditangannya. "Kalian bertengkar?"
"Enggak…, kami baik-baik saja kok"
"Loe…pasti sangat kesulitan berada didekat sammy"
Reisa menjawab cepat, "Enggak juga", membuka genggaman tangannya, menatap mainan rubik yang diberikan sammy. Rubik bertuliskan inisial S disalah satu warna putih.
"Rubik itu? mirip milik sammy", ungkap semmy. Kepala reisa mengangguk pelan, "Ini emang milik sammy, dia memberikannya padaku"
Reisa tersenyum kecut, "Kau tau?! dia memberikannya agar aku tak banyak melamun"
"Benarkah? Reaksi semmy kaget, reisa merasa aneh, mengingat sikap yang ditunjukkan yuna juga serupa. "Kenapa?"
Tangan semmy meminjam rubik dari tangan reisa, disambut menyodorkan mainan itu, fokus pada inisal S yang tertera.
"Ini…benda kesayangan sammy", mata semmy terpaku pada rubik ditangannya.
"Gue sendiri bahkan tak boleh memegangnya meski hanya sebentar"
Reisa syok mendengar curahan semmy. kenapa benda itu diberikan padaku? Reisa teringat bayangan sammy memberikan rubik itu padanya, pantas waktu itu yuna sangat marah mengetahui rubik itu diberika padaku. "Reisa…"
"Ah...iya", semmy mengembalikan rubiknya pada reisa. "Bolehkah aku menyimpannya?", tanya reisa. Semmy memandang reisa lama sampai menggumamkan kata, "Bisa"
"Bisa?" reisa mengulang, semmy berkata seolah ada arti dibalik kalimatnya. "Maksudmu?"
Semmy tersenyum licik, "Tolong jaga sammy untuk gue"