Chereads / Kelut Cinta dan Benci / Chapter 10 - 10. Cerita, Zara dan Vira

Chapter 10 - 10. Cerita, Zara dan Vira

Tak terasa malam yang tenang itu berganti dengan pagi yang cerah untuk Zara. Inah membuka gorden berwarna hitam yang menutupi kaca yang ada di ruang keluarga itu. Setelah gorden tersingkap dengan sempurna, perlahan sinar mentari membangunkan Zara dari tidur nya yang begitu nyenyak.

Zara menarik nafas dalam-dalam dan membuang nya perlahan. Perlahan Zara membuka kedua mata nya dan lansung di sambut silau nya cahaya mentari pagi yang cerah. Zara tersenyum dan bangkit dari tidur nya dan kemudian langsung menuju ke kamar nya untuk mandi dan bersiap, sementara Inah sibuk menyiapkan sarapan untuk nya.

Zara menghidupkan shower dan langsung membasahi seluruh tubuh mulus nya di bawah guyuran air shower yang hangat. Zara menikmati setiap tetesan air yang menyentuh ubun-ubun nya sembari tangan nya menggosok-gosok lembut seluruh bagian tubuh nya.

Saat Zara menutup kedua mata nya di bawah guyuran air shower itu, Zara kembali mengingat akan apa yang terjadi pada Radit semalam. Bukan berfikir tentang siapa dan mengapa ia melakukan itu pada Radit, namun Zara berfikir mengapa baru sekarang ada orang yang memberi luka separah itu untuk Radit.

Zara berharap lain kali orang itu kembali lagi, tapi bukan untuk melukai Radit. Melainkan untuk langsung mengirim Radit ke nereka. Zara merasa begitu puas setelah akhir nya ia bisa melihat Radit terluka dan menderita, meski pun bukan tangan nya sendiri yang melakukan nya.

Zara menyudahi hayalan nya, ia mematikan shower nya dan langsung menggunakan handuk nya dan keluar dari kamar mandi untuk segera berpakaian untuk berangkat bekerja.

Setelah berpakaian, Zara duduk di sofa kamar nya yang menghadap ke jendela kamar nya untuk mengeringkan rambut panjang nya yang indah. Saat Zara sedang mengeringkan rambut nya, terlihat pemandangan indah dari rumah Vira yang berada tepat di seberang rumah nya.

Sejenak aktifitas Zara terhenti. Zara terhanyut dalam pemandangan indah yang dilihat nya hingga Zara tak sadar ia tersenyum sendiri sata itu. Melihat Vira dan seorang pria bertubuh tinggi dan tegap yang seperti nya itu adalah suami nya sedang asyik bermain dan bercanda bersama dua orang anak kecil yang menggunakan seragam sekolah di halaman depan rumah mereka, seperti nya mereka sedang menunggu bus sekolah datang untuk menjemput kedua anak nya.

Seketika tanpa di sadari air mata jatuh dan berlinang di pipi Zara, kenangan akan masa lalu nya bersama mendiang mami dan papi nya kembali teringat dengan jelas melihat kebahagian pada keluarga kecil Vira itu.

Zara kembali merasakan rindu yang begitu mendalam kepada mendiang kedua orang tua nya. Zara yakin, jika saat ini mereka masih ada beramaa Zara, tentu Zara tidak akan mengalami nasib buruk nya seperti saat ini.

"Non, sarapan sudah selasai, ayo kita sarapan, nanti non telat" suara Inah terdengar memanggil Zara dari balik pintu kamar Zara yang membuat hayalan Zara langsung terhenti.

"Iya bik, sebentar lagi aku turun" jawab Zara sambil menyudahi lamunan nya.

Zara langsung menyisir rambut panjang nya, tak lupa ia mengikat rambut nya dengan pita berwarna hitam yang sudah menjadi ciri khas nya. Tak berlama-lama lagi, Zara langsung mengambil tas dan hp nya dan langsung keluar kamar menuruni tangga menuju ruang makan.

Begitu sampai ruang makan Zara langsung memeluk Inah dan memberi wanita tua itu kecupan manja di kening nya, baru Zara duduk dan langsung menyantap sarapan pagi nya dengan lahap dan nikmat karna tanpa Radit di hadapan nya.

" Nanti sebelum ke klinik singgahlah kerumah sakit..... bukan untuk Radit, tapi untuk papa dan mama nya" kata Inah.

Zara diam tak bergeming mendengar apa yang dikatakan oleh Inah. Tidak mengiyakan namun juga tidak ada penolakan dari mulut nya, mulut nya hanya terus mengunyah makanan nya dan menelan nya. Setelah menyelesaikan sarapan nya Zara langsung berpamitan kepada Inah untuk berangkat kerja.

Zara mengeluarkan mobil nya perlahan dari garasi. Jika ada Kenedi sudah pasti semua mobil akan ia masukan ke dalam garasi, karna itu memang kebiasaan Kenedi yang tak suka melihat mobil terparkir di halaman depan rumah saat malam hari.

"Hey mbak! Mau kemana kamu?" tanya Zara kepada Vira yang dilihat nya berdiri di depan pagar rumah nya dengan berpakaian rapi seperti akan pergi.

"Hey Ra, aku mau ke rumah sakit Kasih Ibu" kata Vira menjawab pertanyaan Zara.

"Oh yauda, ayuk bareng deh, tujuan kita sama persis soal nya!" ajak Zara.

Vira pun lansung menganggukan kepala nya dan berlari menyebrangi jalan menuju mobil Zara dan langsung masuk ke dalam mobil. Zara melajukan mobil nya dengan santai sambil mengobrol dengan tetangga baru nya itu. Zara begitu senang dapat mengenal Vira, karna sudah lama ia tidak berteman dengam siapapun. Entah bagaimana Zara dan Vira menjadi begitu akrab dalam waktu sekejab.

"Aku seneng banget liat keluarga kecil mbak, begitu di penuhi kebahagian dan kasih sayang, sama seperti keluarga ku di masa kecil ku"kata Zara.

Tatapan mata Zara menjadi berkaca-kaca dalam sekejab saat ia mengatakan hal itu kepada Vira. Perkataan Zara membuat Vira perlahan kehilangan senyum di bibir nya. Vira menatap ke arah Zara yang terlihat sedih. Vira menyenderkan kepala nya dan menarik nafas dalam-dalam.

"Jika orang-orang melihat kami dari luar maka hanya akan terlihat kebahagian dan begitu banyak cinta, tapi Ra, cobalah sekali saja lihat kami dari dalam, maka kau akan melihat betapa keluarga kami terasa begitu kosong sebenarnya" kata Vira.

"Kosong? Bagaimana mungkin mbak? Kamu memeliki dua malaikat kecil dalam hidup mu, apa nya yang kosong mbak?" kata Zara yang tak mempercayai perkataan Zara.

"Aku adalah seorang istri pada status sosial masyarakat karna aku dan Bastian sudah menikah, aku adalah seorang ibu untuk Raka dan Aruhi karena mereka adalah anak yang ku lahirkan dari pernikahan ku dan papa nya" kata Vira.

"Maaf! Papa nya? Maksut kamu apa mbak? Memang nya mereka bukan anak kamu dan Bastian?!" tanya Zara.

"Raka dan Aruhi adalah anak ku dan almarhum abang nya Bastian, suami ku terdahulu" kata Vira.

"Hah? Bagaimana mungkin? Bagaimana kamu bisa menikahi adik ipar mu sendirir mbak? Apa kamu di paksa?" tanya Zara kembali.

"Ya! kami terpaksa oleh keadaan Ra! Aku dan Bastian menikah dengan pertimbangan kami masing-masing, pernikahan kami hanyalah sebuah temeng untuk melindungi hati anak-anak dari luka kehilangan seorang ayah untuk selama nya, sekaligus untuk melindungi masa depan mereka" kata Vira bercerita.

"Hah? Sumpah aku kaget mbak denger cerita kamu! Selama ini kufikir hanya aku yang hidup untuk orang lain, ternyata aku nggak sendirian mbak, ada kamu!" kata Zara.

"Maksut nya? Apa ini juga pernikahan ke dua bagi mu?" tanya Vira sambil menatap ke arah Zara.